Perum Jasa Tirta (PJT) I melakukan flushing atau penggelontoran sedimen di Bendungan Sengguruh, Kabupaten Malang, untuk memperpanjang usia guna bendungan dengan cara mengoptimalkan daya tampung waduk yang menyusut akibat tingginya sedimentasi.

Direktur Operasional PJT I Gok Ari Joso Simamora melalui keterangan tertulis yang diterima di Surabaya, Kamis, mengatakan proses flushing dilakukan selama enam hari, terhitung mulai 26 Juni dan berakhir Kamis ini.

Simamora sapaan akrabnya mengatakan flushing dikarenakan daya tampung air Bendungan Sengguruh memang telah mengalami penurunan cukup drastis akibat sedimentasi.

"Pada awal beroperasi tahun 1989, kapasitas tampung Bendungan Sengguruh mencapai 21,5 juta meter kubik. Namun, karena posisinya yang berada paling hulu di sistem Brantas, bendungan ini menerima sedimen dan sampah dengan volume yang cukup tinggi setiap tahunnya. Laju sedimentasi Sengguruh saat ini telah mencapai 1,1 juta meter kubik per tahun. Ini mengakibatkan kapasitasnya turun dan hanya menyisakan 5-6 persennya atau sekitar 900 ribu meter kubik," kata Simamora.

Ia menambahkan luas daerah tangkapan air Waduk Sengguruh 1.659 kilometer persegi mencakup Kota Batu, Kota Malang, dan sebagian Kabupaten Malang.

"Aktivitas manusia yang semakin meningkat pasti membutuhkan ruang, ini menyebabkan berkurangnya areal hutan di hulu. Bertambahnya areal pertanian dan permukiman menyebabkan laju erosi di hulu meningkat dan berakhir menjadi sedimentasi di Bendungan Sengguruh ini," ujarnya.

Menurutnya, pekerjaan flushing tersebut sangat diperlukan untuk menjaga bendungan agar tetap berfungsi. Idealnya kegiatan penggelontoran sendimentasi dilakukan setiap tiga tahun.

"Flushing pertama sejak awal beroperasinya bendungan dilaksanakan pada tahun 2016, kemudian di tahun 2018. Jadi, tahun 2021 ini adalah kali ketiga pelaksanaan flushing di Sengguruh," ungkapnya.

Simamora juga menambahkan bahwa kegiatan flushing ini merupakan salah satu bentuk implementasi penggunaan Biaya Jasa Pengelolaan Sumber Daya Air (BJPSDA) yang selama ini telah dipungut oleh PJT I kepada PT PJB atas penggunaan air Waduk Sengguruh untuk pengoperasian PLTA.

"Kegiatan flushing ini juga merupakan bentuk pelayanan kami kepada para pemanfaat, dalam hal ini PT PJB yang telah membayarkan BJPSDA-nya untuk kebutuhan pengelolaan sumber daya air," ujarnya.

Proses penggelontoran diawali dengan sosialisasi pada instansi terkait seperti TNI, Polri dan masyarakat sekitar, termasuk pemberitahuan pada Bupati Malang pada akhir Mei lalu.

Kasubdiv Jasa ASA I/1 PJT I Hermawan C. Nugroho menambahkan sosialisasi pada masyarakat dilakukan untuk mengamankan agar tidak ada warga yang mendekat dan beraktivitas di hilir bendungan selama proses penggelontoran dilakukan.

Untuk tahap pelaksanaan, di awal pihaknya sudah membuka pintu spillway untuk menggelontorkan air dan sedimen yang ada di dasar bendungan. Guna mengoptimalkan penggelontoran sedimen yang berwujud lumpur dan pasir, PJT I menurunkan empat alat berat amphibious excavator long arm. Flushing kali ini ditargetkan dapat menggelontor 200 hingga 250 ribu meter kubik sedimen.

"Untuk bisa mengimbangi sedimen yang masuk ke waduk, tidak cukup jika hanya mengandalkan kapal keruk. Dari evaluasi flushing sebelumnya, kegiatan ini dinilai cukup efektif menambah kapasitas waduk hingga 250 meter kubik dalam waktu relatif singkat," kata Hermawan.

Saat ini proses flushing masih dilakukan untuk memindahkan sedimen dengan eskavator agar larut dan ikut mengalir ke sisi hilir bendungan. "Sampai sekarang masih kami lakukan. Rencananya, flushing akan selesai hari ini. Kalau memungkinkan, sore atau malam nanti, pintu air sudah ditutup dan bisa kembali diisi air," katanya.

Mengenai daya tampung bendungan setelah digelontor, ia mengaku belum bisa menghitung secara pasti. "Sekarang baru kasat mata saja, tapi hitungan pasti untuk daya tampungnya akan dilakukan pengukuran echosounding lebih dulu oleh tim dari kantor pusat. Segera kami infokan lebih lanjut. Mungkin minggu depan," tuturnya.

Setelah pintu air di Bendungan Sengguruh ditutup, Hermawan memastikan waduk dapat terisi penuh kembali dengan durasi setengah hari. "Untuk pengisian kembali air di Sengguruh bisa 8 sampai 12 jam. Air diisi dari aliran hulu di Sungai Brantas dan Sungai Lesti. Saat ini debit air dari kedua sungai masih normal di kisaran 30-40 meter kubik per detik," ungkapnya.

Untuk mengurangi sedimentasi di Sengguruh, ia juga berharap agar masyarakat lebih memperhatikan kaidah konservasi dalam menjalankan aktivitas kesehariannya. Seperti tidak melakukan penebangan pohon di sisi hulu Sungai Brantas, termasuk juga menggunakan terasan dalam mengolah lahan pertanian. Selain itu lebih dimasifkan lagi kegiatan penanaman pohon untuk mengurangi erosi dan tanah longsor.

Ia juga mengimbau masyarakat di wilayah hulu, seperti Kota Batu, Kota Malang dan Kabupaten Malang agar tidak membuang sampah ke sungai atau bantaran sungai. Pasalnya, kata dia, sampah juga menjadi masalah yang cukup mendominasi di Bendungan Sengguruh.

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021