Calon anggota DPR RI dari Partai NasDem Dapil Jatim 1 (Surabaya-Sidoarjo) peraih suara terbanyak di internal partai, Vinsensius Awey dinilai potensial jadi "kuda hitam" dalam Pemilihan Wali Kota Surabaya 2020.
"Kalau Awey bisa memelihara dukungan modal pilegnya, lalu bisa mengaktivasi sosial dan usaha anak muda Surabaya serta bisa belajar dari kasus Ahok sebagai calon minoritas yang bisa go public, dia juga potensial jadi kuda hitam Pilkada Surabaya," kata Pengamat Politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Surokim Abdussalam kepada ANTARA di Surabaya, Senin.
Berdasarkan rekapitulasi hasil perolehan suara Pemilu 2019 untuk caleg NasDem di Dapil Jatim 1 (Surabaya-Sidoarjo) terdiri atas Hayono Isman mendapat 8.533 suara, Maruli Hutagalung (4.053 suara), Maria Lucia Lindhajany (4.077 suara), Rachmad Arisatoto (2.479 suara), dan Vinsensius Awey meraih 24.074 suara.
Caleg berikutnya, Manohara Odelia (4.875 suara), Apolonius Hariyawan Nugroho (573 suara), Mohamamd Hatta (908 suara), Dwi Suchufi (357 suara), dan 10 Indra Maulana mendapatkan 3.927 suara.
"Pak Awey itu sakti. Benar-benar menerapkan strategi angsa berenang di danau. Angka yang diperoleh dalam Pileg 2019 itu juga mengagetkan. Bahkan, bisa mengalahkan tokoh-tokoh nasional, seperti Hayono Isman, Maruli Hutagalung, dan sejumlah artis ibu kota lainnya," katanya.
Menurut dia, memang butuh usaha ekstra keras untuk bisa mewujudkannya. Akan tetapi, jika berani maju juga akan memberi warna baru dalam Pilkada Surabaya. Apalagi, Awey selama menjadi anggota DPRD Kota Surabaya dikenal cukup kritis dan konstruktif dalam mengawal pembangunan Kota Surabaya.
"Tantangan beliau saya pikir juga masuk ke radar-radar survei sehingga elektabilitasnya bisa dipantau trennya," kata peneliti Surabaya Survey Center (SSC) ini.
Meski demikian, dia menyarankan agar Awey tetap hati-hati terkait isu SARA.
"Kalau bisa menjauh saja dan tetap fokus pada kerja-kerja sosial publik untuk aktivasi kelompok-kelompok kreatif perkotaan. Itu yang akan membuka ekspansi ceruk suaranya," katanya.
Sementara itu, Vinsensius Awey bersyukur namanya masih diperhitungkan masuk radar masyarakat Surabaya sebagai bakal calon Wali Kota Surabaya.
"Yang utama bagi saya adalah sampai sejauh mana warga Surabaya sungguh-sungguh menghendaki saya untuk melayani mereka dan hadir bersama mereka membangun Kota Surabaya menuju kota metropolis yang humanis," katanya.
Artinya, lanjut dia, jika masyarakat Surabaya memanggilnya dan partai-partai menghendaki, secara personal dirinya siap, baik sebagai calon wali kota maupun calon wakil wali kota.
Tentunya, lanjut dia, terus-menerus membangun komunikasi yang dialogis dengan berbagai pihak, mulai dari struktur partai, lintas partai, berbagai kelompok masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan semua pihak memiliki komitmen untuk membangun Kota Surabaya menuju kota metropolis yang humanis.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Kalau Awey bisa memelihara dukungan modal pilegnya, lalu bisa mengaktivasi sosial dan usaha anak muda Surabaya serta bisa belajar dari kasus Ahok sebagai calon minoritas yang bisa go public, dia juga potensial jadi kuda hitam Pilkada Surabaya," kata Pengamat Politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Surokim Abdussalam kepada ANTARA di Surabaya, Senin.
Berdasarkan rekapitulasi hasil perolehan suara Pemilu 2019 untuk caleg NasDem di Dapil Jatim 1 (Surabaya-Sidoarjo) terdiri atas Hayono Isman mendapat 8.533 suara, Maruli Hutagalung (4.053 suara), Maria Lucia Lindhajany (4.077 suara), Rachmad Arisatoto (2.479 suara), dan Vinsensius Awey meraih 24.074 suara.
Caleg berikutnya, Manohara Odelia (4.875 suara), Apolonius Hariyawan Nugroho (573 suara), Mohamamd Hatta (908 suara), Dwi Suchufi (357 suara), dan 10 Indra Maulana mendapatkan 3.927 suara.
"Pak Awey itu sakti. Benar-benar menerapkan strategi angsa berenang di danau. Angka yang diperoleh dalam Pileg 2019 itu juga mengagetkan. Bahkan, bisa mengalahkan tokoh-tokoh nasional, seperti Hayono Isman, Maruli Hutagalung, dan sejumlah artis ibu kota lainnya," katanya.
Menurut dia, memang butuh usaha ekstra keras untuk bisa mewujudkannya. Akan tetapi, jika berani maju juga akan memberi warna baru dalam Pilkada Surabaya. Apalagi, Awey selama menjadi anggota DPRD Kota Surabaya dikenal cukup kritis dan konstruktif dalam mengawal pembangunan Kota Surabaya.
"Tantangan beliau saya pikir juga masuk ke radar-radar survei sehingga elektabilitasnya bisa dipantau trennya," kata peneliti Surabaya Survey Center (SSC) ini.
Meski demikian, dia menyarankan agar Awey tetap hati-hati terkait isu SARA.
"Kalau bisa menjauh saja dan tetap fokus pada kerja-kerja sosial publik untuk aktivasi kelompok-kelompok kreatif perkotaan. Itu yang akan membuka ekspansi ceruk suaranya," katanya.
Sementara itu, Vinsensius Awey bersyukur namanya masih diperhitungkan masuk radar masyarakat Surabaya sebagai bakal calon Wali Kota Surabaya.
"Yang utama bagi saya adalah sampai sejauh mana warga Surabaya sungguh-sungguh menghendaki saya untuk melayani mereka dan hadir bersama mereka membangun Kota Surabaya menuju kota metropolis yang humanis," katanya.
Artinya, lanjut dia, jika masyarakat Surabaya memanggilnya dan partai-partai menghendaki, secara personal dirinya siap, baik sebagai calon wali kota maupun calon wakil wali kota.
Tentunya, lanjut dia, terus-menerus membangun komunikasi yang dialogis dengan berbagai pihak, mulai dari struktur partai, lintas partai, berbagai kelompok masyarakat, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan semua pihak memiliki komitmen untuk membangun Kota Surabaya menuju kota metropolis yang humanis.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019