Sejumlah warga sekitar hutan di Desa Junjung, Tulungagung, Jawa Timur berhasil menggagalkan upaya pengangkutan kayu sonokeling yang roboh dari dalam kawasan hutan Gua Pasir, Kecamatan Sumbergempol.

"Saat ditanya katanya mau membawa (mengangkut) sonokeling yang sudah mati, namun tidak membawa surat-surat resmi," kata Deputi Advokasi dan Investigasi Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Mangkubumi, Maliki Nusantara, di Tulungagung, Rabu.

Kejadian berlangsung pada Senin (22/3) sore. Saat itu, ada truk yang sudah mengangkut potongan kayu sonokeling dari daerah lain, parkir di halaman rumah warga, tak jauh dari pinggiran hutan di sekitar wisata alam Gua Pasir, Desa Junjung, Kecamatan Sumbergempol, Tulungagung.

Ada mantri Perhutani di antara orang yang terlibat dalam pengangkutan kayu sonokeling tersebut.

Warga curiga, lalu berinisiatif menanyakan kepentingan truk nopol AG 8025 QR parkir di Desa Junjung sambil membawa belasan potong kayu sonokeling tersebut, namun tidak mendapat jawaban yang memuaskan dari petugas Perhutani yang mengawal pengangkutan kayu.

"Malah dijawab katanya bukan urusan RT, bukan urusan warga," tutur Maliki.

Saat diminta menunjukkan dokumen angkut kayu, justru menunjukkan surat laporan kejadian bencana alam. Tidak lama kemudian, mantri Perhutani itu kabur ke arah selatan bersama truk yang dibawanya.
Warga melihat potongan batang kayu yang siap angkut di dalam kawasan Hutan Goa Pasir, Tulungagung (Ist)

Pohon sonokeling dari area hutan tidak berhasil dibawa.

"Pengangkutan kayu rusak karena bencana alam ada prosedurnya. Tidak seenaknya seperti itu," katanya.

Dia mengatakan aksi warga didorong seringnya kayu sonokeling yang hilang dari hutan tersebut. Banyak tegakan yang hilang atau roboh dan mati. Padahal di hutan Gua Pasir banyak tanaman kayu jenis sonokeling yang berusia puluhan tahun dengan lingkar batang di atas 150 sentimeter.

Dikonfirmasi terkait hal ini, Wakil Kepala Administratur KPH Blitar Ivan Cahyono mengaku kejadian tersebut sebagai kesalahpahaman.

Ia berdalih kejadian itu salah paham antara warga sekitar dan petugas Perhutani.

"Mungkin ada pengalaman tidak mengenakkan dialami warga sekitar, karena dulu ada sonokeling yang pernah hilang. Apalagi harganya yang sangat mahal,” ujar Ivan, saat dihubungi lewat telepon.

Ia menyatakan kayu-kayu mati karena bencana alam, baik jenis akasia dan jati dari tempat lain, barangnya diangkut untuk dipindahkan ke tempat penampungan kayu (TPK).

Pihaknya sudah melaporkan ke Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur untuk kelengkapan pengangkutan kayu sonokeling.

Rencananya Dinas Perhutani akan cek lokasi pada hari Sabtu (27/3).
 

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021