Tingkat hunian atau okupansi hotel di wilayah Jawa Timur, mulai membaik dan berada pada kisaran 25 persen rata-rata per hari, seiring dengan menurunnya kasus positif COVID-19 di wilayah tersebut.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Timur Dwi Cahyono di Kota Malang, Sabtu, mengatakan saat ini tingkat okupansi mulai mengalami kenaikan, dari sebelumnya hanya berkisar 10-15 persen.

"Sudah ada pengaruh (penurunan level PPKM), namun, belum signifikan. Sebelumnya sekitar 10-15 persen, sekarang rata-rata di Jawa Timur 20-25 persen," kata Dwi.

Dwi menjelaskan keterisian hotel di Jawa Timur mengalami kenaikan pada saat akhir pekan. Sementara pada hari-hari biasa, okupansi hotel yang ada di wilayah tersebut dilaporkan masih belum pulih.

Menurutnya, Kota Surabaya merupakan salah satu kota yang memiliki tingkat keterisian hotel cukup baik untuk saat ini. Penerapan level dalam Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), memberikan pengaruh cukup besar terhadap okupansi hotel.

"Untuk Senin-Kamis, itu pasti drop. Akhir pekan ada kenaikan, namun rata-rata 20-25 persen tingkat okupansinya. Level PPKM itu juga menjadi pertimbangan konsumen, mereka akan mencari informasi terlebih dahulu, kalau tidak aman, tidak bepergian," ujarnya.

Ia menambahkan saat ini kondisi bisnis perhotelan, dan restoran di wilayah Jawa Timur masih belum pulih. Para pelaku usaha masih sedikit kerepotan dengan kondisi saat ini, dan operasional hotel, dan restoran.

Beban yang ditanggung para pelaku usaha, lanjutnya, masih menjadi tantangan yang harus dihadapi di tengah pandemi Virus Corona. Pihaknya mengharapkan ada stimulus dari pemerintah untuk meringankan beban pelaku usaha.

"Biaya operasional tinggi. Kami mengharap ada stimulus, kebijakan pajak, perbankan, dan biaya listrik. Diharapkan ada relaksasi keringanan, untuk mengurangi biaya operasional," ujarnya.

Saat ini, lanjutnya, sektor hotel dan restoran yang ada di Jawa Timur berada dalam tahap pemulihan. Diharapkan, kasus konfirmasi positif COVID-19 bisa terus melandai, dan tidak ada lonjakan seperti yang terjadi di negara-negara lain.

"Ini menjadi fase recovery. Jadi (COVID-19) sudah melandai, terus membaik, kita berharap seperti itu. Jangan seperti yang terjadi di Amerika, ada gelombang ketiga, jangan sampai, itu akan memberatkan," ujarnya.

Oleh karena itu ia meminta baik seluruh pelaku usaha hotel dan restoran termasuk pemerintah, untuk benar-benar mengawasi protokol kesehatan secara ketat, agar tidak terjadi lonjakan kasus konfirmasi positif COVID-19 di kemudian hari.

Tercatat di Jawa Timur, secara keseluruhan ada sebanyak 389.688 kasus konfirmasi positif COVID-19. Dari total tersebut, sebanyak 354.814 orang dilaporkan telah sembuh, 29.014 orang dinyatakan meninggal dunia, dan sisanya berada dalam perawatan.

Pewarta: Vicki Febrianto

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021