Pemerintah Kota Kediri, Jawa Timur, akan menyelenggarakan peragaan busana "Dhoho Street Fashion" (DSF) 2020 di areal wisata Goa Selomangleng secara virtual karena pandemi COVID-19.
"Kami senang gelaran "Dhoho Street Fashion Ke-6" kalinya ini kami adakan, walaupun di masa pandemi ini," kata Ketua Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda) Kota Kediri Ferry Silviana Abu Bakar di Kediri, Sabtu.
Bunda Fey, sapaan akrabnya itu, dalam temu wartawan secara virtual mengatakan pergelaran mengambil tema "Energy Of Kilisuci". Acara ini diselenggarakan di areal wisata Goa Selomangleng, Kota Kediri pada Minggu (22/11). Tema ini diambil bahwa semangat Dewi Kilisuci yang menjadi inspirasi.
"Semangat ini yang kami jadikan inspirasi bahwa apapun itu di pandemi, roda perekonomian, industri UMKM harus terus bangkit dan roda ekonomi harus berputar," kata Bunda Fey yang juga istri dari Wali Kota Kediri tersebut.
Ia juga menegaskan kegiatan ini digelar secara tertutup, demi mencegah penyebaran COVID-19. Namun, warga tetap bisa melihat siaran kegiatan ini lewat jejaring sosial YouTube.
Dalam acara ini, terdapat sejumlah desainer ternama yang juga ikut ambil bagian, antara lain Priyo Oktaviano, Era Soekamto, Samira M. Bafagih. Terdapat juga desainer lokal, yakni dari Azzkasim, Numansa, Luxecefsar, dan pelajar SMKN 3 Kota Kediri.
Di acara ini juga turut diundang Putri Indonesia 2020 yakni Ayu Maulida, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan sejumlah tamu undangan lainnya.
Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar menambahkan pemkot mendukung kegiatan ini. Acara ini sudah digelar yang keenam kalinya. Tema yang diangkat juga sesuai dengan semangat Kota Kediri untuk terus melestarikan tenun ikat, yang merupakan kain khas daerah setempat.
"Kota Kediri berupaya melakukan pengembangan tenun ikat dari hulu ke hilir. Setelah itu kami ajak desainer kerja sama untuk perkaya dengan para perajin lokal di Kediri. Ada masukan dari desainer sehingga ini juga mengedukasi penenun," katanya.
Mas Abu, sapaan akrabnya itu, menambahkan pihaknya bangga karena remaja juga tidak kalah bersemangat dengan desainer profesional. Mereka bisa membuat desain baju yang bisa dipakai sehari-hari dan bukan hanya model untuk karnaval.
"Dulu tenun ikat hanya stagnan di situ saja, penenun semakin sepuh. Mereka ini juga akhirnya paham sosial media, kebutuhan, siapa yang akan memakai tenun ini, diajarkan desainer sehingga semakin mengeksplorasi dan warna lainnya," kata dia.
Desainer Era Soekamto yang akan ikut serta dalam peragaan busana tersebut, mengaku suka dengan sejarah dan berbagai hal yang mengulik Nusantara.
"Banyak sekali sejarah yang asli lalu wisdom (kebijaksanaan) yang memang tersembunyi tidak dikenal masyarakat luas. Kilisuci ini menarik sekali, sejarah Kediri. Kediri menjadi salah satu tempat sentral," kata dia. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
"Kami senang gelaran "Dhoho Street Fashion Ke-6" kalinya ini kami adakan, walaupun di masa pandemi ini," kata Ketua Dewan Kerajinan Nasional (Dekranasda) Kota Kediri Ferry Silviana Abu Bakar di Kediri, Sabtu.
Bunda Fey, sapaan akrabnya itu, dalam temu wartawan secara virtual mengatakan pergelaran mengambil tema "Energy Of Kilisuci". Acara ini diselenggarakan di areal wisata Goa Selomangleng, Kota Kediri pada Minggu (22/11). Tema ini diambil bahwa semangat Dewi Kilisuci yang menjadi inspirasi.
"Semangat ini yang kami jadikan inspirasi bahwa apapun itu di pandemi, roda perekonomian, industri UMKM harus terus bangkit dan roda ekonomi harus berputar," kata Bunda Fey yang juga istri dari Wali Kota Kediri tersebut.
Ia juga menegaskan kegiatan ini digelar secara tertutup, demi mencegah penyebaran COVID-19. Namun, warga tetap bisa melihat siaran kegiatan ini lewat jejaring sosial YouTube.
Dalam acara ini, terdapat sejumlah desainer ternama yang juga ikut ambil bagian, antara lain Priyo Oktaviano, Era Soekamto, Samira M. Bafagih. Terdapat juga desainer lokal, yakni dari Azzkasim, Numansa, Luxecefsar, dan pelajar SMKN 3 Kota Kediri.
Di acara ini juga turut diundang Putri Indonesia 2020 yakni Ayu Maulida, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan sejumlah tamu undangan lainnya.
Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar menambahkan pemkot mendukung kegiatan ini. Acara ini sudah digelar yang keenam kalinya. Tema yang diangkat juga sesuai dengan semangat Kota Kediri untuk terus melestarikan tenun ikat, yang merupakan kain khas daerah setempat.
"Kota Kediri berupaya melakukan pengembangan tenun ikat dari hulu ke hilir. Setelah itu kami ajak desainer kerja sama untuk perkaya dengan para perajin lokal di Kediri. Ada masukan dari desainer sehingga ini juga mengedukasi penenun," katanya.
Mas Abu, sapaan akrabnya itu, menambahkan pihaknya bangga karena remaja juga tidak kalah bersemangat dengan desainer profesional. Mereka bisa membuat desain baju yang bisa dipakai sehari-hari dan bukan hanya model untuk karnaval.
"Dulu tenun ikat hanya stagnan di situ saja, penenun semakin sepuh. Mereka ini juga akhirnya paham sosial media, kebutuhan, siapa yang akan memakai tenun ini, diajarkan desainer sehingga semakin mengeksplorasi dan warna lainnya," kata dia.
Desainer Era Soekamto yang akan ikut serta dalam peragaan busana tersebut, mengaku suka dengan sejarah dan berbagai hal yang mengulik Nusantara.
"Banyak sekali sejarah yang asli lalu wisdom (kebijaksanaan) yang memang tersembunyi tidak dikenal masyarakat luas. Kilisuci ini menarik sekali, sejarah Kediri. Kediri menjadi salah satu tempat sentral," kata dia. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020