Organisasi nirlaba profesional Aksi Cepat Tanggap (ACT) Jatim menggelontorkan bantuan air bersih ke sejumlah daerah di Jawa Timur, termasuk Kecamatan Cerme, Gresik, menyusul warga setempat yang hanya bisa mengandalkan air telaga.
Dipo Hadi selaku Kepala Program ACT Jatim mengatakan, seperti di Dusun Terongbangi, Desa Kandangan, Kecamatan Cerme, kondisi krisis air bersih cukup memprihatinkan karena kekeringan.
"Mereka sangat membutuhkan bantuan air. Keterbatasan ekonomi membuat mereka tak mampu membeli air di musim kemarau ini," ujarnya melalui keterangan tertulis yang diterima Antara di Surabaya, Jumat.
Ia mengatakan, Kecamatan Cerme di Gresik, Jawa Timur menjadi salah satu wilayah terdampak kekeringan terparah di musim kemarau tahun 2019 ini.
"Di kecamatan itu, tiap tahunnya memang sudah menjadi langganan kekeringan. Kini, warga terpaksa memanfaatkan air telaga untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari," katanya.
Selain dari telaga, kata dia, warga juga memanfaatkan air dari perusahaan air minum daerah. Namun, tak semua wilayah teraliri air dari perusahaan daerah air minum setempat.
"Di dusun itu belum tersentuh pipanisasi dari PAM," katanya.
Ia menjelaskan, kondisi tersebut membuat warga hanya memanfaatkan sungai atau kolam tadah hujan untuk pemenuhan kebutuhan air. Namun akibat kekeringan ekstrem, sungai dan tampungan tadah hujan juga ikut mengering.
"Solusi lainnya adalah dengan membeli air seharga Rp3 ribu per drum berkapasitas 19 liter. Sementara dalam sepekan, warga biasanya menghabiskan 7-8 drum," katanya.
Dengan kata lain, kata dia, uang yang harus mereka keluarkan untuk kebutuhan air sepekan sekitar Rp24 ribu, yang kurang terjangkau bagi warga yang mayoritas bekerja sebagai buruh tani.
"Penghasilan mereka rendah dan tingkat ekonomi masih dalam tahap prasejahtera," katanya.
Melihat kondisi ini, Aksi Cepat Tanggap (ACT) Jatim mengirimkan bantuan air bersih ke wilayah tersebut.
"Ribuan liter air bersih dikirimkan ke Terongbangi, pada Kamis (29/8). Banyak warga yang mengantre untuk mendapatkan air. Bahkan, mereka datang dari dusun-dusun sekitar. Kami berkomitmen untuk terus mengirimkan air bersih ke wilayah terdampak kekeringan parah seperti di Terongbangi ini," katanya.
Usman, warga Terongbangi menyatakan, bantuan air memang sangat diharapkan warga. Air menjadi keperluan utama tiap hari dan harus dipenuhi.
"Ribuan liter ini dapat disimpan hingga 3 hari ke depan," katanya.
Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur menyatakan, Kabupaten Gresik merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang mengalami kekeringan terparah. Tercatat ada 62 desa tersebar di 8 kecamatan mengalami krisis air bersih.
ACT Jatim terus menghimpun kepedulian masyarakat untuk membantu atasi kekeringan di Jatim. Selain program pendistribusian air bersih, ACT juga memiliki program sumur wakaf untuk atasi kekeringan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
Dipo Hadi selaku Kepala Program ACT Jatim mengatakan, seperti di Dusun Terongbangi, Desa Kandangan, Kecamatan Cerme, kondisi krisis air bersih cukup memprihatinkan karena kekeringan.
"Mereka sangat membutuhkan bantuan air. Keterbatasan ekonomi membuat mereka tak mampu membeli air di musim kemarau ini," ujarnya melalui keterangan tertulis yang diterima Antara di Surabaya, Jumat.
Ia mengatakan, Kecamatan Cerme di Gresik, Jawa Timur menjadi salah satu wilayah terdampak kekeringan terparah di musim kemarau tahun 2019 ini.
"Di kecamatan itu, tiap tahunnya memang sudah menjadi langganan kekeringan. Kini, warga terpaksa memanfaatkan air telaga untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari," katanya.
Selain dari telaga, kata dia, warga juga memanfaatkan air dari perusahaan air minum daerah. Namun, tak semua wilayah teraliri air dari perusahaan daerah air minum setempat.
"Di dusun itu belum tersentuh pipanisasi dari PAM," katanya.
Ia menjelaskan, kondisi tersebut membuat warga hanya memanfaatkan sungai atau kolam tadah hujan untuk pemenuhan kebutuhan air. Namun akibat kekeringan ekstrem, sungai dan tampungan tadah hujan juga ikut mengering.
"Solusi lainnya adalah dengan membeli air seharga Rp3 ribu per drum berkapasitas 19 liter. Sementara dalam sepekan, warga biasanya menghabiskan 7-8 drum," katanya.
Dengan kata lain, kata dia, uang yang harus mereka keluarkan untuk kebutuhan air sepekan sekitar Rp24 ribu, yang kurang terjangkau bagi warga yang mayoritas bekerja sebagai buruh tani.
"Penghasilan mereka rendah dan tingkat ekonomi masih dalam tahap prasejahtera," katanya.
Melihat kondisi ini, Aksi Cepat Tanggap (ACT) Jatim mengirimkan bantuan air bersih ke wilayah tersebut.
"Ribuan liter air bersih dikirimkan ke Terongbangi, pada Kamis (29/8). Banyak warga yang mengantre untuk mendapatkan air. Bahkan, mereka datang dari dusun-dusun sekitar. Kami berkomitmen untuk terus mengirimkan air bersih ke wilayah terdampak kekeringan parah seperti di Terongbangi ini," katanya.
Usman, warga Terongbangi menyatakan, bantuan air memang sangat diharapkan warga. Air menjadi keperluan utama tiap hari dan harus dipenuhi.
"Ribuan liter ini dapat disimpan hingga 3 hari ke depan," katanya.
Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur menyatakan, Kabupaten Gresik merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang mengalami kekeringan terparah. Tercatat ada 62 desa tersebar di 8 kecamatan mengalami krisis air bersih.
ACT Jatim terus menghimpun kepedulian masyarakat untuk membantu atasi kekeringan di Jatim. Selain program pendistribusian air bersih, ACT juga memiliki program sumur wakaf untuk atasi kekeringan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019