Direktur Penunjang Medik Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soetomo Surabaya Prof. Dr. Hendrian Dwikoloso Soebagjo, dr.,Sp.M.(K) FICS meninggal dunia pada Selasa sekitar pukul 08.11 WIB karena terpapar COVID-19.
"Beliau tutup usia pada usia 56 tahun setelah dirawat selama satu bulan di Ruang Isolasi Khusus (RIK 1) RSUD dr. Soetomo," kata Direktur Utama RSUD dr. Soetomo Surabaya Dr. dr. Joni Wahyuadi, Sp.OG(K) saat penghormatan terakhir di Aula Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.
Pihak RSUD Soetomo sudah melakukan segala upaya untuk memulihkan Prof. Hendrian, mulai dari terapi plasma konvalesen, actemra, ventilator, hingga ECMO dan CRRT. Bahkan, terapi plasma exchange juga sudah dilakukan.
Joni menambahkan sebagai dokter pejabat Pemprov Jatim, Prof. Hendrian meninggalkan banyak jasa di RSUD dr. Soetomo Surabaya.
Gedung Onkologi 9 lantai dan gedung parkir baru di RSUD dr. Soetomo yang kini berdiri kokoh itu atas inisiasi profesor yang lahir dan besar di Surabaya ini.
"Bahkan, beliau sendiri yang mencari arsitek yang mendesain dua bangunan tersebut dan mengawal dari awal pendirian hingga akhir," katanya.
Dekan Fakultas Kedokteran Unair Prof Dr. dr. Budi Santoso, Sp.OG(K) menuturkan kepergian guru besar sekaligus Kepala Divisi Orbita dan Onkologi Mata Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Mata tersebut merupakan duka mendalam bagi FK Unair.
"Kami kehilangan sosok guru andal yang ilmunya telah banyak bermanfaat pada kemajuan pendidikan khususnya untuk mahasiswa FK Unair, juga sangat bermanfaat untuk pasien-pasiennya. Semoga dedikasinya selama ini bisa menjadi amal jariyah yang terus mengalir untuk beliau," ujarnya.
Di mata Prof. Budi, almarhum Prof. Hendrian adalah sosok yang sudah sangat aktif sejak masa mahasiswanya.
"Seorang organisatoris yang kritis. Dia masuk tahun 1984 sementara saya di tahun 1982. Sejak dulu, Prof. Hendrian sangat aktif baik di senat mahasiswa. Seorang organisatoris yang kritis kalau saya menyebut. Dan sejak dulu pribadinya tidak berubah, selalu baik dan rendah hati," katanya.
Prof. Hendrian berpulang meninggalkan istri, Novri Susanti, dan tiga orang anak, yakni Nadia Azihni Henofaiz, Devan Ahmad Henofernanda dan Raynar Ahmad Henofaryal.
Prof. Hendrian merupakan dokter sekaligus ahli bedah mata paling terampil di Indonesia yang dimiliki FK Unair. Spesialisasinya adalah penanganan katarak, LASIK, onkologi atau kanker mata, dan bedah kosmetik mata.
Ribuan prosedur bedah laser dan kornea termasuk LASIK, operasi katarak, perawatan glaukoma, pengikatan silang kolagen kornea, dan berbagai tindakan pada kondisi kesehatan mata dan penglihatan sudah dia jalankan selama pengabdiannya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021