Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia menggandeng Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) untuk ikut menyosialisasikan tiga rukun bernegara agar semakin mengukuhkan rasa Cinta Tanah Air.

Kegiatan yang dikemas dalam tausiah kebangsaan itu digelar di Pondok Pesantren Wali Barokah, Kota Kediri, Jawa Timur. 

Wakil Ketua Umum MUI K.H. Marsudi Syuhud menekankan pentingnya hubungan antarmanusia sehingga terhubung antara rohani, pikiran, amaliyah. Ketika semua tersambung akan menghadirkan keberkahan.  

Ia menekankan konteks hubungan negara dan agama terdapat dalam tiga hal. Pertama, negara harus mampu membuat hubungan antara hukum tetap (Al-Quran dan Al-hadist) dengan produk undang-undang yang dihasilkan negara.

"Aturan yang dibuat negara harus bermanfaat dan mengurangi kemaksiatan atau kekacauan," katanya dalam acara yang di gelar di Kediri, Minggu. 

Kedua, kata dia, bernegara itu harus bisa menyatukan maslahat umum dan individu.

"Contohnya pajak, hasil pajak bermanfaat untuk kepentingan umum. Namun, adakalanya masyarakat dalam kondisi tak mampu bayar pajak, maka aturannya diubah bisa afirmasi atau tax holiday," ujar dia. 

Dan yang ketiga adalah menyatukan atau merukunkan kepentingan materi dan rohani.

"Saat negara memperbolehkan shalat, puasa, haji, dan ibadah-ibadah lainnya bahkan mengurusinya maka sudah syariah. Meskipun bakal ada tabrakan antara syariah dan maksiat, misalnya ada korupsi bantuan sosial, maka korupsinya dibasmi bukan bantuan sosialnya yang dihilangkan," kata dia. 

Ia juga mengingatkan negara yang didasari musyawarah hukumnya wajib menjaga kesepakatan atau produk musyarawah tersebut. Dengan musyawarah yang kurang bisa diperbaiki bersama. Dirinya juga meminta semua bersyukur atas rahmat Allah kepada Indonesia, yang aman dan tenteram.

Sementara itu, Ketua Umum DPP LDII K.H. Chriswanto Santoso mengemukakan pentingnya menjalin silaturahmi dengan para tokoh agama. Mereka turut serta memikirkan bangsa dan negara sebagai kontribusi untuk menjadikan Indonesia negeri yang makmur penuh rahmat dari Allah.

"Tausiyah ini jadi penting untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah, agar ukhuwah wathoniyah juga kuat, dan ketiga ukhuwah basariyah terjaga. Para pendiri bangsa mendirikan negeri ini atas perbedaan yang tak bisa dihindari, dan para ulama menjadi motor penggerak perjuangan. Dari perbedaan itu, justru kita menyatu," kata Kiai Chriswanto. 

Ia menambahkan LDII juga ikut serta berkontribusi membangun kegiatan bernegara. Pihaknya mempunyai program yang diselaraskan dengan program nasional. 

"Kami memiliki delapan program kerja yang diselaraskan dengan program nasional, agar menjadi solusi. LDII harus mendukung bangsa dan negara dan memberi solusi terutama masalah kebangsaan. Bila Indonesia goyang, LDII turut ikut sempoyongan," kata Chriswanto. 

Pimpinan Pondok Pesantren Wali Barokah Kota Kediri K.H. Soenarto mengatakan kunjungan pimpinan MUI di pondok pesantren ini memberikan banyak informasi terkait dengan hubungan bernegara. 

"Tausiyah kebangsaan ini penting dalam kondisi keumatan yang menghadapi masalah yang kompleks dan multidimensi, kami membutuhkan pencerahan," katanya. 

Soenarto menambahkan sebagai pondok pesantren yang diamanati DPP LDII untuk menghasilkan juru dakwah, posisi pondok pesantren ini sangat strategis. Untuk itu, bekal bagi juru dakwah terkait dengan kebangsaan juga diperlukan. 

"Maka para juru dakwah itu perlu dibekali ilmu agama yang kaffah dan wawasan kebangsaan yang kuat dan mantap," kata dia. 

Acara tausiyah kebangsaan itu diikuti para ulama, pengurus LDII, serta perwakilan dari MUI di Provinsi Jatim dan kabupaten/kota. 
 
Dalam kesempatan itu, Kiai Marsudi Syuhud didampingi Wakil Sekjen DP MUI Arif Fahrudin, Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian, dan Pengembangan DP MUI Firdaus Syam dan Sekretaris Ali Abdillah. 

Acara digelar dengan tetap menekankan protokol kesehatan, karena saat ini masih pandemi COVID-19.
 

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021