Warga Kota Surabaya, Jawa Timur, diimbau pemerintah kota setempat untuk mewaspadai penculikan anak yang akhir-akhir ini marak terjadi di daerah lain.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat (BPB Linmas) Kota Surabaya Eddy Christyanto di Surabaya, Minggu, mengatakan bahwa Wali Kota Surabaya telah memerintahkan kepada para camat dan lurah agar membuat surat edaran yang ditujukan kepada sekolah-sekolah dan masyarakat melalui RW dan RT setempat.
"Surat edaran yang disampaikan para camat dan lurah se-Kota Surabaya untuk mengingatkan warga maupun para guru agar berhati-hati terhadap orang asing yang ingin menjemput anak mereka," katanya.
Terlebih, pada saat jam pulang sekolah atau di tengah jam pelajaran. "Kalau yang jemput orangnya tidak kenal jangan dilepas. Harus orang yang biasa jemput," ujarnya.
Tak hanya orang tua, Eddy berharap pembantu rumah tangga juga berhati-hati terhadap orang lain yang ingin menjemput putra-putri majikannya. Jika tidak mengenal orang tersebut, sebaiknya tak diizinkan.
"Misalnya, orangnya mengatakan kalau dirinya disuruh mamanya. Nah, tolong jangan mudah percaya dengan hal-hal semacam ini," katanya.
Langkah preventif yang dilakukan Pemkot Surabaya untuk mengantisipasi terjadinya kasus penculikan di wilayahnya, bukan saja melalui imbauan yang disampaikan melalui surat edaran.
Eddy Christyanto mengatakan, BPPD dan Linmas selama ini telah menginstruksikan kepada para kasatgas untuk berkeliling ke sekolah-sekolah, terutama TK dan SD.
"Kalau jam pulang, saya minta dimonitor. Terutama sekolah-sekolah yang sifatnya eksklusif, di mana anak-anaknya antar-jemput. Sekolah kita minta menutup pagar dan berhati-hati," katanya.
Jumlah kasatgas linmas yang bertugas mengawasi sekolah-sekolah sebanyak 154 orang. Untuk itu, di masing-masing kelurahan memiliki satu orang kasatgas linmas.
Eddy mengakui, keterbatasan personel menyebabkan tidak semua sekolah bisa dipantau. Untuk itu, pihaknya hanya memonitor sejumlah sekolah tertentu yang memungkinkan berpotensi terjadi tindak penculikan.
Ia meminta petugas keamanan untuk menanyai kepada setiap tamu yang berkunjung, ingin menemui siapa, kemudian mencatat nomor kendaraannya.
Eddy menegaskan, kendati kasus penculikan marak terjadi di luar daerah, namun kewaspadaan harus ada.
"Apabila masyarakat menemukan hal-hal yang mencurigakan, bisa menghubungi layanan tanggap darurat Command Center 112 milik Pemkot Surabaya," katanya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sebelumnya mengatakan, pihaknya berharap tidak ada penculikan anak di Surabaya. "Makanya kami minta RT RW siaga," kata Wali Kota Risma.
Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini menyebutkan, di sekolah-sekolah sudah dipasang CCTV. Dengan peralatan tersebut, akan bisa ditemukan siapa pelaku penculikan.
"Karena kita bisa akses ke Dispendukcapil (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil). Kamera (CCTV) tak hanya di sekolah, namun juga di masjid, gereja, kemudian mal. Kita ketahui gerak-geriknya (pelaku)," katanya
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat (BPB Linmas) Kota Surabaya Eddy Christyanto di Surabaya, Minggu, mengatakan bahwa Wali Kota Surabaya telah memerintahkan kepada para camat dan lurah agar membuat surat edaran yang ditujukan kepada sekolah-sekolah dan masyarakat melalui RW dan RT setempat.
"Surat edaran yang disampaikan para camat dan lurah se-Kota Surabaya untuk mengingatkan warga maupun para guru agar berhati-hati terhadap orang asing yang ingin menjemput anak mereka," katanya.
Terlebih, pada saat jam pulang sekolah atau di tengah jam pelajaran. "Kalau yang jemput orangnya tidak kenal jangan dilepas. Harus orang yang biasa jemput," ujarnya.
Tak hanya orang tua, Eddy berharap pembantu rumah tangga juga berhati-hati terhadap orang lain yang ingin menjemput putra-putri majikannya. Jika tidak mengenal orang tersebut, sebaiknya tak diizinkan.
"Misalnya, orangnya mengatakan kalau dirinya disuruh mamanya. Nah, tolong jangan mudah percaya dengan hal-hal semacam ini," katanya.
Langkah preventif yang dilakukan Pemkot Surabaya untuk mengantisipasi terjadinya kasus penculikan di wilayahnya, bukan saja melalui imbauan yang disampaikan melalui surat edaran.
Eddy Christyanto mengatakan, BPPD dan Linmas selama ini telah menginstruksikan kepada para kasatgas untuk berkeliling ke sekolah-sekolah, terutama TK dan SD.
"Kalau jam pulang, saya minta dimonitor. Terutama sekolah-sekolah yang sifatnya eksklusif, di mana anak-anaknya antar-jemput. Sekolah kita minta menutup pagar dan berhati-hati," katanya.
Jumlah kasatgas linmas yang bertugas mengawasi sekolah-sekolah sebanyak 154 orang. Untuk itu, di masing-masing kelurahan memiliki satu orang kasatgas linmas.
Eddy mengakui, keterbatasan personel menyebabkan tidak semua sekolah bisa dipantau. Untuk itu, pihaknya hanya memonitor sejumlah sekolah tertentu yang memungkinkan berpotensi terjadi tindak penculikan.
Ia meminta petugas keamanan untuk menanyai kepada setiap tamu yang berkunjung, ingin menemui siapa, kemudian mencatat nomor kendaraannya.
Eddy menegaskan, kendati kasus penculikan marak terjadi di luar daerah, namun kewaspadaan harus ada.
"Apabila masyarakat menemukan hal-hal yang mencurigakan, bisa menghubungi layanan tanggap darurat Command Center 112 milik Pemkot Surabaya," katanya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sebelumnya mengatakan, pihaknya berharap tidak ada penculikan anak di Surabaya. "Makanya kami minta RT RW siaga," kata Wali Kota Risma.
Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini menyebutkan, di sekolah-sekolah sudah dipasang CCTV. Dengan peralatan tersebut, akan bisa ditemukan siapa pelaku penculikan.
"Karena kita bisa akses ke Dispendukcapil (Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil). Kamera (CCTV) tak hanya di sekolah, namun juga di masjid, gereja, kemudian mal. Kita ketahui gerak-geriknya (pelaku)," katanya
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019