Rumah sehat atau tempat isolasi yang tersebar hampir seluruh kelurahan di Kota Surabaya, Jawa Timur, masing-masing diisi oleh tiga hingga 10 pasien COVID-19 dengan gejala ringan atau orang tanpa gejala (OTG).
 
"Rumah sehat sudah ditempati, ada yang tiga orang, ada yang lima orang, ada yang 10 orang. Jadi kalau ada warga yang gejala ringan maka kami ajak masuk ke rumah sehat," kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi di Balai Kota Surabaya, Selasa.

Menurut dia, warga Surabaya kini sudah dapat memahami fungsi dan tujuan pendirian rumah sehat di lingkungan sekitarnya. Warga hanya perlu diberikan pemahaman lebih terkait fungsi dari rumah sehat tersebut. 

Bahkan, lanjut dia, setelah diberikan pemahaman, warga yang awalnya menolak, secara suka rela bekerja bakti menyiapkan rumah sehat.
 
"Setelah disampaikan, bertemu dengan mereka, ya mereka mau, malah kerja bakti. Memang masih ada wilayah yang belum, itu berarti harus terus diberikan pemahaman kepada mereka," katanya.
 
Wali Kota Eri menjelaskan, seluruh fasilitas yang ada di rumah sehat merupakan tanggung jawab Pemkot Surabaya. Oleh sebab itu, kata dia, ketersediaan fasilitas mulai dari tempat tidur, obat-obatan, vitamin, dan makanan untuk warga merupakan kewajiban dari pemkot.
 
"Rumah sehat kan sebenarnya punya pemerintah, jadi tempat tidurnya, obatnya, vitaminnya, dan makannya ditanggung pemkot," katanya.
 
Ia mengatakan, rumah sehat ini hanya diperuntukkan bagi warga yang memiliki gejala ringan saja. Sehingga, pasien yang memiliki gejala ringan dapat langsung dipisahkan dari keluarganya agar tidak menulari anggota keluarga lainnya.
  
Ia menerangkan, untuk warga yang memiliki gejala sedang, Pemkot Surabaya akan langsung merujuk warga tersebut ke Asrama Haji. 

Sedangkan, bagi warga yang memiliki gejala yang lebih berat, akan dilarikan ke rumah sakit maupun rumah sakit darurat yang didirikan oleh Pemkot Surabaya, seperti Rumah Sakit Lapangan Tembak (RSLT) dan Rumah Sakit Indoor GOR Gelora Bung Tomo (RSGBT).
 
"Kalau sudah kelihatan gejala pilek (flu) begitu langsung ke Asrama Haji. Lebih berat lagi dari pilek kita tempatkan langsung di RSLT sama ke RSGBT. Jadi, yang di rumah sehat itu benar-benar hanya untuk yang OTG," katanya.
 
Eri mengaku pernah mendapat laporan bahwa ada warga yang awalnya tidak memiliki gejala dan dirawat di rumah sehat. Namun, selang beberapa hari, warga tersebut menunjukkan gejala pilek (flu). Sehingga, warga tersebut langsung dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
 
"Kemarin ada yang ringan sudah di sana (rumah sehat), ternyata beberapa hari kelihatan flu, kami bawa langsung ke Asrama haji atau dimasukkan ke RS," katanya. (*)



  

 

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021