Pemerintah Kabupaten Probolinggo melalui Dinas Kesehatan bersama Satgas Penanganan COVID-19 mulai melakukan pemeriksaan tes cepat antigen secara massal bagi masyarakat yang ada di tujuh kecamatan zona merah di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, pada 4-17 Januari 2021.
Tujuh kecamatan itu meliputi Paiton, Kraksaan, Pajarakan, Gending, Dringu, Sumberasih, dan Leces, dengan masing-masing kecamatan disiapkan sebanyak 1.000 alat tes cepat antigen.
"Fokus pemeriksaan rapid test antigen massal dilakukan di tujuh kecamatan zona merah karena memang secara konsisten ada kasus-kasus penambahan konfirmasi positif COVID-19 secara signifikan, bahkan hampir setiap harinya," kata Bupati Probolinggo P. Tantriana Sari dalam kegiatan webinar dipantau di Probolinggo, Senin.
Menurutnya, pemeriksaan tes cepat antigen massal itu melibatkan Satgas Penanganan COVID-19 tingkat kecamatan hingga desa. Langkah ini sebagai salah satu upaya pemerintah dalam meminimalisasi penyebaran virus corona di Kabupaten Probolinggo.
"Pada prinsipnya saya tidak ingin kasus COVID-19 itu seperti halnya fenomena gunung es, di mana jumlah kasusnya seolah-olah kemudian bisa dikendalikan, tetapi sebetulnya angka kesakitan di level masyarakat cukup tinggi," tuturnya.
Ia mengatakan hal yang sangat menyedihkan adalah kasus-kasus kematian yang belum jelas statusnya, apakah terkonfirmasi positif COVID-19 atau bukan.
Sasaran tes cepat antigen massal tersebut adalah masyarakat ring 1 dan ring 2 kasus aktif COVID-19 di Kabupaten Probolinggo. Ring 1 merupakan keluarga satu rumah karena semua orang serumah bergejala ataupun tidak wajib tes cepat antigen sebagai upaya mencegah penularan lebih lanjut.
Selanjutnya ring 2 adalah orang yang tidak serumah tapi pernah berinteraksi dengan yang pasien terkonfirmasi positif, kemudian orang yang bergejala seperti batuk dan pilek yang disertai demam dan sesak napas, serta para kelompok-kelompok rawan dan pelanggar protokol kesehatan.
Menurut Tantriana, salah satu kelompok rawan yang perlu mendapatkan prioritas adalah ibu hamil karena dari data Dinas Kesehatan tercatat hampir 90 persen ibu hamil yang mendatangi fasilitas layanan kesehatan terkonfirmasi positif COVID-19.
"Ketika ibu hamil yang bergejala ada batuk dan pilek, sebelum dilakukan tindakan persalinan normal ataukah operasi sesar tentu dilakukan tes usap PCR yang hasilnya 90 persennya terkonfirmasi positif COVID-19," katanya.
Pada awal Januari 2021, lanjut dia, Dinas Kesehatan telah mengalokasikan alat tes cepat antigen sebanyak 15.000 unit yang digunakan untuk tujuh kecamatan zona merah dengan alokasi masing-masing sebesar 1.000 unit, namun pihaknya juga tetap melakukan tes cepat antigen bagi kecamatan lain melalui Satgas Kecamatan.
"Seluruh masyarakat bergotong royong dengan penuh kesadaran sehingga semua pihak mulai RT/RW, dusun, desa, kecamatan, dan kabupaten bisa menjalankan program itu dengan baik," ujarnya.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo dr Shodiq Tjahjono mengatakan biasanya usai liburan akan terjadi kenaikan, sehingga dalam satu hingga dua pekan setelah adanya liburan akan terjadi suatu kenaikan kasus sehingga harus segera diantisipasi.
"Alhamdulillah kenaikannya di Probolinggo tidak signifikan, tidak seperti di kabupaten lain. Namun, masyarakat tetap harus waspada dan harus antisipasi sehingga bisa mengatasi dan bisa siap-siap kalau terjadi kenaikan kasus," katanya.
