Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan perlu mewaspadai adanya potensi kekeringan termasuk kebakaran lahan, khususnya pada saat memasuki puncak musim kemarau di wilayah Malang Raya.
Prakirawan BMKG Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur Ahmad Lutfi, di Malang, Sabtu mengatakan hingga saat ini musim kemarau khususnya di wilayah Malang Raya yakni Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu, terjadi sejak awal Mei 2019, dan menyebabkan beberapa wilayah tidak terjadi hujan selama hampir dua bulan.
"Ada potensi yang merugikan dan dapat terjadi saat kemarau, yakni kekeringan, menyusutnya persediaan air bersih, dan potensi kebakaran lahan," kata Lutfi.
Lutifi menjelaskan, puncak musim kemarau pada 2019 diperkirakan jatuh pada Agustus 2019. Dengan puncak musim kemarau jatuh pada bulan tersebut, maka curah hujan pada Juli-September diperkirakan lebih rendah.
Untuk wilayah Malang Raya yang merupakan gabungan dari Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu, terdapat potensi kekeringan ekstrem atau lebih dari 60 hari, yang terjadi di Kabupaten Malang.
Dua desa di Kabupaten Malang yakni Desa Clumprit, Kecamatan Pagelaran, dan Desa Kemulan, Kecamatan Turen, diperkirakan bisa mengalami kekeringan ekstrem tanpa hujan selama lebih dari 60 hari.
Kemudian, ada kurang lebih tujuh titik di Kabupaten Malang yang diperkirakan berpotensi untuk mengalami kekeringan panjang tanpa hujan selama 31 hari hingga 60 hari.
Untuk wilayah Kabupaten Malang, merupakan salah satu sentra penghasil padi yang memasok kebutuhan di wilayah sekitarnya.
Wilayah produsen padi di Kabupaten Malang antara lain adalah Kecamatan Sumberpucung, Kecamatan Kepanjen, Kecamatan Pagelaran, Kecamatan Turen, Kecamatan Singosari, dan Kecamatan Pakisaji.
Untuk mengantisipasi adanya kekeringan khususnya di sentra penghasil padi di Kabupaten Malang, pihak pemerintah daerah memberikan pengairan bergilir, dan memanfaatkan saluran irigasi yang tersedia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019