Dinas Kesehatan Sampang berupaya menekan kasus kekerdilan pada anak di wilayah itu dengan menggandeng Fakultas Kesehatan Universitas Airlangga Surabaya.

Menurut Pelaksana Tugas Kepala Dinkes Sampang Agus Mulyadi di Sampang, Sabtu, langkah itu dilakukan karena Kabupaten Sampang termasuk daerah di Jawa Timur dengan angka kasus kekerdilan tinggi.

"Kami sengaja melibatkan akademisi dari Unair Surabaya untuk mengkaji dan mengidentifikasi problem stunting (kekerdilan) yang ada di sini, serta mencari solusinya," kata dia.

Berdasarkan hasil penelitian pada 2018, prevalensi balita yang mengalami kekerdilan di Kabupaten Sampang sebesar 47, 9 persen.

Balita yang mengalami kasus kekerdilan itu, bukan hanya karena kemiskinan, akan tetapi juga merupakan imbas dari sejumlah faktor seperti pola asuh dan kekurangan asupan gizi saat bayi masih dalam kandungan.

Di Sampang, kasus kekerdilan pada anak itu menyebar di 27 desa, di antaranya Desa Trapang, Betioh, Bencelok, Jregik, Desa Gunung Kesan, Tlambah, Karang Anyar, Desa Ketapang Daya, Pecanggaan, Banyumas, Gunung Maddah, dan Desa Pulau Mandangin, Kecamatan Sampang.

Berikutnya Desa Tana Mera, Komis, Moktesareh, Rabasan, Kedungdung, Gersempal, Meteng, Omben, Pandan, Rapa Laok, Sokobanah Laok, Tamberu Daya, Desa Banjar Bilah, Birem, Bringin, dan Desa Samaran, Kecamatan Tambelangan.

Sebelumnya, Ketua Unit Kajian Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair Surabaya Prof Sri Sumarmi dalam sebuah pertemuan dengan para tenaga medis dan perwakilan kader posyandu di Sampang, Pulau Madura, Jawa Timur belum lama ini, menjelaskan Kabupaten Sampang saat ini memang menjadi perhatian karena penderita kasus ini tergolong tinggi.

Ia menuturkan di Indonesia ada 160 kabupaten/kota yang menjadi lokus penanganan kasus kekerdilan, dan dari jumlah itu 12 kabupaten di antaranya berada di Jawa Timur, termasuk Kabupaten Sampang.

Faktor utama kasus kekerdilan adalah ekonomi, yakni karena kemiskinan.

"Tapi penyebab ini bukan yang dominan. dan kasus ini bisa dicegah dan ditangani pada usia dua tahun ke bawah pada saat periode seribu hari pertama kehidupan anak," katanya.

Hanya saja, sambung dia, kasus kekerdilan itu tidak bisa diintervensi dengan cepat karena merupakan masalah gizi kronis.

"Penanganan dari hulu ke hilir perlu dilakukan, mulai dari saat seseorang hendak membangun rumah tangga. Itu perlu diberi tahu tentang wawasan pentingnya asupan gizi yang cukup saat bayi masih dalam kandungan," katanya.

Jumlah balita yang menderita kasus kekerdilan di Kabupaten Sampang, terdata 19.309 jiwa dan menempati urutan ketiga di Jawa Timur, setelah Sidoarjo dan Kabupaten Banyuangi.

"Kami berharap melalui kerja sama antara Pemkab Sampang dengan Unair Surabaya ini, kasus kekerdilan di Sampang ini bisa ditekan," kata Agus Mulyadi.

Upaya lain yang terus dilakukan adalah dengan mengaktifkan kader posyandu yang tersebar di 180 desa di 14 kecamatan di Kabupaten Sampang.

Pewarta: Abd Aziz

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020