Sejumlah tanaman tembakau di lahan Desa Ngale, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, rusak akibat serangan hama ulat yang terjadi pada musim tanam tahun ini.
Petani tembakau desa setempat Timan di Madiun, Senin, mengatakan serangan hama ulat tersebut membuat daun tembakau berlubang sehingga berpengaruh terhadap produktivitas dan hasil panen.
"Hama ulat tersebut menyerang tanaman tembakau usia tanam 20 hari. Selain berlubang, daun juga menjadi keriting sehingga tidak bisa dipanen maksimal," ujar Timan.
Menurut ia, dalam setengah hektare lahannya jika tumbuh subur, bisa memanen tembakau sekitar 6 kuintal atau sekitar Rp25 juta. Namun, akibat serangan ulat, petani hanya bisa memanen kisaran 5 hingga 5,5 kuintal atau tinggal Rp20 jutaan.
Saat ini harga tembakau kering di wilayah Kabupaten Madiun mencapai kisaran Rp23.000-Rp25.000 per kilogram.
Berbagai upaya telah dilakukan petani untuk membasmi hama ulat tersebut, di antaranya dengan penyemprotan obat hama. Namun, hasilnya sia-sia.
Selain diserang hama ulat, tanaman tembakau di sentra wilayah Desa Ngale juga kesulitan mendapatkan pupuk ZA yang sangat dibutuhkan. Hal itu juga membuat tanaman tembakau tidak tumbuh maksimal.
Kepala Bidang Perkebunan, Dinas Pertanian, dan Perikanan Kabupaten Madiun M Yasin menanggapi kesulitan petani tembakau mengatakan hama ulat dan kondisi daun yang mengering disebabkan karena cuaca beberapa hari terakhir yang tidak menentu.
"Kadang sangat panas, kemudian berawan membuat suhu di area tanaman tembakau lembab. Kondisi ini bisa disebut karena kemarau basah," kata M Yasin.
Pihaknya telah menurunkan sejumlah tim untuk mengecek kondisi tanaman para petani. Selain itu, dinas juga sedang menyiapkan bantuan pestisida bagi petani tembakau untuk membasmi hama ulat.
Sementara terkait sulitnya petani mendapatkan pupuk ZA, pihaknya membenarkan bahwa kali ini keberadaan pupuk tersebut mengalami keterlambatan.
Saat ini, lanjutnya, dinas terkait sedang dalam tahap melakukan koordinasi dan menginvetarisir permasalahan tersebut dengan pihak toko pupuk di desa sekitar.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Petani tembakau desa setempat Timan di Madiun, Senin, mengatakan serangan hama ulat tersebut membuat daun tembakau berlubang sehingga berpengaruh terhadap produktivitas dan hasil panen.
"Hama ulat tersebut menyerang tanaman tembakau usia tanam 20 hari. Selain berlubang, daun juga menjadi keriting sehingga tidak bisa dipanen maksimal," ujar Timan.
Menurut ia, dalam setengah hektare lahannya jika tumbuh subur, bisa memanen tembakau sekitar 6 kuintal atau sekitar Rp25 juta. Namun, akibat serangan ulat, petani hanya bisa memanen kisaran 5 hingga 5,5 kuintal atau tinggal Rp20 jutaan.
Saat ini harga tembakau kering di wilayah Kabupaten Madiun mencapai kisaran Rp23.000-Rp25.000 per kilogram.
Berbagai upaya telah dilakukan petani untuk membasmi hama ulat tersebut, di antaranya dengan penyemprotan obat hama. Namun, hasilnya sia-sia.
Selain diserang hama ulat, tanaman tembakau di sentra wilayah Desa Ngale juga kesulitan mendapatkan pupuk ZA yang sangat dibutuhkan. Hal itu juga membuat tanaman tembakau tidak tumbuh maksimal.
Kepala Bidang Perkebunan, Dinas Pertanian, dan Perikanan Kabupaten Madiun M Yasin menanggapi kesulitan petani tembakau mengatakan hama ulat dan kondisi daun yang mengering disebabkan karena cuaca beberapa hari terakhir yang tidak menentu.
"Kadang sangat panas, kemudian berawan membuat suhu di area tanaman tembakau lembab. Kondisi ini bisa disebut karena kemarau basah," kata M Yasin.
Pihaknya telah menurunkan sejumlah tim untuk mengecek kondisi tanaman para petani. Selain itu, dinas juga sedang menyiapkan bantuan pestisida bagi petani tembakau untuk membasmi hama ulat.
Sementara terkait sulitnya petani mendapatkan pupuk ZA, pihaknya membenarkan bahwa kali ini keberadaan pupuk tersebut mengalami keterlambatan.
Saat ini, lanjutnya, dinas terkait sedang dalam tahap melakukan koordinasi dan menginvetarisir permasalahan tersebut dengan pihak toko pupuk di desa sekitar.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020