Pimpinan DPRD Kota Surabaya menyatakan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) harus bisa menggerakkan sektor riil, sehingga usaha mikro kecil meningah (UMKM) di Kota Surabaya bisa naik kelas.
Wakil Ketua DPRD Surabaya Reni Astuti di Surabaya, Rabu, mengatakan, pihaknya mendukung upaya Pemkot Surabaya memberdayakan 115 UMKM penjahit dalam program pengadaan seragam bagi siswa SD-SMP dari keluarga Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di Kota Pahlawan.
"Kami di DPRD mendukung upaya pemberdayaan UMKM. APBD harus menggerakkan sektor riil yaitu sektor yang bersentuhan langsung dengan ekonomi di masyarakat. UMKM bisa naik kelas," kata Reni.
Reni pun mengaku telah mengunjungi kediaman Fatimatul An’iah panggilan akran bu Aan, salah seorang penjahit di wilayah Kelurahan Sawunggaling, Surabaya pada Senin (28/12). Bu Aan merupakan satu dari 115 an UMKM penjahit yang diberdayakan Pemkot Surabaya membuat seragam sekolah.
Pada saat berkunjung, lanjut Reni, Bu Aan menjelaskan, proses distribusi bahan kain yang sudah dipotong dilakukan oleh pihak koperasi sebelum akhirnya disalurkan dan dilakukan pengerjaan oleh para UMKM penjahit rumahan untuk proses finishing seragam yang bermerk Super (Surabaya Perkasa) itu.
"Kami berharap semuanya lancar, target tercapai, menghasilkan produk yang berkualitas dan semoga di 2022 bisa berlanjut dengan melibatkan lebih banyak lagi penjahit rumahan," kata Reni.
Reni juga menyebutkan, bahwa ke depan UMKM penjahit diharapkan dapat melayani kebutuhan lainnya di luar MBR seiring kapasitas yang semakin memadai dan pengelolaan yang baik.
"Kainnya bagus, jahitannya juga oke, rapi, kalo orang jawa nyebutnya bapu. Jadi anak-anak yang memakai juga merasa nyaman. Kedepan semoga bisa melayani kebutuhan pasokan seragam di Surabaya lebih luas lagi," kata Reni berharap.
Sementara itu, Bu Aan menyampaikan, bahwa keterlibatan dirinya dalam program pengadaan seragam bagi siswa SD-SMP MBR ini menjadi peruntungan baginya dan para pelaku UMKM penjahit lainnya.
"Alhamdulillah, ini sebagai penggembira bagi warga kami, semoga penggawean (kerjaan) terus menerus ada, gak hanya 1-2 bulan sekali saja, jadi dapur juga mengepul," katanya.
Estimasi waktu pengerjaan untuk bawahan saja, kata dia, butuh durasi sekitar 1 jam. Namun karena sudah terbiasa alhasil proses bisa relatif cepat diselesaikan.
"Adanya kerjaan ini sangat membuat kami terbantu dan senang sehingga kami bergegas cepat menyelesaikan agar dapat (pesanan) lagi, semangatnya begitu," katanya.
Bu Aan mengaku telah menggeluti dunia jahit-menjahit sekitar 25 tahun. UMKM penjahit rumahan ini terdiri dari 15 anggota ibu-ibu yang sebelumya menghasilkan berbagai produk seperti sprei, tas, jilbab, hingga busana muslim.
Sebelum mengunjungi UMKM penjahit, Reni juga telah meninjau koperasi rumah produksi seragam sekolah di Surabaya pada Jumat (24/12) lalu.
Setelah proses pengerjaan selesai, nantinya seragam sekolah akan diberikan kepada para siswa SD-SMP MBR. Adapun yang diproduksi meliputi seragam putih-merah, seragam putih-biru, seragam pramuka, ikat pinggang, serta hasduk. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Wakil Ketua DPRD Surabaya Reni Astuti di Surabaya, Rabu, mengatakan, pihaknya mendukung upaya Pemkot Surabaya memberdayakan 115 UMKM penjahit dalam program pengadaan seragam bagi siswa SD-SMP dari keluarga Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di Kota Pahlawan.
"Kami di DPRD mendukung upaya pemberdayaan UMKM. APBD harus menggerakkan sektor riil yaitu sektor yang bersentuhan langsung dengan ekonomi di masyarakat. UMKM bisa naik kelas," kata Reni.
Reni pun mengaku telah mengunjungi kediaman Fatimatul An’iah panggilan akran bu Aan, salah seorang penjahit di wilayah Kelurahan Sawunggaling, Surabaya pada Senin (28/12). Bu Aan merupakan satu dari 115 an UMKM penjahit yang diberdayakan Pemkot Surabaya membuat seragam sekolah.
Pada saat berkunjung, lanjut Reni, Bu Aan menjelaskan, proses distribusi bahan kain yang sudah dipotong dilakukan oleh pihak koperasi sebelum akhirnya disalurkan dan dilakukan pengerjaan oleh para UMKM penjahit rumahan untuk proses finishing seragam yang bermerk Super (Surabaya Perkasa) itu.
"Kami berharap semuanya lancar, target tercapai, menghasilkan produk yang berkualitas dan semoga di 2022 bisa berlanjut dengan melibatkan lebih banyak lagi penjahit rumahan," kata Reni.
Reni juga menyebutkan, bahwa ke depan UMKM penjahit diharapkan dapat melayani kebutuhan lainnya di luar MBR seiring kapasitas yang semakin memadai dan pengelolaan yang baik.
"Kainnya bagus, jahitannya juga oke, rapi, kalo orang jawa nyebutnya bapu. Jadi anak-anak yang memakai juga merasa nyaman. Kedepan semoga bisa melayani kebutuhan pasokan seragam di Surabaya lebih luas lagi," kata Reni berharap.
Sementara itu, Bu Aan menyampaikan, bahwa keterlibatan dirinya dalam program pengadaan seragam bagi siswa SD-SMP MBR ini menjadi peruntungan baginya dan para pelaku UMKM penjahit lainnya.
"Alhamdulillah, ini sebagai penggembira bagi warga kami, semoga penggawean (kerjaan) terus menerus ada, gak hanya 1-2 bulan sekali saja, jadi dapur juga mengepul," katanya.
Estimasi waktu pengerjaan untuk bawahan saja, kata dia, butuh durasi sekitar 1 jam. Namun karena sudah terbiasa alhasil proses bisa relatif cepat diselesaikan.
"Adanya kerjaan ini sangat membuat kami terbantu dan senang sehingga kami bergegas cepat menyelesaikan agar dapat (pesanan) lagi, semangatnya begitu," katanya.
Bu Aan mengaku telah menggeluti dunia jahit-menjahit sekitar 25 tahun. UMKM penjahit rumahan ini terdiri dari 15 anggota ibu-ibu yang sebelumya menghasilkan berbagai produk seperti sprei, tas, jilbab, hingga busana muslim.
Sebelum mengunjungi UMKM penjahit, Reni juga telah meninjau koperasi rumah produksi seragam sekolah di Surabaya pada Jumat (24/12) lalu.
Setelah proses pengerjaan selesai, nantinya seragam sekolah akan diberikan kepada para siswa SD-SMP MBR. Adapun yang diproduksi meliputi seragam putih-merah, seragam putih-biru, seragam pramuka, ikat pinggang, serta hasduk. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021