Sejumlah petani di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, beralih menanam tanaman palawija saat musim kemarau berlangsung guna menghindari kerugian akibat gagal panen.

Suyadi, salah satu petani di Desa Pojoksari, Kecamatan Sukomoro, Kabupaten Magetan, saat ditemui pada Kamis, mengatakan memasuki musim kemarau tahun 2019 mulai menanam ketela dan jagung di lahannya seluas satu hektare. Demikian juga hal yang sama dilakukan oleh petani lainnya di desanya dan sekitarnya.

"Saat musim kemarau seperti ini, tidak bisa lagi menanam padi karena tidak ada air. Gantinya ya tanam ketela, jagung, ataupun kedelai," katanya.

Menurut dia, kesulitan air untuk sawahnya telah terjadi sejak satu bulan terakhir. Hal itu karena saluran irigasi yang melalui lahan sawah di desanya telah mengering.

Untuk mengairi lahannya, ia hanya mengandalkan sumur pompa air diesel. Itupun debit airnya sudah berkurang drastis. Ia berharap pasokan air yang minim tersebut dapat berlangsung hingga tanaman palawijanya memasuki masa panen.

Suyadi menjelaskan tanaman ketela membutuhkan waktu panen sekitar tiga bulan. Bila hasil panen baik, setiap setengah hektare tanaman ketela, ia bisa menghasilkan 5 ton ubi untuk setiap kali panen.

Diharapkan harga ketela di tingkat petani hingga jual tidak jatuh yakni berkisar antara Rp3.000 hingga Rp5.000 per kilogram. Sehingga, petani masih bisa mendapatkan untung.

Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan, dan Ketahanan Pangan (DTPHP-KP) Magetan Eddy Suseno menjelaskan luas lahan pertanian di Magetan yang ditanami pada musim kemarau pertama mencapai sekitar 21.000 hektare.

Dari jumlah ribuan hektare tersebut, terdapat 849,2 hektare lahan pertanian yang mengalami kekeringan dan bahkan terancam puso. Jumlah itu meluas dari sebelumnya yang hanya 167 hektare.

"Jumlah itu merupakan akumulatif sejak awal musim kemarau. Kami intensif berkoordinasi dengan petugas yang ada di lapangan untuk melakukan pemantauan," katanya.

Sesuai data, pihaknya mencatat sampai dengan saat ini ada 265,5 hektare lahan pertanian yang masuk kategori kekeringan berat dan diperkirakan data tersebut terus berkembang seiring masa puncak musim kemarau.

Pewarta: Louis Rika Stevani

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019