Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, mengimbau warga setempat untuk mewaspadai serangan penyakit demam berdarah (DB) yang terus mengancam dan berbahaya, khususnya di musim hujan.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Ngawi Endah Pratiwi mengatakan ancaman demam berdarah dapat terjadi kapan saja tanpa mengenal musim.

Namun, sesuai data, kasusnya meningkat tajam saat musim hujan seiring dengan banyaknya genangan yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk pembawa virus penyakit DB.

"Sekarang demam berdarah tidak mengenal musim, hampir setiap bulan kasusnya selalu ada," ujar Endah Pratiwi kepada wartawan di Ngawi, Rabu.

Baca juga: Enam warga Ngawi meninggal akibat DBD

Data dinkes setempat mencatat, sepanjang bulan Oktober 2019 terdapat 29 kasus demam berdarah. Sementara pada November sebanyak 21 kasus demam berdarah.

Sedangkan pada bulan Januari 2019 tercatat merupakan kasus terbanyak demam berdarah yang mencapai 484 kasus, bulan Februari 252 kasus, Maret 192 kasus, April 209 kasus.

Kemudian Mei 99 kasus, turun drastis karena mulai masuk musim kemarau. Juni sebanyak 30 kasus, Juli 23 kasus, Agustus 17 kasus, dan September sembilan kasus.

Guna mencegah serangan penyakit demam berdarah, memasuki musim hujan, pihaknya berkoordinasi dengan puskesmas untuk kembali menggalakkan kegiatan pemberantasan sarang nyamun (PSN).

"Warga diminta tidak hanya asal bersih-bersih. Selain menguras bak mandi dan genangan air, nyamuk pembawa virus DB juga bisa berkembang biak di semak belukar dan kebun," ujarnya.

Pemberantasan sarang nyamuk dilakukan dengan 3M. Yakni menguras bak mandi, menutup semua tempat air, dan menimbun barang bekas yang dapat menjadi tempat tampungan air hujan.

"Gotong royong membersihkan lingkungan dan melakukan PSN secara serentak dinilai lebih efektif untuk mencegah sebaran demam berdarah dari pada "fogging" atau pengasapan," katanya.

Pihaknya berharap, warga Ngawi peduli dengan kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Sehingga sebaran demam berdarah dapat dicegah.

Pewarta: Louis Rika Stevani

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019