Edi "Ortega" Purwanto akan mengusung program "ekosistem halal" untuk maju atau mencalonkan diri menjadi presidium Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Jatim yang akan digelar di Kabupaten Magetan, 28-30 Mei 2021.
"Selama ini KAHMI kan lebih banyak orientasi ke politik, maka saya menawarkan hal baru terkait dengan pemberdayaan umat, yakni ekosistem halal. Alhamdulillah, setelah saya keliling ke majelis daerah KAHMI di Jatim mendapatkan sambutan menarik," kata Edi saat kunjungan ke Bondowoso, Jatim, Senin.
Akademisi dari Universitas Brawijaya Malang bergelar doktor manajemen strategis ini mengemukakan, banyak hal yang bisa dilakukan terkait dengan program ekosistem halal tersebut, terutama dengan pemberdayaan ekonomi umat dan kelangsungan perkaderan untuk kemajuan HMI di masa depan.
Ekosistem halal, kata Ketua Umum Yayasan Insan Cita Agromadani (ICAM) Indonesia ini, saat ini tidak lagi merupakan sukarela bagi dunia usaha, melainkan sebagai kewajiban. Hal ini berkonsekuensi pada kebutuhan beberapa tenaga untuk proses pengeluaran sertifikat halal atas suatu produk.
"Ekosistem halal ini membuka peluang profesi atau pekerjaan baru, yang bisa disiapkan oleh KAHMI. Kebetulan saya sudah berpengalaman dalam edukasi dan sosialisasi ekosistem halal ini. Yayasan ICAM Indonesia selama ini banyak mengedukasi masyarakat dan dunia usaha untuk proses sertifikasi halal," kata Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim ini.
Ia menjelaskan sesuai amanah UU No 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, UU No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dan PP No 39 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal, maka dibutuhkan empat profesi baru untuk penerbitan sertifikasi halal.
"Profesi baru itu adalah penyelia halal, auditor halal, juru sembelih halal (juleha) dan pendamping. Juru sembelih halal ini, kalau di luar negeri, seperti Australia dan Selandia Baru, gajinya bisa Rp60 juta hingga Rp70 per bulan. Ini kan peluang, selain tentu untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri," katanya.
Selain ekosistem halal, Edi juga akan menggarap bidang pendidikan untuk keberlanjutan kaderisasi HMI di masa mendatang. Ia menyebut sangat banyak alumni HMI yang kini menduduki posisi penting di perguruan tinggi di Jatim sehingga bisa dioptimalkan perannya dengan berkolaborasi antarperguruan tinggi.
"Dengan modal SDM alumni di perguruan tinggi, saya ingin KAHMI Jatim memperhatikan proses kaderisasi dengan menyosialisasikan keberadaan HMI ke sekolah-sekolah, lebih-lebih ke pondok pesantren. Dengan demikian, adik-adik calon anggota sudah memiliki gambaran mengenai organisasi HMI," katanya.
Edi menjelaskan, program yang pada hakikatnya fokus pada kaderisasi, pendidikan dan ekonomi itu dirangkum dalam visinya, "KAHMI Jatim menjadi rumah bersama yang kokoh dan membahagiakan".
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
"Selama ini KAHMI kan lebih banyak orientasi ke politik, maka saya menawarkan hal baru terkait dengan pemberdayaan umat, yakni ekosistem halal. Alhamdulillah, setelah saya keliling ke majelis daerah KAHMI di Jatim mendapatkan sambutan menarik," kata Edi saat kunjungan ke Bondowoso, Jatim, Senin.
Akademisi dari Universitas Brawijaya Malang bergelar doktor manajemen strategis ini mengemukakan, banyak hal yang bisa dilakukan terkait dengan program ekosistem halal tersebut, terutama dengan pemberdayaan ekonomi umat dan kelangsungan perkaderan untuk kemajuan HMI di masa depan.
Ekosistem halal, kata Ketua Umum Yayasan Insan Cita Agromadani (ICAM) Indonesia ini, saat ini tidak lagi merupakan sukarela bagi dunia usaha, melainkan sebagai kewajiban. Hal ini berkonsekuensi pada kebutuhan beberapa tenaga untuk proses pengeluaran sertifikat halal atas suatu produk.
"Ekosistem halal ini membuka peluang profesi atau pekerjaan baru, yang bisa disiapkan oleh KAHMI. Kebetulan saya sudah berpengalaman dalam edukasi dan sosialisasi ekosistem halal ini. Yayasan ICAM Indonesia selama ini banyak mengedukasi masyarakat dan dunia usaha untuk proses sertifikasi halal," kata Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim ini.
Ia menjelaskan sesuai amanah UU No 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal, UU No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dan PP No 39 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal, maka dibutuhkan empat profesi baru untuk penerbitan sertifikasi halal.
"Profesi baru itu adalah penyelia halal, auditor halal, juru sembelih halal (juleha) dan pendamping. Juru sembelih halal ini, kalau di luar negeri, seperti Australia dan Selandia Baru, gajinya bisa Rp60 juta hingga Rp70 per bulan. Ini kan peluang, selain tentu untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri," katanya.
Selain ekosistem halal, Edi juga akan menggarap bidang pendidikan untuk keberlanjutan kaderisasi HMI di masa mendatang. Ia menyebut sangat banyak alumni HMI yang kini menduduki posisi penting di perguruan tinggi di Jatim sehingga bisa dioptimalkan perannya dengan berkolaborasi antarperguruan tinggi.
"Dengan modal SDM alumni di perguruan tinggi, saya ingin KAHMI Jatim memperhatikan proses kaderisasi dengan menyosialisasikan keberadaan HMI ke sekolah-sekolah, lebih-lebih ke pondok pesantren. Dengan demikian, adik-adik calon anggota sudah memiliki gambaran mengenai organisasi HMI," katanya.
Edi menjelaskan, program yang pada hakikatnya fokus pada kaderisasi, pendidikan dan ekonomi itu dirangkum dalam visinya, "KAHMI Jatim menjadi rumah bersama yang kokoh dan membahagiakan".
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021