Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meminta masukan dari para guru untuk ikut memikirkan cara agar pelajar dapat bersekolah lagi dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat selama di sekolah.
"Satu kelas ada 30-40 anak. Bagaimana itu bisa jaga jarak. Karena itu, butuh masukan dari 'panjenengan' (Anda)," kata Risma saat video teleconference dengan Kepala Sekolah Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SD-SMP negeri maupun swasta se-Surabaya di Balai Kota Surabaya, Sabtu.
Pada kesempatan itu, Risma juga menyosialisasikan Peraturan Wali Kota Surabaya Nomor 28 Tahun 2020 tentang Pedoman Tatanan Normal Baru Pada Kondisi Pandemi COVID-19 di Kota Surabaya.
Meski demikian, lanjut Risma, saat ini pihaknya belum mengetahui kapan sekolah akan dibuka, namun yang paling utama ialah merumuskan protokol kesehatan pada tiap-tiap sekolah dengan dasar Perwali tersebut.
Menurutnya, setiap sekolah memiliki karakteristik siswa dan lingkungan berbeda. Oleh sebab itu, Risma meminta kepada tiap sekolah untuk mengembangkan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah.
"Karena bapak ibu yang paling mengerti kondisi sekolahnya. Jadi mohon untuk dikembangkan dan lebih dirinci. Standarnya adalah perwali, jangan di bawah itu," katanya.
Selain itu, Risma juga ingin agar jam istirahat siswa di sekolah sebaiknya untuk sementara ditiadakan mengingat pada saat itu para siswa biasanya akan bergerombol dengan teman-temannya. Sehingga bukan hanya siswa saja yang diatur pergerakannya tetapi peralatannya pun demikian.
Ia menilai bahwa upaya ini memang tidaklah mudah. Tetapi harus dilakukan agar dapat mengkondisikan anak-anak dan menjaga kualitas kesehatannya.
"Saya setiap malam nyicil masukkan sabun dan cairan pembersih tangan ke botol untuk persiapan sekolah. Ini supaya tidak kecolongan. Saya minta bapak ibu buat secara detail," katanya.
Bahkan, saat ada siswa yang mengalami sakit batuk atau flu, Risma meminta agar anak tersebut dipulangkan ke rumahnya meski bukan sakit COVID-19. Menurutnya, jika anak yang sakit tersebut dibiarkan dan tetap masuk, maka akan berpotensi dapat menular ke temannya.
"Jadi begitu ada yang sakit tidak apa-apa pulang saja. Jangan juga dijadikan satu dengan teman-temannya. Misalkan dia ada di pojok sebelah pintu kelas. Jadi saat keluar tidak melewati temannya," katanya.
Tidak hanya itu, ia juga meminta para guru agar membuat protokol yang detil dalam menggunakan fasilitas yang ada di sekolah. Misalnya, seperti ruang band beserta alat-alatnya juga harus dipikirkan bagaimana menggunakannya.
"Apalagi itu terbuat dari logam. Sekali lagi saya mohon bapak ibu bantu kami," katanya.
Namun begitu, menurut dia, yang paling penting adalah memastikan kondisi kesehatan para murid. Termasuk peralatan sekolah seperti meja, kursi, papan tulis agar disterilkan dengan penyemprotan disinfektan.
"Karena ini juga untuk kebaikan anak-anak kita sebagai generasi penerus bangsa. Nanti akan ada pertemuan lanjutan dengan saya," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
"Satu kelas ada 30-40 anak. Bagaimana itu bisa jaga jarak. Karena itu, butuh masukan dari 'panjenengan' (Anda)," kata Risma saat video teleconference dengan Kepala Sekolah Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SD-SMP negeri maupun swasta se-Surabaya di Balai Kota Surabaya, Sabtu.
Pada kesempatan itu, Risma juga menyosialisasikan Peraturan Wali Kota Surabaya Nomor 28 Tahun 2020 tentang Pedoman Tatanan Normal Baru Pada Kondisi Pandemi COVID-19 di Kota Surabaya.
Meski demikian, lanjut Risma, saat ini pihaknya belum mengetahui kapan sekolah akan dibuka, namun yang paling utama ialah merumuskan protokol kesehatan pada tiap-tiap sekolah dengan dasar Perwali tersebut.
Menurutnya, setiap sekolah memiliki karakteristik siswa dan lingkungan berbeda. Oleh sebab itu, Risma meminta kepada tiap sekolah untuk mengembangkan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah.
"Karena bapak ibu yang paling mengerti kondisi sekolahnya. Jadi mohon untuk dikembangkan dan lebih dirinci. Standarnya adalah perwali, jangan di bawah itu," katanya.
Selain itu, Risma juga ingin agar jam istirahat siswa di sekolah sebaiknya untuk sementara ditiadakan mengingat pada saat itu para siswa biasanya akan bergerombol dengan teman-temannya. Sehingga bukan hanya siswa saja yang diatur pergerakannya tetapi peralatannya pun demikian.
Ia menilai bahwa upaya ini memang tidaklah mudah. Tetapi harus dilakukan agar dapat mengkondisikan anak-anak dan menjaga kualitas kesehatannya.
"Saya setiap malam nyicil masukkan sabun dan cairan pembersih tangan ke botol untuk persiapan sekolah. Ini supaya tidak kecolongan. Saya minta bapak ibu buat secara detail," katanya.
Bahkan, saat ada siswa yang mengalami sakit batuk atau flu, Risma meminta agar anak tersebut dipulangkan ke rumahnya meski bukan sakit COVID-19. Menurutnya, jika anak yang sakit tersebut dibiarkan dan tetap masuk, maka akan berpotensi dapat menular ke temannya.
"Jadi begitu ada yang sakit tidak apa-apa pulang saja. Jangan juga dijadikan satu dengan teman-temannya. Misalkan dia ada di pojok sebelah pintu kelas. Jadi saat keluar tidak melewati temannya," katanya.
Tidak hanya itu, ia juga meminta para guru agar membuat protokol yang detil dalam menggunakan fasilitas yang ada di sekolah. Misalnya, seperti ruang band beserta alat-alatnya juga harus dipikirkan bagaimana menggunakannya.
"Apalagi itu terbuat dari logam. Sekali lagi saya mohon bapak ibu bantu kami," katanya.
Namun begitu, menurut dia, yang paling penting adalah memastikan kondisi kesehatan para murid. Termasuk peralatan sekolah seperti meja, kursi, papan tulis agar disterilkan dengan penyemprotan disinfektan.
"Karena ini juga untuk kebaikan anak-anak kita sebagai generasi penerus bangsa. Nanti akan ada pertemuan lanjutan dengan saya," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020