Operasi pengangkatan batu ginjal jadi pengalaman tersendiri bagi Sri Hartatik. Perempuan berusia 62 tahun ini menceritakan pengalamannya saat merasakan sakit yang luar biasa sebelum operasi itu dilakukan.

Tatik, sapaan akrabnya, memang divonis menderita batu ginjal oleh dokter dan segera mungkin dilakukan penembakan batu ginjal. Hal ini merupakan salah satu tindakan yang digunakan untuk memecahkan batu ginjal tersebut.

Dalam penuturannya, ia membayangkan sebuah kayu yang dibor pada saat pembedahan dilakukan.

“Nah, ini daging dan tulang (seperti) dibor. Di saat yang sama, saya juga memikirkan bagaimana cara saya membayar tindakan tersebut,” ucapnya sambil menunjukkan bekas operasi.

Namun demikian, dokter menenangkan jika saat ini teknologi sudah canggih dan tindakan bisa dilakukan dengan cepat dan mudah. Pikiran Tatik yang sebelumnya gelisah lantas reda saat dokter memberikan kepastian tentang jaminan kesehatan lewat Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang dia ikuti.

“Saya akhirnya manut, tanpa mikir biaya besar karena saya peserta BPJS Kesehatan. Keinginan saya untuk bisa sembuh besar sekali dan inginnya cepat bekerja,” kenangnya.

Awal mula keluhan terjadi saat dirinya melakukan studi banding perekaman e-KTP di wilayah Mojokerto dan setelahnya menginap di Kota Malang. Saat malam hari, Tatik mendapat nyeri yang luar biasa hingga akhirnya keluarga menjemput untuk cepat dilarikan ke rumah sakit. Sesampainya di sana, gejala yang selama ini dirasakan terjawab oleh vonis dokter yang menyatakan dirinya terserang batu ginjal. 
“Saya sudah tidak kuat lagi. Padahal dari semua anggota keluarga, saya yang paling tahan sakit. Tapi saat itu saya sudah tidak kuat karena sakitnya (seperti) menembus dari depan ke belakang,” ungkapnya.
 
Kemudian, operasi langsung dilakukan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Sesuai dengan indikasi medis, penanganan penyakit batu ginjal Tatik harus melalui tindakan pemecahan menggunakan mesin Extracorporeal Shock Wave Lithotripsi (ESWL) yang mengeluarkan gelombang kejut 3.000 hingga 5.000 per sesinya.
 
“Kalau ukurannya sudah sebesar telur puyuh, tapi saat itu bentuknya sudah hancur seperti pasir. Alhamdulillah, perkembangan kondisi saya begitu baik dan sekarang bisa beraktivitas kembali seperti dulu,” ujarnya.
 
Tak lupa, ia mengaku beruntung bisa mendapatkan kemudahan berobat lantaran menjadi bagian program JKN-KIS. Semua tindakan operasi hingga penanganan medis yang diterima Tatik lunas ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
 
“Terima Kasih BPJS Kesehatan, saya bisa sembuh tanpa mengeluarkan uang dari dompet sama sekali,” katanya senang. (*)

Pewarta: Indra Setiawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021