Ia mengatakan alur pemeriksaan diawali dengan identifikasi sasaran mulai dari kontak erat kasus, bergejala, risiko tinggi, kelompok rawan, perumahan padat dan pelanggar protokol kesehatan, sehingga harus dicatat identitasnya sebelum dilakukan tes cepat antigen.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Tujuh kecamatan itu meliputi Paiton, Kraksaan, Pajarakan, Gending, Dringu, Sumberasih, dan Leces, dengan masing-masing kecamatan disiapkan sebanyak 1.000 alat tes cepat antigen.
"Fokus pemeriksaan rapid test antigen massal dilakukan di tujuh kecamatan zona merah karena memang secara konsisten ada kasus-kasus penambahan konfirmasi positif COVID-19 secara signifikan, bahkan hampir setiap harinya," kata Bupati Probolinggo P. Tantriana Sari dalam kegiatan webinar dipantau di Probolinggo, Senin.
Menurutnya, pemeriksaan tes cepat antigen massal itu melibatkan Satgas Penanganan COVID-19 tingkat kecamatan hingga desa. Langkah ini sebagai salah satu upaya pemerintah dalam meminimalisasi penyebaran virus corona di Kabupaten Probolinggo.
"Pada prinsipnya saya tidak ingin kasus COVID-19 itu seperti halnya fenomena gunung es, di mana jumlah kasusnya seolah-olah kemudian bisa dikendalikan, tetapi sebetulnya angka kesakitan di level masyarakat cukup tinggi," tuturnya.
Ia mengatakan hal yang sangat menyedihkan adalah kasus-kasus kematian yang belum jelas statusnya, apakah terkonfirmasi positif COVID-19 atau bukan.
Sasaran tes cepat antigen massal tersebut adalah masyarakat ring 1 dan ring 2 kasus aktif COVID-19 di Kabupaten Probolinggo. Ring 1 merupakan keluarga satu rumah karena semua orang serumah bergejala ataupun tidak wajib tes cepat antigen sebagai upaya mencegah penularan lebih lanjut.
Selanjutnya ring 2 adalah orang yang tidak serumah tapi pernah berinteraksi dengan yang pasien terkonfirmasi positif, kemudian orang yang bergejala seperti batuk dan pilek yang disertai demam dan sesak napas, serta para kelompok-kelompok rawan dan pelanggar protokol kesehatan.
Menurut Tantriana, salah satu kelompok rawan yang perlu mendapatkan prioritas adalah ibu hamil karena dari data Dinas Kesehatan tercatat hampir 90 persen ibu hamil yang mendatangi fasilitas layanan kesehatan terkonfirmasi positif COVID-19.
"Ketika ibu hamil yang bergejala ada batuk dan pilek, sebelum dilakukan tindakan persalinan normal ataukah operasi sesar tentu dilakukan tes usap PCR yang hasilnya 90 persennya terkonfirmasi positif COVID-19," katanya.
Pada awal Januari 2021, lanjut dia, Dinas Kesehatan telah mengalokasikan alat tes cepat antigen sebanyak 15.000 unit yang digunakan untuk tujuh kecamatan zona merah dengan alokasi masing-masing sebesar 1.000 unit, namun pihaknya juga tetap melakukan tes cepat antigen bagi kecamatan lain melalui Satgas Kecamatan.
"Seluruh masyarakat bergotong royong dengan penuh kesadaran sehingga semua pihak mulai RT/RW, dusun, desa, kecamatan, dan kabupaten bisa menjalankan program itu dengan baik," ujarnya.
Sementara Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo dr Shodiq Tjahjono mengatakan biasanya usai liburan akan terjadi kenaikan, sehingga dalam satu hingga dua pekan setelah adanya liburan akan terjadi suatu kenaikan kasus sehingga harus segera diantisipasi.
"Alhamdulillah kenaikannya di Probolinggo tidak signifikan, tidak seperti di kabupaten lain. Namun, masyarakat tetap harus waspada dan harus antisipasi sehingga bisa mengatasi dan bisa siap-siap kalau terjadi kenaikan kasus," katanya.
Ia mengatakan alur pemeriksaan diawali dengan identifikasi sasaran mulai dari kontak erat kasus, bergejala, risiko tinggi, kelompok rawan, perumahan padat dan pelanggar protokol kesehatan, sehingga harus dicatat identitasnya sebelum dilakukan tes cepat antigen.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021