Tim penilai inovasi pelayanan publik Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB) mengapresiasi program Teropong Jiwa (terapi okupasi dan pemberdayaan orang dengan gangguan jiwa) Pemkab Banyuwangi, Jawa Timur.
Apresiasi program pemulihan dan pemberdayaan orang dengan gangguan jiwa disampaikan oleh panelis dari Kemenpan-RB setelah Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas memaparkan program tersebut secara virtual di Banyuwangi, Kamis.
"Ini yang menarik, ada intervensi dari pemerintah yang membuat pengusaha mau mempekerjakan ODGJ. Dengan begitu, ODGJ yang sudah stabil ini benar-benar bisa berkarya, mengaktualisasikan dirinya," kata Nurjaman Mochtar, salah satu tim penilai seleksi tahapan pertama menuju Top 45 lomba Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) Kemenpan-RB.
Teropong Jiwa merupakan program pemberian terapi kerja bagi orang dengan gangguan jiwa yang diinisiasi oleh Puskesmas Gitik, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi.
Pasien ODGJ yang sudah stabil setelah menjalani serangkaian pengobatan dilatih berbagai ketrampilan kerajinan tangan, dan disalurkan ke sejumlah tempat kerja.
Inovasi Teropong Jiwa kini telah direplikasi di seluruh puskesmas di Banyuwangi, setiap puskesmas menjalankan program terapi okupasi dengan cara yang berbeda terhadap ODGJ yang ada di wilayah kerjanya. Misalnya ada yang diajak berkebun dan diajak membikin kripik singkong.
"Ini juga bagus, inovasi di satu puskesmas sudah berhasil, langsung direplikasi di seluruh puskesmas yang lain. Akhirnya dampaknya bisa dilihat secara nyata di seluruh wilayah," kata Dadan S Suharmawijaya, anggota Ombudsman RI.
Dalam paparan inovasi Teropong Jiwa, Bupati Anas menjelaskan bahwa terapi kerja ini bertujuan agar pasien ODGJ tidak mengalami kekambuhan. Selain itu, mereka bisa lebih fokus dan tidak mudah emosional dan yang pasti tujuannya agar mereka bisa mandiri ke depan.
"Yang spesial dari program ini adalah para ODGJ setelah mendapat ketrampilan, mereka disalurkan ke sejumlah tempat kerja. Ada yang diajak bekerja di UMKM atau diikutkan orang tua asuh, yang artinya puskesmas mencari keluarga yang mau menerima ODGJ yang sudah pulih untuk bisa menjadi bagian dari keluarga. Program ini khusus bagi ODGJ yang tidak mempunyai keluarga," ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi dr Widji Lestariono mengemukakan para ODGJ yang telah dibekali keterampilan akan disalurkan ke sejumlah tempat kerja.
"Yang kerja di UMKM, mereka ada yang ikut kerja di industri kue rumahan. Mereka bikin rengginang dan camilan ringan. Kalau orang tua asuh, mereka ada yang diajak bekerja di usaha penggilingan beras. Jadi, mereka diberi kesempatan mengaktualisasikan diri, untuk meminimalisir kambuh," katanya.
Paparan ini merupakan seleksi tahapan pertama menuju Top 45 lomba Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) yang digelar Kemenpan-RB. Sebanyak 99 inovasi terbaik dari 2.000 lebih inovasi se-Indonesia yang masuk, dipaparkan dan diseleksi secara ketat oleh tim panel independen yang ditunjuk Kemenpan-RB.
Tim penilai terdiri dari Prof. JB. Kristiadi (akademisi Universitas Indonesia/UI), Prof. Eko Prasojo (akademisi UI), dan Dadan S Suharmawijaya (anggota Ombudsman RI). Ada juga Tulus Abadi (Ketua Pengurus Harian YLKI), Haris Turino (akademisi), Siti Zuhro (LIPI), Nurjaman Muchtar (Perwakilan Stasiun Televisi), serta Indah Sukmaningsih (YLKI). (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Apresiasi program pemulihan dan pemberdayaan orang dengan gangguan jiwa disampaikan oleh panelis dari Kemenpan-RB setelah Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas memaparkan program tersebut secara virtual di Banyuwangi, Kamis.
"Ini yang menarik, ada intervensi dari pemerintah yang membuat pengusaha mau mempekerjakan ODGJ. Dengan begitu, ODGJ yang sudah stabil ini benar-benar bisa berkarya, mengaktualisasikan dirinya," kata Nurjaman Mochtar, salah satu tim penilai seleksi tahapan pertama menuju Top 45 lomba Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) Kemenpan-RB.
Teropong Jiwa merupakan program pemberian terapi kerja bagi orang dengan gangguan jiwa yang diinisiasi oleh Puskesmas Gitik, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi.
Pasien ODGJ yang sudah stabil setelah menjalani serangkaian pengobatan dilatih berbagai ketrampilan kerajinan tangan, dan disalurkan ke sejumlah tempat kerja.
Inovasi Teropong Jiwa kini telah direplikasi di seluruh puskesmas di Banyuwangi, setiap puskesmas menjalankan program terapi okupasi dengan cara yang berbeda terhadap ODGJ yang ada di wilayah kerjanya. Misalnya ada yang diajak berkebun dan diajak membikin kripik singkong.
"Ini juga bagus, inovasi di satu puskesmas sudah berhasil, langsung direplikasi di seluruh puskesmas yang lain. Akhirnya dampaknya bisa dilihat secara nyata di seluruh wilayah," kata Dadan S Suharmawijaya, anggota Ombudsman RI.
Dalam paparan inovasi Teropong Jiwa, Bupati Anas menjelaskan bahwa terapi kerja ini bertujuan agar pasien ODGJ tidak mengalami kekambuhan. Selain itu, mereka bisa lebih fokus dan tidak mudah emosional dan yang pasti tujuannya agar mereka bisa mandiri ke depan.
"Yang spesial dari program ini adalah para ODGJ setelah mendapat ketrampilan, mereka disalurkan ke sejumlah tempat kerja. Ada yang diajak bekerja di UMKM atau diikutkan orang tua asuh, yang artinya puskesmas mencari keluarga yang mau menerima ODGJ yang sudah pulih untuk bisa menjadi bagian dari keluarga. Program ini khusus bagi ODGJ yang tidak mempunyai keluarga," ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi dr Widji Lestariono mengemukakan para ODGJ yang telah dibekali keterampilan akan disalurkan ke sejumlah tempat kerja.
"Yang kerja di UMKM, mereka ada yang ikut kerja di industri kue rumahan. Mereka bikin rengginang dan camilan ringan. Kalau orang tua asuh, mereka ada yang diajak bekerja di usaha penggilingan beras. Jadi, mereka diberi kesempatan mengaktualisasikan diri, untuk meminimalisir kambuh," katanya.
Paparan ini merupakan seleksi tahapan pertama menuju Top 45 lomba Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) yang digelar Kemenpan-RB. Sebanyak 99 inovasi terbaik dari 2.000 lebih inovasi se-Indonesia yang masuk, dipaparkan dan diseleksi secara ketat oleh tim panel independen yang ditunjuk Kemenpan-RB.
Tim penilai terdiri dari Prof. JB. Kristiadi (akademisi Universitas Indonesia/UI), Prof. Eko Prasojo (akademisi UI), dan Dadan S Suharmawijaya (anggota Ombudsman RI). Ada juga Tulus Abadi (Ketua Pengurus Harian YLKI), Haris Turino (akademisi), Siti Zuhro (LIPI), Nurjaman Muchtar (Perwakilan Stasiun Televisi), serta Indah Sukmaningsih (YLKI). (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020