Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, menggencarkan pelacakan kontak erat pasien COVID-19 untuk mengidentifikasi sebaran virus corona di masyarakat, termasuk varian Delta yang memiliki risiko penularan tujuh kali lebih cepat. 

"Kami tidak bisa menentukan target. Perintahnya melakukan tracing sebanyak mungkin agar bisa mengenali orang yang positif,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung dr. Kasil Rokhmat di Tulungagung, Rabu.

Pada setiap temuan kasus COVID-19, pelacakan ditargetkan menyasar 15 kontak erat. Sampling acak itu akan memberi gambaran ada tidaknya penularan pada orang-orang yang memiliki riwayat kontak erat dengan pasien atau penderita yang telah terkonfirmasi positif COVID-19.

Semakin banyak pelacakan, akan semakin banyak kasus COVID-19 ditemukan. Indikator ini juga memengaruhi pemberlakuan level PPKM. “Pemberlakuan PPKM ini berdasar data,” katanya.

Kasil menjelaskan ada 15 indikator yang menjadi dasar perubahan status Tulungagung dari zona oranye menjadi merah. Prevalensi kasus, kematian akibat COVID-19, hingga prosentase BOR (bed occupancy rate) atau ketergunaan tempat tidur rawat inap di rumah sakit yang ditunjuk sebagai rujukan penanganan COVID-19.

Pasien, angka penularan yang eksponensial (bertingkat), pasien yang dirawat serta indikator lainya.

Dengan indikator itu, Kasil menyebut penularan COVID-19 di Tulungagung belum sepenuhnya terkendali. “Tulungagung masuk PPKM level 4, jadi belum terkendali,” katanya.

Saat ini, pihaknya tidak bisa memperkirakan sampai kapan lonjakan kasus COVID-19 varia delta akan terjadi. Jika mengau dari data sepekan terakhir, lonjakan kasus dirasa cukup tinggi dan sudah melewati puncaknya.

Lonjakan kasus ini terjadi hampir dua pekan terakhir, yang dibarengi dengan laporan pasien COVID-19 yang meninggal dunia selama lima hari berturut-turut.

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021