Sebanyak 20 orang di Provinsi Jawa Timur meninggal dunia akibat kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terjadi sejak bulan Januari hingga Maret tahun ini.
"Per hari ini tercatat ada 2.016 kasus DBD dengan 20 pasien meninggal dunia. Naik dari sebelumnya yang sebanyak 1.766 kasus dengan 15 berujung kematian pada 10 Maret lalu," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur Herlin Ferliana di Surabaya, Jumat.
Herlin mengatakan, kasus DBD di Jatim terbanyak ada di Kabupaten Trenggalek, disusul Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi.
"Kasus demam berdarah paling banyak ada di daerah Trenggalek, kemudian Jember dan Banyuwangi. Daerah lain juga karena merata," ujarnya.
Mengenai kemungkinan diberlakukannya status kejadian luar biasa (KLB) karena banyaknya orang yang meninggal akibat DBD, Herlin menyatakan belum berencana memberlakukan karena angka DBD tahun ini masih di bawah tahun lalu.
"Jadi definisi KLB apabila kasus meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Sebelumnya ada 10 ribu kasus. Saat ini sudah dua ribu, belum bisa dikatakan KLB," katanya.
Dia mengemukakan, pada tahun 2019 ada total 18.393 kasus dengan 185 berujung kematian. Sementara pada tahun ini hingga bulan Maret, meski tergolong tinggi dengan 2.016 kasus dan berujung 20 kematian, namun masih di bawah tahun lalu.
"KLB bisa dilihat dari kasus kematian. Kalau tahun lalu pada bulan ini sudah seratusan. Jadi tahun ini meski tinggi belum bisa dikatakan KLB," ujarnya.
Dinkes Jatim terus melakukan berbagai upaya antisipasi menekan kasus DBD tahun ini. Salah satunya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui gerakan satu rumah satu jumantik.
Selain itu, Dinkes Jatim sudah menyiapkan petugas, sarana dan prasarana, serta adekuat fasilitas pelayanan kesehatan di semua wilayah di Jatim. Herlin pun meminta peran aktif masyarakat.
Selain itu, masyarakat juga bisa memakai obat pembasmi nyamuk, mengusap lotion antinyamuk, membakar obat nyamuk, atau menabur bubuk abate di wadah yang bisa menjadi tempat nyamuk berkembang biak.
"Kami imbau masyarakat lebih peduli pada lingkungan, dengan membersihkan tempat-tempat kotor dan kumuh, menggalakkan program menguras, mengubur, dan menutup (3M) wadah yang berpotensi jadi sarang nyamuk," tuturnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020