Rektor Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Budi Utomo atau IBU Malang Dr Nurcholis Sunuyeko mengemukakan untuk bisa selaras dan harmoni ( kompatibel) dengan zaman, mahasiswa harus tahu sepak terjang dan bagaimana pemikiran Presiden pertama RI Soekarno untuk negeri ini.

"Kalau kita menyoal pemikiran Presiden pertama RI Soekarno, kita akan tahu bahwa hingga saat ini fondasi yang dibangun untuk Indonesia adalah hasil karya pria kelahiran Blitar, Jawa Timur tersebut," kata Nurcholis di sela Sarasehan "Membedah Pemikiran Soekarno" di kampus C IKIP Budi Utomo Malang, Sabtu.

Mempelajari pola pikir Soekarno, kata doktor sosiologi itu, termasuk sebagai upaya agar mahasiswa bisa kompatibel dengan perkembangan zaman. ''Jadi dengan membedah pemikiran Soekarno, kita tidak sekadar sarasehan sejarah," ujarnya.

Lebih dari itu, kata Ketua Umum Forki Kota Malang itu, mahasiswa juga mempelajari bagaimana sang presiden pertama itu bisa menjadi sosok yang paling berpengaruh. "Agar kompatibel dengan zaman, anda harus mengetahui bagaimana Soekarno. Karena banyak kejadian saat ini adalah skenario yang disusun di masa lalu,'' kata Nurcholis.

Kenapa harus Soekarno,  Nurcholis mengatakan Bung Karno, demikian Soekarno biasa dipanggil, tidak sekadar tokoh nasional, tapi sudah melegenda hingga mancanegara. Kemampuannya menguasai sembilan bahasa, memungkinkan Bung Karno berinteraksi dengan dunia internasional.

Di tengah keterbatasan Indonesia saat itu, lanjutnya, wajar jika pola pikir Soekarno, berpengaruh pada presiden-presiden selanjutnya, termasuk Soeharto, yang menjadi presiden penggantinya.

''Dua Presiden berpengaruh di Indonesia, Soekarno dan Soeharto. Keduanya peletak fondasi bangsa ini. Terlepas dari sisi negatif yang mengiringi,'' ucap Nurcholis.

Meski demikian, Nurcholis meminta agar saat mempelajari pola pikir Soekarno, mahasiswa harus tetap mengedepankan pemikiran akademik, bukan hanya didasari cinta semata yang justru bisa menutup netralitas dan keilmuan.

''Soekarno hanya sekali lahir dan tak tergantikan. Tapi pemikir-pemikir lain dengan warna Soekarno akan terus lahir,'' katanya.

Sarasehan Sejarah, yang diikuti ratusan mahasiswa itu mengambil tema Membedah Pemikiran Soekarno itu, digelar Prodi Pendidikan Sejarah dan Sosiolosi IKIP Budi Utomo.

Selain Nucholis, yang ikut memberikan paparan sejarah dalam sarasehan tersebut, adalah Dr Ibnu Mujib. "Kami berharap setelah membedah pemikiran Soekarno, sarasehan akan berlanjut dengan membedah tokoh-tokoh nasional lainnya," katanya.

Pewarta: Endang Sukarelawati

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019