Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Kabupaten Nganjuk menyatakan kondisi pengungsi terdampak longsor di Desa Ngetos yang dinyatakan positif COVID-19 saat ini sudah jauh lebih baik.
"Informasi dari Kadinkes ada satu yang positif, kondisinya baik. Untuk perawatan, saya kira ada keluhan ringan," kata Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Kabupaten Nganjuk dr. Hendriyanto di Nganjuk, Kamis.
Ia mengatakan pengungsi yang dinyatakan positif terpapar COVID-19 dari hasil tes usap itu masih anak-anak berusia sekitar 8 tahun. Ia juga langsung dibawa petugas untuk perawatan di rumah sakit.
Hendriyanto menambahkan petugas telah melakukan tes cepat tahap pertama terhadap 67 orang pengungsi dan ada 14 orang yang hasilnya reaktif. Dari hasil pengujian, satu orang dinyatakan positif COVID-19.
Namun, untuk hasil tes cepat tahap kedua terhadap seluruh pengungsi belum ada informasi hasilnya hingga kini.
"Kalau yang sudah, 14 orang yang reaktif, dites usap satu positif. Lainnya belum dapat informasi," ujarnya.
Ia menganjurkan agar pengungsi maupun seluruh petugas yang terlibat dalam pencarian para korban tanah longsor di Desa Ngetos, Kabupaten Nganjuk, tetap menerapkan protokol kesehatan. Masyarakat juga harus selalu mengenakan masker dan rajin mencuci tangan.
Ia mengakui penerapan protokol kesehatan di lokasi bencana agak sulit, tetapi pihaknya tidak henti-henti selalu memberikan sosialisasi agar warga tetap menjaga kesehatan dan menerapkan protokol kesehatan.
"Protokol kesehatan tetap bisa meminimalisasi risiko penularan. Dalam situasi seperti itu (bencana alam) untuk memberitahu massa sangat sulit. Mau protokol kesehatan juga sulit, namun kami tidak bosan-bosan terus menyampaikan," kata dia.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Ngetos dr. Budi Santoso menegaskan pihaknya terus memantau kesehatan para korban bencana alam tanah longsor. Mereka kini tinggal di tempat pengungsian. "Kami lakukan pemeriksaan tiga kali, pemberian vitamin dan yang sakit perawatan di Puskesmas," kata Budi.
Ia menambahkan jumlah tenaga kesehatan di lokasi bencana tanah longsor masih mencukupi. Untuk tenaga kesehatan di Puskesmas Ngetos ditambah dengan personel di jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk ada 80 orang.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy saat datang ke lokasi posko utama korban tanah longsor di Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Selasa (16/2), juga mengingatkan warga untuk mematuhi protokol kesehatan, dengan selalu mengenakan masker. Ia tidak ingin dalam musibah ini justru memunculkan klaster baru.
Bencana tanah longsor terjadi di Dusun Selopuro, Desa/Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, pada Minggu (14/2), setelah hujan deras mengguyur daerah ini. Akibatnya, 10 rumah warga rusak, yakni delapan rumah warga tertimbun dan dua rusak berat.
Di daerah tersebut, ada 186 orang warga yang terdata. Dari jumlah itu, 21 orang d antaranya dinyatakan hilang. Setelah pencarian, dua orang berhasil selamat, enam orang masih dicari dan sisanya sudah meninggal dunia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
"Informasi dari Kadinkes ada satu yang positif, kondisinya baik. Untuk perawatan, saya kira ada keluhan ringan," kata Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Kabupaten Nganjuk dr. Hendriyanto di Nganjuk, Kamis.
Ia mengatakan pengungsi yang dinyatakan positif terpapar COVID-19 dari hasil tes usap itu masih anak-anak berusia sekitar 8 tahun. Ia juga langsung dibawa petugas untuk perawatan di rumah sakit.
Hendriyanto menambahkan petugas telah melakukan tes cepat tahap pertama terhadap 67 orang pengungsi dan ada 14 orang yang hasilnya reaktif. Dari hasil pengujian, satu orang dinyatakan positif COVID-19.
Namun, untuk hasil tes cepat tahap kedua terhadap seluruh pengungsi belum ada informasi hasilnya hingga kini.
"Kalau yang sudah, 14 orang yang reaktif, dites usap satu positif. Lainnya belum dapat informasi," ujarnya.
Ia menganjurkan agar pengungsi maupun seluruh petugas yang terlibat dalam pencarian para korban tanah longsor di Desa Ngetos, Kabupaten Nganjuk, tetap menerapkan protokol kesehatan. Masyarakat juga harus selalu mengenakan masker dan rajin mencuci tangan.
Ia mengakui penerapan protokol kesehatan di lokasi bencana agak sulit, tetapi pihaknya tidak henti-henti selalu memberikan sosialisasi agar warga tetap menjaga kesehatan dan menerapkan protokol kesehatan.
"Protokol kesehatan tetap bisa meminimalisasi risiko penularan. Dalam situasi seperti itu (bencana alam) untuk memberitahu massa sangat sulit. Mau protokol kesehatan juga sulit, namun kami tidak bosan-bosan terus menyampaikan," kata dia.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Ngetos dr. Budi Santoso menegaskan pihaknya terus memantau kesehatan para korban bencana alam tanah longsor. Mereka kini tinggal di tempat pengungsian. "Kami lakukan pemeriksaan tiga kali, pemberian vitamin dan yang sakit perawatan di Puskesmas," kata Budi.
Ia menambahkan jumlah tenaga kesehatan di lokasi bencana tanah longsor masih mencukupi. Untuk tenaga kesehatan di Puskesmas Ngetos ditambah dengan personel di jajaran Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk ada 80 orang.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy saat datang ke lokasi posko utama korban tanah longsor di Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Selasa (16/2), juga mengingatkan warga untuk mematuhi protokol kesehatan, dengan selalu mengenakan masker. Ia tidak ingin dalam musibah ini justru memunculkan klaster baru.
Bencana tanah longsor terjadi di Dusun Selopuro, Desa/Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, pada Minggu (14/2), setelah hujan deras mengguyur daerah ini. Akibatnya, 10 rumah warga rusak, yakni delapan rumah warga tertimbun dan dua rusak berat.
Di daerah tersebut, ada 186 orang warga yang terdata. Dari jumlah itu, 21 orang d antaranya dinyatakan hilang. Setelah pencarian, dua orang berhasil selamat, enam orang masih dicari dan sisanya sudah meninggal dunia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021