Puskesmas di Kabupaten Banyuwangi memberdayakan para penjual sayur keliling untuk membantu "memburu" ibu-ibu hamil berisiko tinggi memeriksakan kesehatan ke fasilitas kesehatan dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
"Sebelumnya kan ada banyak ibu atau anak meninggal dunia karena risiko tinggi. Masalahnya, jarak dari puskesmas ke rumah warga itu jauh. Jadi dibentuk satgas, mulai dari pemburu yang mendata, Laskar Sakinah yang monitor sampai masa nifas selesai, dan petugas medis. Sistemnya jemput bola," kata Koordinator Pemburu Ibu Hamil Berisiko Tinggi (Bumil Resti) Khusnul Khotimah di Banyuwangi, Selasa, di sela berdagang sayur.
Khusnul, yang berusia 47 tahun, sudah tiga tahun menjadi bagian tim Pemburu Bumil Resti. Dia mengoordinasi sembilan orang.
Masing-masing anggota tim Pemburu Bumil Resti, kata Khusnul, memiliki wilayah pemantauan dalam menjalankan tugas mencari ibu hamil dengan risiko kesehatan tinggi sambil berjualan sayuran kemudian mendata dan melaporkannya ke puskesmas.
"Tugasnya memburu ibu hamil di pelosok, lalu lapor ke puskesmas. Nanti ada bidan dan relawan dari Laskar Sakinah yang periksa menindaklanjuti laporan kami," katanya.
Tugas Khusnul dan Pemburu Bumil Resti lainnya sebatas memantau dan mendata ibu hamil berisiko tinggi serta membujuk mereka agar memeriksakan kesehatan ke puskesmas.
Khusnul bertanggung jawab memantau ibu hamil di Dusun Tugung, Desa Jambelwangi, Kecamatan Sempu. Tugasnya, mencari ibu hamil berisiko tinggi, yakni perempuan yang hamil pada usia di atas 35 tahun atau di bawah 20 tahun.
Puskesmas di Banyuwangi memilih memberdayakan penjual sayur keliling sebagai pemantau ibu hamil karena mereka bisa lebih mudah menjangkau warga, khususnya ibu rumah tangga, yang setiap hari berbelanja ke pedagang sayur keliling.
Para penjual sayur keliling yang menjadi bagian tim Pemburu Bumil Resti setiap bulan sekali mendapat pelatihan dari puskesmas.
Laporan mengenai ibu hamil berisiko tinggi dari para penjual sayur selanjutnya akan ditindaklanjuti oleh relawan Laskar Sakinah, yang akan mendampingi ibu hamil berisiko tinggi semasa mengandung, bersalin, hingga nifas serta tenaga medis seperti bidan atau dokter yang akan memeriksa kesehatan mereka.
Upaya pemantauan kondisi ibu hamil berisiko tinggi tersebut ditujukan untuk menekan angka kematian ibu dan bayi di wilayah Banyuwangi. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Sebelumnya kan ada banyak ibu atau anak meninggal dunia karena risiko tinggi. Masalahnya, jarak dari puskesmas ke rumah warga itu jauh. Jadi dibentuk satgas, mulai dari pemburu yang mendata, Laskar Sakinah yang monitor sampai masa nifas selesai, dan petugas medis. Sistemnya jemput bola," kata Koordinator Pemburu Ibu Hamil Berisiko Tinggi (Bumil Resti) Khusnul Khotimah di Banyuwangi, Selasa, di sela berdagang sayur.
Khusnul, yang berusia 47 tahun, sudah tiga tahun menjadi bagian tim Pemburu Bumil Resti. Dia mengoordinasi sembilan orang.
Masing-masing anggota tim Pemburu Bumil Resti, kata Khusnul, memiliki wilayah pemantauan dalam menjalankan tugas mencari ibu hamil dengan risiko kesehatan tinggi sambil berjualan sayuran kemudian mendata dan melaporkannya ke puskesmas.
"Tugasnya memburu ibu hamil di pelosok, lalu lapor ke puskesmas. Nanti ada bidan dan relawan dari Laskar Sakinah yang periksa menindaklanjuti laporan kami," katanya.
Tugas Khusnul dan Pemburu Bumil Resti lainnya sebatas memantau dan mendata ibu hamil berisiko tinggi serta membujuk mereka agar memeriksakan kesehatan ke puskesmas.
Khusnul bertanggung jawab memantau ibu hamil di Dusun Tugung, Desa Jambelwangi, Kecamatan Sempu. Tugasnya, mencari ibu hamil berisiko tinggi, yakni perempuan yang hamil pada usia di atas 35 tahun atau di bawah 20 tahun.
Puskesmas di Banyuwangi memilih memberdayakan penjual sayur keliling sebagai pemantau ibu hamil karena mereka bisa lebih mudah menjangkau warga, khususnya ibu rumah tangga, yang setiap hari berbelanja ke pedagang sayur keliling.
Para penjual sayur keliling yang menjadi bagian tim Pemburu Bumil Resti setiap bulan sekali mendapat pelatihan dari puskesmas.
Laporan mengenai ibu hamil berisiko tinggi dari para penjual sayur selanjutnya akan ditindaklanjuti oleh relawan Laskar Sakinah, yang akan mendampingi ibu hamil berisiko tinggi semasa mengandung, bersalin, hingga nifas serta tenaga medis seperti bidan atau dokter yang akan memeriksa kesehatan mereka.
Upaya pemantauan kondisi ibu hamil berisiko tinggi tersebut ditujukan untuk menekan angka kematian ibu dan bayi di wilayah Banyuwangi. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019