Pimpinan DPRD Kota Surabaya meminta pemerintah kota setempat memerhatikan salah satu siswa SMP Negeri 36 berinisial DA yang menempati rumah tidak layak serta berjuang menghidupi kebutuhan hidupnya sendiri tanpa ibu dan ayahnya.

"Jika pemkot tidak segera memberi solusi tempat tinggal. Saya akan sewakan rumah kost di sekitar sekolahnya," kata Wakil Ketua DPRD Surabaya Reni Astuti di Surabaya, Kamis.

Menurut dia, anak laki-laki yang masih bersekolah di SMP Negeri 36 ini merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. DA hanya tinggal berdua dengan kakaknya yang juga masih bersekolah di bangku SMK sedangkan ayah dan ibunya telah lama berpisah dan tidak ada yang tinggal di sana.

Anak ini sehari-hari berjuang menghidupi kebutuhannya sendiri tanpa ibu dan ayahnya. Walaupun kadang-kadang ayahnya yang bekerja sebagai kuli bangunan datang setiap pekan memberikan uang seadanya. 

"Namun saat ditanya DA tidak tahu ayahnya tinggal dimana. Begitu juga keberadaan ibunya tidak diketahui," ujarnya.

Reni mengatakan informasi tentang DA berasal dari mantan anggota Dewan Pendidikan Surabaya pada Senin (24/2). Mendapati hal itu, politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini datang ke sekolahnya pada Selasa (25/2) untuk meminta penjelasan lebih lanjut dari pihak sekolah sekaligus konfirmasi apakah ada siswa yang bernama DA.

"Para guru menyampaikan bahwa benar DA bersekolah disana dan benar bahwa siswa kondisinya memang kekurangan, dan selama ini Sekolah sudah memberikan bantuan untuk sarapan di sekolah dan keperluan sekolah lainnya," katanya.

Menurut gurunya, kata Reni, DA mempunyai bakat teater dan secara akademik baik saat masuk SMPN juga nilai UN-nya lumayan bagus dan perilaku di sekolah juga baik.

Selain itu, di sekolah Reni juga bertemu DA untuk pertama kalinya. Reni melihat anaknya bertubuh kurus dengan seragamnya kusut tidak disetrika, sedikit pemalu namun murah senyum dan. DA mengaku hanya tinggal dengan kakaknya dan semua kebutuhan sehari harinya juga dipenuhi oleh dirinya sendiri. 

Untuk kebutuhan makan ketika di sekolah dibantu oleh sekolah. Setelah pulang sekolah pukul 16.00 WIB, DA cuman bisa makan seadanya. Kadang menumpang makan di rumah temannya.

"Makannya tidak teratur. Kalau tidak ada yang dimakan, DA memasak mie instan sendiri sendiri, atau terpaksa menahan lapar. Saya tidak bisa membayangkan anak sekecil ini kemudian harus memikirkan sendiri apa yang harus dimakan hari ini," katanya.

Setelah dari sekolah, Reni mendatangi rumahnya sekitar 1 km dari sekolah di wilayah kelurahan Kebonsari. Rumahnya berupa bangunan semi permanen dengan tambalan seng dan tripleks di sana sini. Alasnya tanah, lembab dan bau kurang sedap karena memang rumah ini hanya dihuni oleh anak usia SMP dan usia SMK. Kedua-duanya semuanya laki-laki. 

"Kondisinya yang tidak layak harus segera ditindaklanjuti untuk membantu anak Surabaya mengenyam pendidikan dengan baik. Dengan lingkungan pendukung yang baik untuk anak-anak seperti ini," katanya.

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2020