Rektor Universitas Airlangga Surabaya Prof. Dr. Mohammad Nasih optimistis vaksin Merah Putih bisa masuk tahap uji klinis pada bulan September 2021, meskipun sempat mengalami kendala saat tahap uji coba imunitas di hewan makaka.

Profesor Nasih dalam keteranganya di Surabaya, Selasa, mengakui bahwa saat ini pengembangan vaksin metode inactiveted virus memang mengalami keterlambatan, karena beberapa kendala dalam sistem dan skema riset.

"Kami mengalami beberapa kendala. Hewannya susah dicari dan dari 40 makaka yang ada, tidak banyak yang layak uji. Saat ini cuma ada lima makaka yang lolos dan layak uji," kata Prof. Nasih.

Salah satu hal yang membuat kendala, ungkapnya, adalah proses mencari hewan makaka yang lama karena harus nunggu dalam hitungan bulan.

"Ya, sistemnya begitu, tidak bisa cepat. Kalau ada kekurangan apa harus nunggu lama untuk memenuhi bahannya," ujarnya.

Dijelaskannya, uji hewan ini merupakan uji tantang vaksin terhadap virus dengan medium hewan makaka, yakni hewan makaka yang telah diimunisasi dengan vaksin, selanjutnya ditunggu satu bulan dan ditantangkan dengan virus mutasi terbaru. Jika hasilnya virus mampu diaktivasi vaksin, uji hewan dinyatakan berhasil.

Meski demikian, Prof. Nasih tetap optimistis pada bulan September tahun ini, kedua vaksin platfrom Unair, yakni Inactivated Virus dan Adenovirus untuk vaksin Merah Putih akan tetap bisa masuk tahap uji klinis.

"Masih ada waktulah ini. Kalau setelah ini tidak ada kendala lagi, uji hewan berhasil, ya September itu insya-Allah sudah bisa masuk uji klinis tahap satu," katanya.

Sementara itu Koordinator Produk Riset COVID-19 Unair Surabaya Prof. Ni Nyoman Tri Puspaningsih menambahkan platform Adenovirus sedang menunggu produksi adeno-rekombinan skala laboratorium.

Platform ini, lanjut Prof. Nyoman, menggunakan design welltype dan mutan sehingga peluang untuk melawan varian Delta. Selain itu, metode Adenovirus ini merupakan metode yang sama dengan yang dipakai oleh vaksin AstraZeneca.

"Dalam platfrom adeno kita mendesain untuk welltype yang dari Wuhan dulu dan yang mutan. Tampaknya peluang lebih baik kita pakai desain yang mutan karena yang Wuhan kan tidak ada sama sekali. Jadi, ke depannya kami pakai desain yang mutan karena saat ini kan sudah varian Delta," ujarnya.

Selain metode Adenovirus, metode inactiveted Unair juga menggunakan desain mutan sehingga bisa digunakan untuk melawan varian terbaru.

"Dalam inactiveted juga virusnya pun sudah virus mutan. Kita sudah ada strategi untuk mengikuti perkembangan virusnya, jadi bukan Wuhan yang zaman lama itu insya-Allah Inactiveted juga bagus untuk melawan virus mutan termasuk varian Delta," ujarnya.

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021