Seorang bocah usia 11 tahun bernama Rafa Azizan Maheswara, anak pasangan Novi Nurdiana (34) dan Jeri Heka Saputra (34), warga Kelurahan Bandar Kidul, Kota Kediri, Jawa Timur, menghabiskan waktunya di dalam rumah setelah tubuhnya divonis terkena cerebral palsy atau kelainan di tubuhnya.
Novi mengatakan kondisi anaknya belum mengalami perubahan berarti hingga kini usianya 11 tahun. Berbagai pengobatan dilakukan, mulai dari medis hingga pengobatan alternatif, namun hingga kini anaknya belum normal.
"Dulu fisioterapi di Blitar karena dulu memang tinggal di Blitar. Ini sejak kecil karena trauma dan menunggu lama fisioterapi, jadinya sekarang pakai alternatif," kata Novi di Kediri, Selasa.
Ia mengatakan kondisi anaknya itu sudah pernah disampaikan oleh dokter yang menangani kandungannya dahulu. Sejak usia kehamilannya tiga bulan, dokter mengatakan perkembangan anaknya terganggu, sehingga dirinya sempat bimbang antara meneruskan kandungan dan menggugurkan.
Namun, ia akhirnya memilih tetap mempertahankan. Hingga kemudian, anaknya lahir prematur di usia kehamilan enam bulan. Beragam upaya dilakukan karena tubuh anaknya yang masih kecil dan hingga kini ternyata anaknya tetap bertahan.
Novi mengakui bahwa anaknya terus membutuhkan bantuan. Karena pertumbuhan tubuhnya terganggu, akhirnya dilakukan fisioterapi di sebuah rumah sakit di Blitar. Namun, saat itu antrean cukup lama dan anaknya menjadi trauma sebab dalam proses fisioterapi ternyata tim medis membuat anaknya ketakutan.
Akhirnya, ia dengan suami sepakat pindah ke Kota Kediri. Saat sampai, beragam kartu yang dibutuhkan segera diurus seperti KTP hingga kartu sehat. Namun, selama ini dirinya belum memanfaatkan kartu sehat tersebut, sehingga harus menggunakan jalur umum.
Pengobatan, kata dia, sudah dilakukan sejak anaknya usia enam bulan hingga enam tahun. Selama proses pengobatan di Kediri juga belum ada kemajuan serius, sehingga ia akhirnya memilih pengobatan alternatif.
Selain biaya, rasa trauma anaknya masih ada hingga kini, sehingga sulit untuk diajak berobat.
Walaupun ada kendala di bagian tubuhnya, Novi mengatakan anaknya tetap sekolah di sekolah reguler. Ia juga mampu baca dan tulis, bahkan menghafal.
Ia berharap, pemerintah kota bersedia membantu dirinya dan anaknya untuk bisa lebih baik lagi.
"Harapannya bisa fisioterapi di rumah, sehingga anaknya nyaman kalau di rumah. Sekarang berobat alternatif," kata dia.
Sementara itu, Koordinator Home Care RSUD Gambiran Kristika mengatakan pihaknya sudah menjadwalkan untuk mengunjungi anak tersebut. Untuk selanjutnya akan dikoordinasikan dengan pihak-pihak terkait.
"Kami sudah jadwalkan untuk kunjungan anak tersebut," kata Kristika.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
Novi mengatakan kondisi anaknya belum mengalami perubahan berarti hingga kini usianya 11 tahun. Berbagai pengobatan dilakukan, mulai dari medis hingga pengobatan alternatif, namun hingga kini anaknya belum normal.
"Dulu fisioterapi di Blitar karena dulu memang tinggal di Blitar. Ini sejak kecil karena trauma dan menunggu lama fisioterapi, jadinya sekarang pakai alternatif," kata Novi di Kediri, Selasa.
Ia mengatakan kondisi anaknya itu sudah pernah disampaikan oleh dokter yang menangani kandungannya dahulu. Sejak usia kehamilannya tiga bulan, dokter mengatakan perkembangan anaknya terganggu, sehingga dirinya sempat bimbang antara meneruskan kandungan dan menggugurkan.
Namun, ia akhirnya memilih tetap mempertahankan. Hingga kemudian, anaknya lahir prematur di usia kehamilan enam bulan. Beragam upaya dilakukan karena tubuh anaknya yang masih kecil dan hingga kini ternyata anaknya tetap bertahan.
Novi mengakui bahwa anaknya terus membutuhkan bantuan. Karena pertumbuhan tubuhnya terganggu, akhirnya dilakukan fisioterapi di sebuah rumah sakit di Blitar. Namun, saat itu antrean cukup lama dan anaknya menjadi trauma sebab dalam proses fisioterapi ternyata tim medis membuat anaknya ketakutan.
Akhirnya, ia dengan suami sepakat pindah ke Kota Kediri. Saat sampai, beragam kartu yang dibutuhkan segera diurus seperti KTP hingga kartu sehat. Namun, selama ini dirinya belum memanfaatkan kartu sehat tersebut, sehingga harus menggunakan jalur umum.
Pengobatan, kata dia, sudah dilakukan sejak anaknya usia enam bulan hingga enam tahun. Selama proses pengobatan di Kediri juga belum ada kemajuan serius, sehingga ia akhirnya memilih pengobatan alternatif.
Selain biaya, rasa trauma anaknya masih ada hingga kini, sehingga sulit untuk diajak berobat.
Walaupun ada kendala di bagian tubuhnya, Novi mengatakan anaknya tetap sekolah di sekolah reguler. Ia juga mampu baca dan tulis, bahkan menghafal.
Ia berharap, pemerintah kota bersedia membantu dirinya dan anaknya untuk bisa lebih baik lagi.
"Harapannya bisa fisioterapi di rumah, sehingga anaknya nyaman kalau di rumah. Sekarang berobat alternatif," kata dia.
Sementara itu, Koordinator Home Care RSUD Gambiran Kristika mengatakan pihaknya sudah menjadwalkan untuk mengunjungi anak tersebut. Untuk selanjutnya akan dikoordinasikan dengan pihak-pihak terkait.
"Kami sudah jadwalkan untuk kunjungan anak tersebut," kata Kristika.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022