Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meminta insan pers Indonesia mampu menyajikan informasi yang memiliki kuantitas dan kualitas yang berimbang.
"Pers harus melakukan reintrospeksi diri karena tantangan saat ini jauh lebih sulit dengan munculnya media sosial, sehingga arus informasi begitu kuat dan gencar," ujarnya di Gedung Negara Grahadi di Surabaya, Selasa.
Menurut dia, terdapat arus diferensiasi yang kontras antara pers dan media sosial, terutama dari segi mutu penyajian informasi.
Saat ini, kata dia, masyarakat tidak hanya terpaku pada informasi yang disajikan melalui media massa, namun juga informasi yang beredar luas melalui media sosial seperti Facebook, WhatsApp, Youtube, dan Instagram.
"Mereka sering hanya sebatas membaca judul atau paragraf pertama. Padahal, tidak sedikit informasi yang disajikan itu berupa hoaks dan ujaran kebencian yang mempengaruhi pola pikir masyarakat," ucapnya.
"Harus jujur diakui bahwa budaya literasi masyarakat kita masih rendah. Di sinilah pekerjaan rumah utama pers, yaitu memerangi informasi bohong yang beredar di masyarakat," kata Khofifah menambahkan.
Kendati demikian, diakuinya tidak semua orang memiliki kepercayaan terhadap informasi media sosial karena masih ada orang yang memiliki komitmen untuk mencari dan melakukan klarifikasi melalui produk pers.
"Tapi, perbandingan diantara keduanya masih sangat jomplang. Lebih banyak kelompok yang menelan informasi secara langsung daripada melakukan dan mencari klarifikasi untuk memastikan kebenarannya. Ini fakta," tuturnya.
Pekerjaan rumah pers, lanjut dia, bertambah berat dengan semakin maraknya bermunculan citizen journalism karena melakukan aktivitas jurnalistik tanpa memiliki dasar dan mematuhi etika jurnalistik.
"Ini Ibarat masakan yang dimasak oleh bukan tukang masak. Tanpa dicicipi, masakan itu dibagikan ke orang lain. Bisa jadi, tampilan makanannya menarik, tapi rasanya belum tentu nikmat. Ini tantangan pers di masa kini," katanya.
Orang nomor satu di Pemprov Jatim tersebut berharap, Hari Pers Nasional 2021 mampu memberi semangat kepada seluruh insan pers untuk meneguhkan kembali eksistensinya.
"Mengingat, masyarakat sangat membutuhkan informasi yang nyata, akurat, objektif, dan bukan bukan propaganda kepentingan tertentu," kata dia. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
"Pers harus melakukan reintrospeksi diri karena tantangan saat ini jauh lebih sulit dengan munculnya media sosial, sehingga arus informasi begitu kuat dan gencar," ujarnya di Gedung Negara Grahadi di Surabaya, Selasa.
Menurut dia, terdapat arus diferensiasi yang kontras antara pers dan media sosial, terutama dari segi mutu penyajian informasi.
Saat ini, kata dia, masyarakat tidak hanya terpaku pada informasi yang disajikan melalui media massa, namun juga informasi yang beredar luas melalui media sosial seperti Facebook, WhatsApp, Youtube, dan Instagram.
"Mereka sering hanya sebatas membaca judul atau paragraf pertama. Padahal, tidak sedikit informasi yang disajikan itu berupa hoaks dan ujaran kebencian yang mempengaruhi pola pikir masyarakat," ucapnya.
"Harus jujur diakui bahwa budaya literasi masyarakat kita masih rendah. Di sinilah pekerjaan rumah utama pers, yaitu memerangi informasi bohong yang beredar di masyarakat," kata Khofifah menambahkan.
Kendati demikian, diakuinya tidak semua orang memiliki kepercayaan terhadap informasi media sosial karena masih ada orang yang memiliki komitmen untuk mencari dan melakukan klarifikasi melalui produk pers.
"Tapi, perbandingan diantara keduanya masih sangat jomplang. Lebih banyak kelompok yang menelan informasi secara langsung daripada melakukan dan mencari klarifikasi untuk memastikan kebenarannya. Ini fakta," tuturnya.
Pekerjaan rumah pers, lanjut dia, bertambah berat dengan semakin maraknya bermunculan citizen journalism karena melakukan aktivitas jurnalistik tanpa memiliki dasar dan mematuhi etika jurnalistik.
"Ini Ibarat masakan yang dimasak oleh bukan tukang masak. Tanpa dicicipi, masakan itu dibagikan ke orang lain. Bisa jadi, tampilan makanannya menarik, tapi rasanya belum tentu nikmat. Ini tantangan pers di masa kini," katanya.
Orang nomor satu di Pemprov Jatim tersebut berharap, Hari Pers Nasional 2021 mampu memberi semangat kepada seluruh insan pers untuk meneguhkan kembali eksistensinya.
"Mengingat, masyarakat sangat membutuhkan informasi yang nyata, akurat, objektif, dan bukan bukan propaganda kepentingan tertentu," kata dia. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021