PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia (Manulife Indonesia) menyatakan akan lebih adaptif menghadapi perubahan konsumen yang kian beragam, seiring dengan perilaku kehidupan masyarakat yang dinamis dan proyeksi perekonomian Indonesia belum sepenuhnya pulih pada 2021.
“Masalah kesehatan dan tantangan ekonomi akibat pandemi COVID-19 menjadi salah satu perhatian kami. Manulife Indonesia terus memberikan solusi perencanaan keuangan terkait dengan biaya kesehatan dan proteksi keuangan keluarga mengingat pandemi COVID-19 masih mewarnai perjalanan pada tahun 2021,” kata Presiden Direktur dan CEO Manulife Indonesia Ryan Charland dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Menurut Ryan, pelaku industri asuransi jiwa juga dituntut menjaga keselamatan masyarakat dengan menerapkan layanan non-face to face.
“Manulife terus mendampingi para nasabah. Termasuk membayar klaim COVID-19 dari para nasabah,” katanya.
Baca juga: Manulife : Penetrasi asuransi syariah di Indonesia minim
Hingga 9 November 2020 jumlah klaim yang dibayarkan Manulife tercatat sebesar Rp54,5 miliar. Jumlah tersebut termasuk manfaat rawat inap dan perlindungan jiwa.
Sedangkan klaim keseluruhan Manulife Indonesia (konsolidasi) per Oktober 2020 year to date sebesar Rp 4 triliun dan total donasi Manulife Indonesia tercatat lebih dari Rp 4 miliar yang diberikan kepada sekitar 200 pusat pelayanan kesehatan di Indonesia.
Baca juga: Manulife perluas pasar di Surabaya
Sementara itu, anggota Dewan Komisioner Kepala Eksekutif Pengawas IKNB Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Riswinandi mengatakan dengan menggunakan teknologi informasi ini diharapkan daya jangkau industri asuransi kepada nasabah lebih efektif dan efisien
Selain itu, industri asuransi juga harus memaksimalkan potensi besar di sektor digital. Apalagi, penetrasi asuransi saat ini relatif masih kecil, tidak pernah di atas 3 persen dengan total potensi 270 juta jiwa. Jika saja 20 persen masyarakat sadar asuransi, maka industri ini akan meningkat secara signifikan.
Baca juga: Manulife: Kesadaran perencanaan keuangan masyarakat Indonesia masih rendah
Terkait hal itu, OJK telah memberikan persetujuan kepada sembilan perusahaan asuransi untuk memasarkan produknya secara digital, termasuk Manulife Indonesia.
Ryan mengatakan Manulife menyambut baik upaya pemerintah menggarap sektor digital sebagai platform bisnis di masa mendatang dan pihaknya saat ini sudah menerapkan pelayanan berbasis digital kepada para nasabah, termasuk pengajuan klaim secara online dan polis elektronik.
Menurut catatan, potensi ekonomi digital Indonesia pada 2025 diprediksi tumbuh hingga 133 miliar dolar AS atau sekitar Rp1.800 triliun, melonjak tiga kali lipat dari tahun 2019 sekitar 40 miliar dolar AS.
Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri beberapa waktu sebelumnya mengemukakan para pelaku industri asuransi jiwa dituntut adaptif guna menjaga kinerjanya dan mampu membaca perubahan konsumen, mengingat tahun 2021 diperkirakan kondisi perekonomian belum sepenuhya normal.
Menurutnya, perekonomian nasional diproyeksikan baru kembali pulih pada 2022 mendatang.
Selama vaksin belum didistribusikan, maka tahun 2021 masih akan menjadi tahun pemulihan sehingga masalah kesehatan dan keselamatan masyarakat masih menjadi kunci utama pemulihan ekonomi tahun 2021.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020