Gabungan Pengusaha Ekspor-Impor (GPEI) Jatim mengusulkan kepada pemerintah setempat untuk membentuk gugus tugas atau satuan tugas (task force) yang terdiri berbagai pemegang kebijakan wilayah ini guna mengatasi defisitnya ekspor pada beberapa bulan terakhir.

"Usulan kami, perlu dibentuk task force dan duduk bersama antara pemerintahan dan dinas terkait untuk mengadakan inventarisasi berbagai hambatan dan bagaimana solusinya, serta pengembangan pasarnya," kata Ketua GPEI Jatim, Isdarmawan Asrikan, di Surabaya, Jawa Timur, Rabu.

Asrikan kepada wartawan mengatakan, dengan dibentuknya satuan tugas diharapkan industri di Jatim terus bergerak positif, dan pada semester II/2019 akan kembali baik.

Ia menyatakan optimistis di tengah permasalahan pasar global, kondisi Jatim akan tetap bertahan karena dominasi industri yang dikuasai manufaktur sekitar 70 persen masih bergerak positif.

Malahan, kata Asrikan, beberapa produk dari Jatim bisa dikembangkan dan berpeluang merebut pasar, seperti garmen, sepatu, udang, ikan dan makanan.

"Kami yang bergerak di bidang kopi dan kakau juga masih cukup bagus. Dan Indonesia juga dikenal dengan surga kopi. Oleh karena itu, kami sedang menggarap total 700 sampai 1000 UKM di Jatim," kata Asrikan.

Sementara itu, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS ) Jawa Timur, nilai ekspor hingga Mei 2019 mencapai 1,81 miliar dolar AS, nilai itu dibandingkan Mei 2018 turun sebesar 0,31 persen.

Sedangkan nilai impor pada Mei 2019 mencapai 2,06 miliar dolar AS atau turun sebesar 6,01 persen dibandingkan April, dan angka itu juga mengalami penurunan 14,69 persen dibandingkan Mei 2018. (*)
 

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019