Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyebut ada sebanyak 1,3 juta siswa SMA/SMK dan SLB yang harus menerima suntikan vaksin COVID-19 sebelum dimulainya pembelajaran tatap muka (PTM) secara terbatas.

"Di Jatim ada sebanyak 1,3 juta siswa jenjang SMA/SMK dan SLB yang menjadi kewenangan Pemprov untuk menerima vaksin sebelum digelarnya pembelejaran tatap muka," kata Gubernur Khofifah saat meninjau vaksinasi pelajar di SMA Trimurti Surabaya, Jumat.

Khofifah optimistis jumlah vaksinator dan fasilitas pelayanan kesehatan cukup untuk memberikan vaksin kepada para pelajar.

"Semangatnya luar biasa. Jadi kita berbagi jumlah vaksin yang diterima. Jadi sebetulnya kita terus menggerakkan seluruh energi yang ada untuk memaksimalkan sasaran yang memang menjadi prioritas," ujarnya.

Pemprov Jatim tidak memberikan target waktu untuk vaksinasi bagi para pelajar ini. Lantaran vaksinnya sendiri dibagi dengan kabupaten/kota. 

"Sebelum Pak Presiden meluncurkan, kita sebetulnya telah memulai lima hari sebelumnya. Ada yang berbasis pesantren, ada yang berbasis sekolah. Kita maksimalkan sesuai dengan stok vaksin," ucapnya. 

Mantan Menteri Sosial itu juga meminta bupati dan wali kota untuk memberikan perhatian khusus kepada anak yang ditinggal meninggal orang tuanya karena COVID-19.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Jatim Wahid Wahyudi menjelaskan, hingga saat ini baru sejumlah sekolah yang menggelar vaksinasi. Seperti Surabaya, ada di SMAN 5, SMAN 6 dan SMA Trimurti Surabaya. 

"Jadi secara persentase, kalau untuk siswa masih relatif kecil, masih sekitar 2 persen dari jumlah siswa di seluruh Jatim," ujarnya. 

Wahid mengatakan Gubernur Khofifah telah berpesan kepada seluruh bupati dan wali kota, agar memprioritaskan vaksinasi COVID-19 tersebut kepada para pelajar. Sehingga diharapkan, saat pembelajaran tatap muka nanti, semua sudah tervaksin. 

"Kami Dinas Pendidikan Provinsi Jatim tentu berharap sesegera mungkin. Namun demikian, harus disesuaikan dengan ketersediaan vaksin yang ada," tuturnya.

Menurut Wahid, vaksin kepada pelajar harus menjadi prioritas karena selama ini pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran daring dirasa belum optimal.

"Kami sudah meminta Kepala Dinas Kesehatan Jatim agar para siswa dan warga sekolah menjadi prioritas, karena pembelajaran jarak jauh selama ini dirasa tidak optimal," ujarnya.(*)
 

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021