Dinas Kesehatan Kota Surabaya menyatakan penanganan balita berkelamin ganda dan mengalami stunting, Lailla Fitriyah usia 23 bulan anak dari pasutri Surahman (41) dan Yuliani (34) warga Tanjungsari, Kecamatan Asemrowo, dilakukan secara bertahap.
 
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Nanik Sukristina di Surabaya, Jumat, mengatakan penanganan kelainan hormonal pada balita Lailla harus dilakukan secara bertahap, dimulai dari perbaikan gizi terlebih dahulu, kemudian terapi agar hormon Lailla tidak berubah. 

"Kami terus memantau kondisi kesehatan Lailla melalui Puskesmas Tanjungsari," katanya.

Setiap hari, lanjut dia, petugas puskesmas akan memantau perkembangan balita tersebut. "Kami konsultasikan terlebih dahulu, kami periksa secara intensif dan juga berkoordinasi dengan rumah sakit. Yang paling penting kami perbaiki dulu gizinya," kata Nanik. 

Mengenai adanya kelainan pada organ vital Lailla, Kadinkes Nanik belum bisa memastikan. Untuk memastikannya, jajaran Dinkes Surabaya akan memperbaiki hormonalnya terlebih dahulu. 

"Kami belum pastikan ada kelainan organnya. Jadi, kami perbaiki dulu dari segi hormonnya," kata Nanik. 

Kelainan di tubuh balita Lailla sudah ada sejak lahir pada Maret 2020 lalu. Menurut penuturan kedua orang tuanya, Lailla tak kunjung dioperasi karena kekurangan gizi. 

Surahman, sang ayah, mengatakan menjelang persalinan istrinya disebut normal dan tak memiliki gejala apa pun. Pada waktu itu, istrinya melakukan persalinan di salah satu rumah sakit ibu dan anak di Kota Surabaya. 

Namun, setelah putrinya lahir, dokter di rumah sakit setempat menganjurkan agar Lailla dibawa ke RSUD dr. Soetomo.

"Jadi, saat dia lahir langsung dirujuk ke RSUD dr. Soetomo, langsung diperiksa, tes darah juga, ternyata kondisinya normal, tidak masalah. Cuma (harus) nginep satu malam saja terus pulang," kata Surahman.

Sebulan usai kelahiran, Lailla mulai menunjukkan gejala kurang sehat. Balita yang akan genap berusia dua tahun pada Maret mendatang itu memiliki gejala demam tinggi, muntah hingga tak mau minum air susu ibu (ASI).

Mengetahui anaknya kurang sehat, ayahnya segera membawa putrinya ke dokter dan menanyakan gejala-gejala yang dialami. Saat itu, barulah dokter menyampaikan bahwa Lailla memiliki kelamin ganda.

"Setelah hampir satu bulan, baru dia ada tanda-tanda mulai muntah, panas, tidak mau minum susu. Nah, di situ baru dokter mengutarakan kalau anak ini kelaminnya ganda. Ini harus minum obat terus soalnya hormonnya ini kurang bekerja dengan baik, jadi harus diperiksa semua," kata Surahman.

Hasil diagnosa dari rumah sakit pun menunjukkan jika Lailla Fitriyah tergolong dalam balita yang memiliki kelainan yang disebut Congenital Adrenal Hyperplasia, yakni penyakit keturunan yang membuat penampilan fisik seorang wanita tampak lebih maskulin (ambigous genitalia).

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022