Direktur Pelaksana Bank Dunia Mari Elka Pangestu memperkirakan penduduk miskin di dunia bertambah sekitar 70 juta hingga 20 juta orang karena terdampak pandemi COVID-19.
“Bank Dunia memperkirakan 70 juta hingga 120 juta orang di dunia akan masuk ke dalam kemiskinan,” katanya dalam acara Indonesia Economic Prospects (IEP) Bank Dunia edisi Juli 2020 di Jakarta, Kamis.
Tak hanya itu Mari Pangestu mengatakan seiring dengan adanya potensi peningkatan jumlah penduduk miskin di dunia maka kesenjangan ekonomi juga terjadi, termasuk di Indonesia.
Oleh sebab itu Mari Pangestu menyatakan pemerintah perlu memberikan dukungan dalam rangka mencegah potensi terjadinya penambahan penduduk miskin dan kesenjangan sosial terutama untuk kelompok rentan.
“Dibutuhkan respons kebijakan yang memastikan kesenjangan tidak diperparah akibat pandemi,” tegas Mari Pangestu.
Untuk Indonesia, Mari Pangestu menyarankan agar pemerintah dapat memperluas skala jangkauan dalam pemberian stimulus perlindungan sosial terutama untuk sektor informal.
“Banyak negara lain yang melakukan kebijakan sama dengan Indonesia tapi yang dilakukan dalam konteks pandemi ini adalah untuk memperluas skala jangkauannya,” katanya.
Kemudian ia juga meminta kepada pemerintah Indonesia untuk dapat melakukan sinkronisasi data agar stimulus perlindungan sosial bisa terealisasi lebih baik.
“Data ini untuk monitoring apakah yang dilakukan berhasil mencapai tujuan secara efektif atau belum,” ujar Mari Pangestu. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
“Bank Dunia memperkirakan 70 juta hingga 120 juta orang di dunia akan masuk ke dalam kemiskinan,” katanya dalam acara Indonesia Economic Prospects (IEP) Bank Dunia edisi Juli 2020 di Jakarta, Kamis.
Tak hanya itu Mari Pangestu mengatakan seiring dengan adanya potensi peningkatan jumlah penduduk miskin di dunia maka kesenjangan ekonomi juga terjadi, termasuk di Indonesia.
Oleh sebab itu Mari Pangestu menyatakan pemerintah perlu memberikan dukungan dalam rangka mencegah potensi terjadinya penambahan penduduk miskin dan kesenjangan sosial terutama untuk kelompok rentan.
“Dibutuhkan respons kebijakan yang memastikan kesenjangan tidak diperparah akibat pandemi,” tegas Mari Pangestu.
Untuk Indonesia, Mari Pangestu menyarankan agar pemerintah dapat memperluas skala jangkauan dalam pemberian stimulus perlindungan sosial terutama untuk sektor informal.
“Banyak negara lain yang melakukan kebijakan sama dengan Indonesia tapi yang dilakukan dalam konteks pandemi ini adalah untuk memperluas skala jangkauannya,” katanya.
Kemudian ia juga meminta kepada pemerintah Indonesia untuk dapat melakukan sinkronisasi data agar stimulus perlindungan sosial bisa terealisasi lebih baik.
“Data ini untuk monitoring apakah yang dilakukan berhasil mencapai tujuan secara efektif atau belum,” ujar Mari Pangestu. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020