Pemerintah Kota Madiun, Jawa Timur, intensif mencegah dan mengurangi kasus anak mengalami kekerdilan atau stunting di wilayah setempat agar dapat tumbuh optimal dan tidak mengalami gangguan kesehatan.
Kepala Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana (Dinkes dan KB) dr Agung Sulistya Wardani mengatakan jumlah kasus stunting yang ditangani Kota Madiun saat ini mencapai 995 anak.
"Kasus stunting yang ditangani di kota Madiun sejauh ini ada 995 balita. Kita terus berupaya angka itu tidak bertambah dan jangan sampai muncul lagi kasus baru. Yang terpenting itu 1.000 hari pertama kehidupan, jadi sembilan bulan di kandungan sampai anak usia 2 tahun," ujar Agung Sulistya Wardani saat kegiatan Sosialisasi Gerakan Sayang Ibu (GSI) di Gedung Diklat Kota Madiun, Kamis.
Menurut dia, stunting harus dicegah. Jika tidak segera ditangani akan mempengaruhi pertumbuhan otak dan ketahanan tubuh anak terhadap suatu penyakit akan terganggu.
Guna mengurangi kasus stunting, Pemkot Madiun terus melakukan pencegahan. Di antaranya dengan melakukan program pencukupan gizi, imunisasi, jambanisasi, kampung KB, program keluarga harapan, posyandu, hingga kampanye gemar makan ikan.
Selain itu, untuk mencegah stunting, Dinkes melakukan pendampingan sejak dini. Yakni pemberian tablet penambah darah secara rutin ada remaja putri usia SMP dan SMA. Lalu memberikan penyuluhan kepada calon pengantin perempuan serta melakukan pengawasan terhadap ibu hamil.
"Pengwasan dan pemantau berlanjut dilakukan saat ibu melahirkan hingga anak usia dua tahun. Pemenuhan gizinya harus seimbang," kata dia.
Wali Kota Madiun Maidi dalam kesempatan yang sama juga mengimbau para ibu untuk meningkatkan perhatian dalam aspek gizi anak. Mulai dari sebelum hamil, di dalam kandungan, hingga setelah melahirkan. Hal ini sebagai upaya mengurangi angka anak stunting di Kota Madiun.
"Saat ini yang menjadi fokus perhatian adalah stunting. Saya imbau kepada OPD terkait untuk saling bersinergi hingga anak stunting di Kota Madiun berkurang dan tidak ada lagi," kata Maidi.
Sesuai data dan survei, faktor yang mempengaruhi balita mengalami stunting, di antaranya 30 persen karena sisi kesehatan, yakni kurangnya pemenuhan dan pemantauan terhadap gizi saat ibu hamil. Sedangkan 70 persen lainnya multisektor, di antaranya karena kesehatan lingkungan rumah.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Kepala Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana (Dinkes dan KB) dr Agung Sulistya Wardani mengatakan jumlah kasus stunting yang ditangani Kota Madiun saat ini mencapai 995 anak.
"Kasus stunting yang ditangani di kota Madiun sejauh ini ada 995 balita. Kita terus berupaya angka itu tidak bertambah dan jangan sampai muncul lagi kasus baru. Yang terpenting itu 1.000 hari pertama kehidupan, jadi sembilan bulan di kandungan sampai anak usia 2 tahun," ujar Agung Sulistya Wardani saat kegiatan Sosialisasi Gerakan Sayang Ibu (GSI) di Gedung Diklat Kota Madiun, Kamis.
Menurut dia, stunting harus dicegah. Jika tidak segera ditangani akan mempengaruhi pertumbuhan otak dan ketahanan tubuh anak terhadap suatu penyakit akan terganggu.
Guna mengurangi kasus stunting, Pemkot Madiun terus melakukan pencegahan. Di antaranya dengan melakukan program pencukupan gizi, imunisasi, jambanisasi, kampung KB, program keluarga harapan, posyandu, hingga kampanye gemar makan ikan.
Selain itu, untuk mencegah stunting, Dinkes melakukan pendampingan sejak dini. Yakni pemberian tablet penambah darah secara rutin ada remaja putri usia SMP dan SMA. Lalu memberikan penyuluhan kepada calon pengantin perempuan serta melakukan pengawasan terhadap ibu hamil.
"Pengwasan dan pemantau berlanjut dilakukan saat ibu melahirkan hingga anak usia dua tahun. Pemenuhan gizinya harus seimbang," kata dia.
Wali Kota Madiun Maidi dalam kesempatan yang sama juga mengimbau para ibu untuk meningkatkan perhatian dalam aspek gizi anak. Mulai dari sebelum hamil, di dalam kandungan, hingga setelah melahirkan. Hal ini sebagai upaya mengurangi angka anak stunting di Kota Madiun.
"Saat ini yang menjadi fokus perhatian adalah stunting. Saya imbau kepada OPD terkait untuk saling bersinergi hingga anak stunting di Kota Madiun berkurang dan tidak ada lagi," kata Maidi.
Sesuai data dan survei, faktor yang mempengaruhi balita mengalami stunting, di antaranya 30 persen karena sisi kesehatan, yakni kurangnya pemenuhan dan pemantauan terhadap gizi saat ibu hamil. Sedangkan 70 persen lainnya multisektor, di antaranya karena kesehatan lingkungan rumah.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019