Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr Soetomo Surabaya akan memiliki Pusat Penyakit Infeksi yang digunakan untuk menangani pasien COVID-19 pada Mei 2020.
Direktur Utama RSUD Dr Soetomo, Dr Joni Wahyuhadi di Surabaya, Kamis mengatakan, pembuatan Pusat Penyakit Infeksi ini dilakukan dengan mengembangkan ruang isolasi khusus di lantai dua paviliun Airlangga yang dulunya dipakai poli gigi.
"Ada 28 ruangan yang kami buat sekat yakni satu pasien satu ruangan dengan standar penanganan pasien infeksi," kata Dr Joni.
Selain itu, gedung yang sebelumnya digunakan Bank Jatim juga akan diubah menjadi poli penyakit infeksi. Sehingga pelayanan penyakit infeksi akan terpusat dan RSUD Dr Soetomo bisa menjadi tempat belajar penyakit infeksi.
"Ruang infeksi nanti kami isolasi dan jangkauannya terbatas.Tidak semua petugas medis dan pasien bisa masuk," ujarnya.
Dr Joni mengungkapkan, dibangunnya Pusat Penyakit Infeksi karena sejauh ini RSUD Dr Soetomo baru memiliki ruang isolasi khusus yang dibangun saat wabah SARS tahun 2012 oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan 11 ruangan.
Kemudian tambahan yang dibangun sendiri sebanyak 18 ruangan dan tiga di antaranya berada di unit gawat darurat (UGD).
Dibangunnya Pusat Penyakit Infeksi, dikatakan Dr Joni sebagai upaya untuk mempersiapkan pelayanan dengan pasien yang semakin membeludak.
"Saat ini kelihatannya belum sampai puncak COVID-19 dan berharap ada campur tangan tuhan. Karena masyarakat ini tidak disiplin dalam pencegahan penyebarannya, sehingga progres penyebaran cepat. Selain itu angka kesembuhan tidak mengejar angka kematian," ujarnya.
Dr Joni merinci sejak Maret 2020 sampai saat ini, RSUD Dr Soetomo telah merawat pasien hingga 90 orang. 29 pasien di antaranya dinyatakan sehat, sembuh dan bisa pulang untuk isolasi mandiri.
"Saat ini kami merawat 28 orang, yang meninggal sejauh ini sudah 25 orang. Sementara yang meninggal ini biasanya punya penyakit komplikasi lain seperti diabetes, asma, dan lainnya," ujarnya.
Pasien tertua yang dirawat yaitu berusia 81 tahun dan sudah sembuh. Sementara paling muda berusia enam bulan yang tertular dari ibunya dan meninggal karena bersamaan karena mengalami demam berdarah. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Direktur Utama RSUD Dr Soetomo, Dr Joni Wahyuhadi di Surabaya, Kamis mengatakan, pembuatan Pusat Penyakit Infeksi ini dilakukan dengan mengembangkan ruang isolasi khusus di lantai dua paviliun Airlangga yang dulunya dipakai poli gigi.
"Ada 28 ruangan yang kami buat sekat yakni satu pasien satu ruangan dengan standar penanganan pasien infeksi," kata Dr Joni.
Selain itu, gedung yang sebelumnya digunakan Bank Jatim juga akan diubah menjadi poli penyakit infeksi. Sehingga pelayanan penyakit infeksi akan terpusat dan RSUD Dr Soetomo bisa menjadi tempat belajar penyakit infeksi.
"Ruang infeksi nanti kami isolasi dan jangkauannya terbatas.Tidak semua petugas medis dan pasien bisa masuk," ujarnya.
Dr Joni mengungkapkan, dibangunnya Pusat Penyakit Infeksi karena sejauh ini RSUD Dr Soetomo baru memiliki ruang isolasi khusus yang dibangun saat wabah SARS tahun 2012 oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan 11 ruangan.
Kemudian tambahan yang dibangun sendiri sebanyak 18 ruangan dan tiga di antaranya berada di unit gawat darurat (UGD).
Dibangunnya Pusat Penyakit Infeksi, dikatakan Dr Joni sebagai upaya untuk mempersiapkan pelayanan dengan pasien yang semakin membeludak.
"Saat ini kelihatannya belum sampai puncak COVID-19 dan berharap ada campur tangan tuhan. Karena masyarakat ini tidak disiplin dalam pencegahan penyebarannya, sehingga progres penyebaran cepat. Selain itu angka kesembuhan tidak mengejar angka kematian," ujarnya.
Dr Joni merinci sejak Maret 2020 sampai saat ini, RSUD Dr Soetomo telah merawat pasien hingga 90 orang. 29 pasien di antaranya dinyatakan sehat, sembuh dan bisa pulang untuk isolasi mandiri.
"Saat ini kami merawat 28 orang, yang meninggal sejauh ini sudah 25 orang. Sementara yang meninggal ini biasanya punya penyakit komplikasi lain seperti diabetes, asma, dan lainnya," ujarnya.
Pasien tertua yang dirawat yaitu berusia 81 tahun dan sudah sembuh. Sementara paling muda berusia enam bulan yang tertular dari ibunya dan meninggal karena bersamaan karena mengalami demam berdarah. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020