Tim Basarnas Jawa Timur memfokuskan pencarian tujuh korban longsor di Desa/Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, di sektor A (bagian utara) di lokasi musibah tersebut.
"Sesuai dengan informasi dari pak kasun, dari warga yang selamat, dimungkinkan korban yang masih dalam pencarian dalam sektor A, sebelah utara. Kami tidak tahu, ketika longsor itu terjadi menimpa korban larinya kemana atau didorong kemana. Namun, kami tetap di sektor A, dimaksimalkan," kata Kepala Basarnas Jatim Hari Adi Purnomo di Nganjuk, Rabu.
Untuk pencarian para korban, petugas gabungan dari Basarnas, BPBD Kabupaten Nganjuk, TNI/Polri serta relawan memanfaatkan eskavator. Ada lima unit eskavator yang dioperasionalkan. Selain itu, juga ada bantuan dari anjing pelacak, dengan harapan posisi korban segera ditemukan.
"Pola sama, mengandalkan kekuatan eskavator. Kalau manual tidak akan mampu dengan timbunan tanah lengket itu," kata dia.
Ia juga mengaku saat proses pencarian para korban tersebut kesulitannya adalah tanahnya labil dan agak gembur. Hal itu efek dari hujan yang setiap hari terjadi. Bahkan, saat proses pencarian air juga masih mengalir.
Pihaknya memang mengkhawatirkan terjadinya longsor susulan. Namun, sampai saat ini hal itu tidak terjadi.
"Sementara ini aman. Karena kami juga antisipasi cuaca mulai gelap sudah langsung pasukan kami geser. Memang tanahnya gembur, untuk itu, operator dari eskavator kita berikan briefing (pengarahan) tentang safety (keamanan) bagi mereka," kata dia.
Bupati Nganjuk Novi Rahman Hidayat mengatakan petugas juga terus berupaya keras mencari para korban. Dalam musibah yang berlangsung pada Minggu (14/2) itu terdapat delapan rumah warga tertimbun. Selain itu, dua rumah lainnya mengalami kerusakan.
Jumlah penduduk yang terdampak adalah 186 orang. Dari jumlah itu, 21 orang tertimbun tanah longsor tersebut.
Sementara itu, untuk hasil pencarian pada Selasa (16/2) dari 21 orang yang sebelumnya dinyatakan hilang terdapat 14 orang sudah ditemukan. Dari jumlah 14 orang itu, dua orang selamat sedangkan sisanya meninggal dunia.
"Saat ini yang masih pencarian tujuh orang," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
"Sesuai dengan informasi dari pak kasun, dari warga yang selamat, dimungkinkan korban yang masih dalam pencarian dalam sektor A, sebelah utara. Kami tidak tahu, ketika longsor itu terjadi menimpa korban larinya kemana atau didorong kemana. Namun, kami tetap di sektor A, dimaksimalkan," kata Kepala Basarnas Jatim Hari Adi Purnomo di Nganjuk, Rabu.
Untuk pencarian para korban, petugas gabungan dari Basarnas, BPBD Kabupaten Nganjuk, TNI/Polri serta relawan memanfaatkan eskavator. Ada lima unit eskavator yang dioperasionalkan. Selain itu, juga ada bantuan dari anjing pelacak, dengan harapan posisi korban segera ditemukan.
"Pola sama, mengandalkan kekuatan eskavator. Kalau manual tidak akan mampu dengan timbunan tanah lengket itu," kata dia.
Ia juga mengaku saat proses pencarian para korban tersebut kesulitannya adalah tanahnya labil dan agak gembur. Hal itu efek dari hujan yang setiap hari terjadi. Bahkan, saat proses pencarian air juga masih mengalir.
Pihaknya memang mengkhawatirkan terjadinya longsor susulan. Namun, sampai saat ini hal itu tidak terjadi.
"Sementara ini aman. Karena kami juga antisipasi cuaca mulai gelap sudah langsung pasukan kami geser. Memang tanahnya gembur, untuk itu, operator dari eskavator kita berikan briefing (pengarahan) tentang safety (keamanan) bagi mereka," kata dia.
Bupati Nganjuk Novi Rahman Hidayat mengatakan petugas juga terus berupaya keras mencari para korban. Dalam musibah yang berlangsung pada Minggu (14/2) itu terdapat delapan rumah warga tertimbun. Selain itu, dua rumah lainnya mengalami kerusakan.
Jumlah penduduk yang terdampak adalah 186 orang. Dari jumlah itu, 21 orang tertimbun tanah longsor tersebut.
Sementara itu, untuk hasil pencarian pada Selasa (16/2) dari 21 orang yang sebelumnya dinyatakan hilang terdapat 14 orang sudah ditemukan. Dari jumlah 14 orang itu, dua orang selamat sedangkan sisanya meninggal dunia.
"Saat ini yang masih pencarian tujuh orang," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021