Tim pendamping keluarga bergerak memberikan berbagai penyuluhan seputar penanganan balita stunting atau kerdil di semua kantor kelurahan dan kecamatan yang ada di Kota Surabaya, Jawa Timur.
Ketua Tim Penggerak (TP) Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Surabaya Rini Indriyani di Surabaya, Rabu, mengatakan, pihaknya berharap dengan adanya tim tersebut, angka stunting di Surabaya bisa menurun drastis.
"Berbagai penyuluhan dilakukan termasuk kepada para ibu hamil di Surabaya mengingat stunting bisa terjadi pada saat kehamilan," katanya.
Istri Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi ini mengatakan, upaya pencegahan bisa dilakukan agar anak yang terlahir tidak stunting. Menurutnya, dengan adanya Keluarga Berencana (KB) bisa menekan angka kematian ibu dan anak hingga stunting.
Rini menambahkan, sampai saat ini di Kota Surabaya masih banyak terjadi kehamilan ibu berisiko melahirkan anak stunting. Biasanya, lanjut dia, kehamilan anak berisiko stunting itu terjadi pada kelahiran ketiga atau keempat.
Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya KB untuk mencegah anak terlahir stunting dari hulunya. "Jadi yang dicegah bukan hanya stuntingnya, tapi juga yang dicegah jangan sampai ada stunting baru di Surabaya," ujarnya.
Selain itu, lanjut Rini, untuk bisa menekan angka dan mencegah stunting bukan hanya dengan asupan gizi seimbang untuk ibu hamil dan setelah anak lahir saja, akan tetapi juga dengan program KB dan sosialisasi kepada calon pengantin yang digerakkan oleh TP PKK Pendamping Keluarga.
Untuk itu, ia berharap dengan penghargaan tersebut, kedepannya bisa lebih baik lagi dan menjadi motivasi untuk menekan permasalahan stunting di Surabaya.
"Ini menjadi stimulus bagi kami, memacu lebih cepat lagi mengatasi stunting di Kota Surabaya, supaya angka stunting menurun. Terima kasih atas apresiasinya dan kami jadikan penyemangat supaya lebih baik ke depannya," katanya.
Data Dinas Kesehatan Kota Surabaya menyebutkan angka balita stunting atau kerdil di Kota Surabaya mengalami penurunan drastis selama tiga bulan ini dari sebelumnya 5.727 kasus menjadi 1.657 kasus.
Data pada Oktober 2021 angka stunting di Surabaya 5.727 anak balita. Namun, tidak sampai akhir 2021, jumlah stunting mampu diatasi hingga turun menjadi 1.785. Dari jumlah 1.785 balita stunting di 31 Desember 2021 tersebut, berhasil diturunkan lagi menjadi 1.657 balita stunting.
Rini juga menyampaikan, TP PKK Surabaya menerima penghargaan dari Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) atas kontribusi dalam peningkatan kesertaan keluarga berencana pada kegiatan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi bersama mitra kerja pada peringatan Hari Kontrasepsi se-Dunia tahun 2021.
Bagi Rini, penghargaan yang diterimanya pada Selasa (1/3) itu merupakan bukti nyata Pemerintah Kota Surabaya melalui TP PKK menekan angka stunting di Kota Pahlawan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
Ketua Tim Penggerak (TP) Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Surabaya Rini Indriyani di Surabaya, Rabu, mengatakan, pihaknya berharap dengan adanya tim tersebut, angka stunting di Surabaya bisa menurun drastis.
"Berbagai penyuluhan dilakukan termasuk kepada para ibu hamil di Surabaya mengingat stunting bisa terjadi pada saat kehamilan," katanya.
Istri Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi ini mengatakan, upaya pencegahan bisa dilakukan agar anak yang terlahir tidak stunting. Menurutnya, dengan adanya Keluarga Berencana (KB) bisa menekan angka kematian ibu dan anak hingga stunting.
Rini menambahkan, sampai saat ini di Kota Surabaya masih banyak terjadi kehamilan ibu berisiko melahirkan anak stunting. Biasanya, lanjut dia, kehamilan anak berisiko stunting itu terjadi pada kelahiran ketiga atau keempat.
Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya KB untuk mencegah anak terlahir stunting dari hulunya. "Jadi yang dicegah bukan hanya stuntingnya, tapi juga yang dicegah jangan sampai ada stunting baru di Surabaya," ujarnya.
Selain itu, lanjut Rini, untuk bisa menekan angka dan mencegah stunting bukan hanya dengan asupan gizi seimbang untuk ibu hamil dan setelah anak lahir saja, akan tetapi juga dengan program KB dan sosialisasi kepada calon pengantin yang digerakkan oleh TP PKK Pendamping Keluarga.
Untuk itu, ia berharap dengan penghargaan tersebut, kedepannya bisa lebih baik lagi dan menjadi motivasi untuk menekan permasalahan stunting di Surabaya.
"Ini menjadi stimulus bagi kami, memacu lebih cepat lagi mengatasi stunting di Kota Surabaya, supaya angka stunting menurun. Terima kasih atas apresiasinya dan kami jadikan penyemangat supaya lebih baik ke depannya," katanya.
Data Dinas Kesehatan Kota Surabaya menyebutkan angka balita stunting atau kerdil di Kota Surabaya mengalami penurunan drastis selama tiga bulan ini dari sebelumnya 5.727 kasus menjadi 1.657 kasus.
Data pada Oktober 2021 angka stunting di Surabaya 5.727 anak balita. Namun, tidak sampai akhir 2021, jumlah stunting mampu diatasi hingga turun menjadi 1.785. Dari jumlah 1.785 balita stunting di 31 Desember 2021 tersebut, berhasil diturunkan lagi menjadi 1.657 balita stunting.
Rini juga menyampaikan, TP PKK Surabaya menerima penghargaan dari Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) atas kontribusi dalam peningkatan kesertaan keluarga berencana pada kegiatan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi bersama mitra kerja pada peringatan Hari Kontrasepsi se-Dunia tahun 2021.
Bagi Rini, penghargaan yang diterimanya pada Selasa (1/3) itu merupakan bukti nyata Pemerintah Kota Surabaya melalui TP PKK menekan angka stunting di Kota Pahlawan. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022