Universitas Airlangga (Unair) Surabaya mengembangkan reagen bernama reagen+ yang diklaim dapat memberikan hasil deteksi COVID-19 lebih cepat.
"Reagen+ memiliki keunggulan hasil PCR yang hanya membutuhkan waktu dua jam, jauh lebih singkat dibandingkan reagen sebelumnya yang membutuhkan waktu hingga 24 jam," kata Rektor Unair Prof. Mohammad Nasih di Surabaya, Rabu.
Nasih mengatakan untuk pengadaan proses lanjutannya, Unair akan bekerja sama dengan Kimia Farma.
Selain itu, proses tes PCR biasanya ada tiga tahapan, yakni pengambilan serat, mencampur proses persiapan dan terakhir masuk mesin PCR.
Sementara dalam proses Reagen+, persiapan di tahap kedua bisa dipotong sehingga hanya membutuhkan dua tahap sebelum masuk ke PCR.
"Reagen+ untuk PCR ini juga kerja sama dengan TNI untuk bisa digunakan oleh mereka. Tentu juga jika prosesnya lancar, bisa dimanfaatkan ke tempat-tempat yang lain," katanya.
Ketua Institute of Tropical Disease (ITD) dan tim peneliti Unair Prof. Maria Lucia Inge Lusida mengatakan ada satu langkah yang dihilangkan dan diganti dalam reagen+. Hal ini agar waktu pemeriksaannya bisa lebih singkat.
"Reagen ini memotong langkah dan menggantinya. Biasanya ada tiga langkah, dengan reagen ini hanya dua langkah karena step yang dipotong digantikan dengan langkah yang lainnya," ujarnya.
Prof. Inge menjelaskan reagen ini sudah dilakukan percobaan awal dengan hasil yang baik dan pihaknya akan memperbanyak reagen tersebut. Percobaan ini dilakukan dengan beragam sampel yang telah dimiliki ITD Unair.
"Sementara ini hasilnya bagus. Nah, ini bisa diteruskan lagi tesnya. Ya sudah kami kasihkan ke Kimia Farma agar bisa diproduksi lebih banyak," katanya.
Modifikasi reagen ini juga diperuntukkan agar masyarakat dapat melakukan tes PCR dengan harga yang lebih terjangkau, yakni sekitar Rp100 ribu dan bisa mendapatkan hasil lebih cepat.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
"Reagen+ memiliki keunggulan hasil PCR yang hanya membutuhkan waktu dua jam, jauh lebih singkat dibandingkan reagen sebelumnya yang membutuhkan waktu hingga 24 jam," kata Rektor Unair Prof. Mohammad Nasih di Surabaya, Rabu.
Nasih mengatakan untuk pengadaan proses lanjutannya, Unair akan bekerja sama dengan Kimia Farma.
Selain itu, proses tes PCR biasanya ada tiga tahapan, yakni pengambilan serat, mencampur proses persiapan dan terakhir masuk mesin PCR.
Sementara dalam proses Reagen+, persiapan di tahap kedua bisa dipotong sehingga hanya membutuhkan dua tahap sebelum masuk ke PCR.
"Reagen+ untuk PCR ini juga kerja sama dengan TNI untuk bisa digunakan oleh mereka. Tentu juga jika prosesnya lancar, bisa dimanfaatkan ke tempat-tempat yang lain," katanya.
Ketua Institute of Tropical Disease (ITD) dan tim peneliti Unair Prof. Maria Lucia Inge Lusida mengatakan ada satu langkah yang dihilangkan dan diganti dalam reagen+. Hal ini agar waktu pemeriksaannya bisa lebih singkat.
"Reagen ini memotong langkah dan menggantinya. Biasanya ada tiga langkah, dengan reagen ini hanya dua langkah karena step yang dipotong digantikan dengan langkah yang lainnya," ujarnya.
Prof. Inge menjelaskan reagen ini sudah dilakukan percobaan awal dengan hasil yang baik dan pihaknya akan memperbanyak reagen tersebut. Percobaan ini dilakukan dengan beragam sampel yang telah dimiliki ITD Unair.
"Sementara ini hasilnya bagus. Nah, ini bisa diteruskan lagi tesnya. Ya sudah kami kasihkan ke Kimia Farma agar bisa diproduksi lebih banyak," katanya.
Modifikasi reagen ini juga diperuntukkan agar masyarakat dapat melakukan tes PCR dengan harga yang lebih terjangkau, yakni sekitar Rp100 ribu dan bisa mendapatkan hasil lebih cepat.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020