Dinas Kesehatan Kota Surabaya mengoptimalkan pengendalian dan pencegahan penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes Aegypty, terutama saat musim hujan.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Febria Rachmanita, di Surabaya, Minggu, mengatakan pemberantasan nyamuk secara serentak salah satu cara efektif untuk menekan angka penderita penyakit DBD.
"Semua stakeholder (pemangku kepentingan) kami libatkan. Upaya dilakukan rutin satu minggu sekali di rumah-rumah warga dan sekolah," katanya.
Pemangku kepentingan yang dilibatkan dalam pencegahan DBD kali ini, yakni mulai juru pemantau jentik (jumantik), ibu pemantau jentik (bumantik), ketua RT/RW, pelajar serta guru, camat, lurah hingga jajaran kepolisian dan TNI.
Menurut dia, peran bumantik penting untuk mengajak pemilik rumah atau bangunan bersama-sama memeriksa dan membersihkan tempat yang berpotensi menjadi sarang jentik nyamuk, seperti bak air, tatakan pot bunga, vas bunga, dispenser, tempat minum burung, dan bak mandi.
"Nah hasil dari pemantauan ini dicatat dan dilaporkan di kecamatan. Ini kami jadikan bahan evaluasi kegiatan pengendalian DBD," katanya.
Dia menjelaskan semua itu dilakukan Pemkot Surabaya agar masyarakat dapat saling menjaga dan meningkatkan kewaspadaan DBD melalui pencegahan dan pengendalian.
"Melalui pembudayaan PSN 3M plus (menguras, menutup, dan mendaur ulang)," katanya.
Dinkes Surabaya juga menggelar Gebyar Pemberantas Sarang Nyamuk (PSN) secara serentak di seluruh kecamatan se-Surabaya.
Kegiatan itu bentuk antisipasi dan pencegahan penyakit DBD yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes Aegypty.
Febria Rachmanita mengatakan sampai dengan Februari 2020, jumlah warga yang terkena DBD turun pesat. Pada Februari 2019 terdapat 48 warga yang terjangkit penyakit tersebut.
"Jumlahnya ada empat warga yang kena DBD bulan ini. Dibandingkan Februari tahun lalu ada 48. Jadi penurunannya banyak," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Febria Rachmanita, di Surabaya, Minggu, mengatakan pemberantasan nyamuk secara serentak salah satu cara efektif untuk menekan angka penderita penyakit DBD.
"Semua stakeholder (pemangku kepentingan) kami libatkan. Upaya dilakukan rutin satu minggu sekali di rumah-rumah warga dan sekolah," katanya.
Pemangku kepentingan yang dilibatkan dalam pencegahan DBD kali ini, yakni mulai juru pemantau jentik (jumantik), ibu pemantau jentik (bumantik), ketua RT/RW, pelajar serta guru, camat, lurah hingga jajaran kepolisian dan TNI.
Menurut dia, peran bumantik penting untuk mengajak pemilik rumah atau bangunan bersama-sama memeriksa dan membersihkan tempat yang berpotensi menjadi sarang jentik nyamuk, seperti bak air, tatakan pot bunga, vas bunga, dispenser, tempat minum burung, dan bak mandi.
"Nah hasil dari pemantauan ini dicatat dan dilaporkan di kecamatan. Ini kami jadikan bahan evaluasi kegiatan pengendalian DBD," katanya.
Dia menjelaskan semua itu dilakukan Pemkot Surabaya agar masyarakat dapat saling menjaga dan meningkatkan kewaspadaan DBD melalui pencegahan dan pengendalian.
"Melalui pembudayaan PSN 3M plus (menguras, menutup, dan mendaur ulang)," katanya.
Dinkes Surabaya juga menggelar Gebyar Pemberantas Sarang Nyamuk (PSN) secara serentak di seluruh kecamatan se-Surabaya.
Kegiatan itu bentuk antisipasi dan pencegahan penyakit DBD yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes Aegypty.
Febria Rachmanita mengatakan sampai dengan Februari 2020, jumlah warga yang terkena DBD turun pesat. Pada Februari 2019 terdapat 48 warga yang terjangkit penyakit tersebut.
"Jumlahnya ada empat warga yang kena DBD bulan ini. Dibandingkan Februari tahun lalu ada 48. Jadi penurunannya banyak," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020