Lima mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya meraih medali perak pada ajang Advenced Innovation Global Competition (AIGC) di Nanyang Technological University (NTU), Singapura, Minggu (17/11), setelah menciptakan inovasi obat sariawan dari tanaman ketul.
Kelima mahasiswa Universitas Airlangga itu adalah Annisa Fitri Purnamasari, Alfiana Nur Halimah, Desi Syahfitri, Desti Nayunda, dan Timotius Dwi. Mereka merupakan mahasiswa angkatan 2016 Fakultas Keperawatan Unair.
Ketua tim, Annisa Fitri Purnamasari, di kampus Unair, Surabaya, Senin, mengatakan bahwa inovasi Bidens Pilosa for Stomatitis adalah purwarupa (prototype) produk dari tanaman ketul yang diubah menjadi obat stomatitis (sariawan) diciptakan kelompoknya karena salah satu merek obat sariawan telah dilarang produksinya.
"Tidak banyak orang tahu tentang tanaman ketul yang biasanya ada dipinggir-pinggir jalan, hutan, atau sawah, padahal tanaman itu banyak manfaatnya," ujar Annisa.
Dari inovasi itu, tanaman ketul diubah menjadi obat sariawan. Seratus persen dari ekstrak tanaman ketul tidak menggunakan campuran bahan kimia, sehingga aman untuk digunakan.
Sebelum mengikuti kompetisi itu, Annisa beserta tim harus membuat abstrak yang diseleksi hingga lolos. Setelah mengetahui abstrak mereka lolos, kemudian mereka mempersiapkan full paper, poster, serta produk inovasi yang mereka presentasikan ke Singapura.
"Jadi, selama dua hari, aula kompetisi akan terbuka bagi siapapun yang hadir. Kita mempromosikan produk kita dan juga di sana kita presentasi di depan juri dari dosen profesional dan peneliti selama sepuluh menit. Selain itu, kita juga harus presentasi ke setiap orang yang datang di booth kita," ujar mahasiswi semester tujuh tersebut.
Lebih lanjut, Annisa menjelaskan, terdapat tiga poin penting dalam penilaian juri, yakni, inovasi yang diusung, presentasi, dan performa serta kepraktisan inovasi yang dinilai langsung dari booth mereka.
Menurutnya, kelebihan inovasi yang mereka usung sehingga mendapat medali perak adalah inovasi mereka di bidang kesehatan yang menggunakan bahan-bahan yang mudah ditemukan di Indonesia.
“Ditambah kita mempersiapkan presentasi sesuai dengan kriteria penilaian juri, mengingat banyak banget tim dari berbagai negara yang inovasinya bagus-bagus,” ucapnya.
Annisa bersyukur setelah kelompoknya mendapat medali perak, sekaligus memberi pesan ke mahasiswa lain untuk mengikuti jejak mereka.
"Banyak kesempatan di depan mata dan carilah pengalaman sebanyak-banyaknya selagi masih menjadi mahasiswa," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Kelima mahasiswa Universitas Airlangga itu adalah Annisa Fitri Purnamasari, Alfiana Nur Halimah, Desi Syahfitri, Desti Nayunda, dan Timotius Dwi. Mereka merupakan mahasiswa angkatan 2016 Fakultas Keperawatan Unair.
Ketua tim, Annisa Fitri Purnamasari, di kampus Unair, Surabaya, Senin, mengatakan bahwa inovasi Bidens Pilosa for Stomatitis adalah purwarupa (prototype) produk dari tanaman ketul yang diubah menjadi obat stomatitis (sariawan) diciptakan kelompoknya karena salah satu merek obat sariawan telah dilarang produksinya.
"Tidak banyak orang tahu tentang tanaman ketul yang biasanya ada dipinggir-pinggir jalan, hutan, atau sawah, padahal tanaman itu banyak manfaatnya," ujar Annisa.
Dari inovasi itu, tanaman ketul diubah menjadi obat sariawan. Seratus persen dari ekstrak tanaman ketul tidak menggunakan campuran bahan kimia, sehingga aman untuk digunakan.
Sebelum mengikuti kompetisi itu, Annisa beserta tim harus membuat abstrak yang diseleksi hingga lolos. Setelah mengetahui abstrak mereka lolos, kemudian mereka mempersiapkan full paper, poster, serta produk inovasi yang mereka presentasikan ke Singapura.
"Jadi, selama dua hari, aula kompetisi akan terbuka bagi siapapun yang hadir. Kita mempromosikan produk kita dan juga di sana kita presentasi di depan juri dari dosen profesional dan peneliti selama sepuluh menit. Selain itu, kita juga harus presentasi ke setiap orang yang datang di booth kita," ujar mahasiswi semester tujuh tersebut.
Lebih lanjut, Annisa menjelaskan, terdapat tiga poin penting dalam penilaian juri, yakni, inovasi yang diusung, presentasi, dan performa serta kepraktisan inovasi yang dinilai langsung dari booth mereka.
Menurutnya, kelebihan inovasi yang mereka usung sehingga mendapat medali perak adalah inovasi mereka di bidang kesehatan yang menggunakan bahan-bahan yang mudah ditemukan di Indonesia.
“Ditambah kita mempersiapkan presentasi sesuai dengan kriteria penilaian juri, mengingat banyak banget tim dari berbagai negara yang inovasinya bagus-bagus,” ucapnya.
Annisa bersyukur setelah kelompoknya mendapat medali perak, sekaligus memberi pesan ke mahasiswa lain untuk mengikuti jejak mereka.
"Banyak kesempatan di depan mata dan carilah pengalaman sebanyak-banyaknya selagi masih menjadi mahasiswa," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019