Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo, Kota Surabaya, Jawa Timur, yang siap diresmikan dalam waktu dekat ini akan mampu menghasilkan listrik 12 Megawatt melalui pengolahan sampah 1.000 ton per hari.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Surabaya, Rabu, mengatakan PLTSa terbesar dan pertama di Indonesia ini merupakan kerja sama antara Pemerintah Kota Surabaya dengan PT Sumber Organik (SO) yang menggunakan teknologi Gasifikasi Power Plant.
"Dari teknologi gasifikasi itu mampu menghasilkan listrik 12 Megawatt melalui pengolahan sampah 1000 ton per hari," katanya.
Risma mengatakan bahwa saat ini pembangunan fisik PLTSa Benowo mencapai 100 persen. Tinggal menunggu datangnya ahli untuk memantau tahapan commissioning atau pengujian dengan melakukan pengecekan apakah sistem itu sudah berjalan dengan baik.
"Jika PLTSa ini resmi beroperasi, maka sampah di Surabaya dapat berkurang 1.000 ton per hari," katanya.
Menurut Risma, ahli tersebut sebenarnya hendak datang pada Februari lalu. Namun, karena ada COVID-19 sehingga tidak bisa ke Surabaya.
Rencananya, kata dia, ahli tersebut akan berangkat dari Beijing, China, ke Surabaya pada 18 Agustus mendatang. "Kalau itu sudah selesai sudah bisa dioperasionalkan," ujarnya.
Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini menjelaskan dari 12 Megawatt listrik yang dihasilkan PLTSa Benowo itu, nantinya yang akan dijual kepada PLN sebanyak 9 Megawatt. Sedangkan 2 Megawatt dikonsumsi sendiri untuk kebutuhan operasional dan sisa 1 Megawatt redundant.
"Jadi, 2 Megawatt untuk konsumsi (operasional) mereka (PT SO). Listriknya mereka gunakan sendiri, kan mereka juga butuh operasional. Nah, sisanya yang 9 Megawatt itu dijual ke PLN dan masih ada redundant 1 megawatt," katanya.
Risma menyatakan, Pemkot Surabaya juga bakal dibantu Pemerintah Pusat untuk tipping fee atau biaya pengolahan sampah sekitar 30 persen. Ia mengaku telah bertemu dengan Presiden Joko Widodo saat menyampaikan kesiapan operasional PLTSa Benowo tersebut.
"Alhamdulillah kita juga akan dibantu Pemerintah Pusat untuk tipping fee. Jadi kemarin kita sampaikan ke Pak Presiden kita akan dibantu 30 persen (tipping fee)," katanya.
Sementara itu, Deputy General Manager Business Unit PT Sumber Organik (SO) Hari Sunjayana mengutarakan bahwa proses gasifikasi sampah di PLTSa Benowo kapasitasnya mencapai 1.000 ton per hari. Dari kapasitas itu kemudian diolah menjadi energi listrik sekitar 12 megawatt, sedangkan hasil listrik sekitar 9 megawatt dijual ke PLN.
"Sedangkan kapasitas pembangkit kami itu 12 megawatt. Kita internal consumption artinya dipakai sendiri itu 2 megawatt," kata Hari Sunjayana.
Ia menyatakan saat ini PT SO sudah mulai melakukan tahapan persiapan commissioning atau pengujian. Rencananya, pertengahan bulan Agustus ini, tim ahli akan datang ke Surabaya untuk memantau pengujian PLTSa di Benowo tersebut.
"Ini kita sudah persiapan untuk commissioning. Mulai bulan Agustus ini sudah akan mulai datang (ahli)," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Surabaya, Rabu, mengatakan PLTSa terbesar dan pertama di Indonesia ini merupakan kerja sama antara Pemerintah Kota Surabaya dengan PT Sumber Organik (SO) yang menggunakan teknologi Gasifikasi Power Plant.
"Dari teknologi gasifikasi itu mampu menghasilkan listrik 12 Megawatt melalui pengolahan sampah 1000 ton per hari," katanya.
Risma mengatakan bahwa saat ini pembangunan fisik PLTSa Benowo mencapai 100 persen. Tinggal menunggu datangnya ahli untuk memantau tahapan commissioning atau pengujian dengan melakukan pengecekan apakah sistem itu sudah berjalan dengan baik.
"Jika PLTSa ini resmi beroperasi, maka sampah di Surabaya dapat berkurang 1.000 ton per hari," katanya.
Menurut Risma, ahli tersebut sebenarnya hendak datang pada Februari lalu. Namun, karena ada COVID-19 sehingga tidak bisa ke Surabaya.
Rencananya, kata dia, ahli tersebut akan berangkat dari Beijing, China, ke Surabaya pada 18 Agustus mendatang. "Kalau itu sudah selesai sudah bisa dioperasionalkan," ujarnya.
Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini menjelaskan dari 12 Megawatt listrik yang dihasilkan PLTSa Benowo itu, nantinya yang akan dijual kepada PLN sebanyak 9 Megawatt. Sedangkan 2 Megawatt dikonsumsi sendiri untuk kebutuhan operasional dan sisa 1 Megawatt redundant.
"Jadi, 2 Megawatt untuk konsumsi (operasional) mereka (PT SO). Listriknya mereka gunakan sendiri, kan mereka juga butuh operasional. Nah, sisanya yang 9 Megawatt itu dijual ke PLN dan masih ada redundant 1 megawatt," katanya.
Risma menyatakan, Pemkot Surabaya juga bakal dibantu Pemerintah Pusat untuk tipping fee atau biaya pengolahan sampah sekitar 30 persen. Ia mengaku telah bertemu dengan Presiden Joko Widodo saat menyampaikan kesiapan operasional PLTSa Benowo tersebut.
"Alhamdulillah kita juga akan dibantu Pemerintah Pusat untuk tipping fee. Jadi kemarin kita sampaikan ke Pak Presiden kita akan dibantu 30 persen (tipping fee)," katanya.
Sementara itu, Deputy General Manager Business Unit PT Sumber Organik (SO) Hari Sunjayana mengutarakan bahwa proses gasifikasi sampah di PLTSa Benowo kapasitasnya mencapai 1.000 ton per hari. Dari kapasitas itu kemudian diolah menjadi energi listrik sekitar 12 megawatt, sedangkan hasil listrik sekitar 9 megawatt dijual ke PLN.
"Sedangkan kapasitas pembangkit kami itu 12 megawatt. Kita internal consumption artinya dipakai sendiri itu 2 megawatt," kata Hari Sunjayana.
Ia menyatakan saat ini PT SO sudah mulai melakukan tahapan persiapan commissioning atau pengujian. Rencananya, pertengahan bulan Agustus ini, tim ahli akan datang ke Surabaya untuk memantau pengujian PLTSa di Benowo tersebut.
"Ini kita sudah persiapan untuk commissioning. Mulai bulan Agustus ini sudah akan mulai datang (ahli)," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020