Penjualan cincau atau janggelan hitam, produksi industri rumah tangga di Desa Tangjungsari, Kecamatan Panekan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, meningkat signifikan selama Ramadhan 2019 akibat tingginya permintaan konsumen.
"Permintaan cincau atau janggelan hitam memang naik drastis dibanding hari biasa. Kenaikannya sekitar lima kali lipat dibandingkan hari biasa," ujar Sumarni, pembuat cincau hitam kepada wartawan, di Magetan, Jumat.
Menurut dia, dalam keadaan normal hari biasa, ia hanya menjual sekitar 200 ember. Namun sejak bulan puasa, pihaknya menjual hingga 1.000 ember dan itu selalu habis, laku terjual.
Penjualan yang meningkat tersebut seiring dengan kebutuhan masyarakat yang menjadikan es cincau untuk menu berbuka puasa. Selain menyegarkan, rasanya juga sangat nikmat.
Sumarni menjelaskan penjualannya tidak hanya dilakukan di wilayah Magetan, namun juga luar kota seperti Solo, Wonogiri, dan Ngawi.
"Para pembelinya ada yang datang langsung ke rumah dan ada juga yang dikirim. Yang datang itu biasanya para penjual es cincau ataupun pedagang cincau di pasar-pasar wilayah Magetan," katanya.
Untuk harga, Sumarni mengaku terpaksa menaikkan karena untuk menutup biaya produksi yang juga meningkat, karena bahan baku dan tenaga kerja yang terpaksa harus ditambah untuk memenuhi permintaan pasar.
Jika hari biasa harga cincau hitamnya dijual Rp15.000 per ember kecil, kini saat puasa naik menjadi Rp17.000 per ember. Sedangkan untuk ukuran ember besar, harganya naik dari Rp35.000 menjadi Rp37.000 per ember.
Untuk karyawan, jika hari biasa ia hanya menggunakan lima orang pekerja saja. Namun saat puasa seperti ini, ia menambah hingga totalnya mencapai 12 pekerja yang memproduksi cincau secara bergantian saat pagi dan malam hari.
Untuk bahan baku daun janggelan, ia harus mendatangkan dari wilayah Ponorogo dan Pacitan. Hal itu karena sudah tidak cukup jika hanya mengandalkan daun janggelan dari wilayah lokal atau Magetan saja.
"Usaha pembuatan cincau ini sudah kami jalani selama bertahun-tahun secara turun-temurun. Ini sudah menjadi pekerjaan kami," kata dia.
Ia menambahkan kondisi yang menguntungkan tersebut selalu terjadi setiap tahun saat memasuki bulan puasa. Pihaknya sangat bersyukur karena omzet yang diperolehnya juga meningkat drastis.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Permintaan cincau atau janggelan hitam memang naik drastis dibanding hari biasa. Kenaikannya sekitar lima kali lipat dibandingkan hari biasa," ujar Sumarni, pembuat cincau hitam kepada wartawan, di Magetan, Jumat.
Menurut dia, dalam keadaan normal hari biasa, ia hanya menjual sekitar 200 ember. Namun sejak bulan puasa, pihaknya menjual hingga 1.000 ember dan itu selalu habis, laku terjual.
Penjualan yang meningkat tersebut seiring dengan kebutuhan masyarakat yang menjadikan es cincau untuk menu berbuka puasa. Selain menyegarkan, rasanya juga sangat nikmat.
Sumarni menjelaskan penjualannya tidak hanya dilakukan di wilayah Magetan, namun juga luar kota seperti Solo, Wonogiri, dan Ngawi.
"Para pembelinya ada yang datang langsung ke rumah dan ada juga yang dikirim. Yang datang itu biasanya para penjual es cincau ataupun pedagang cincau di pasar-pasar wilayah Magetan," katanya.
Untuk harga, Sumarni mengaku terpaksa menaikkan karena untuk menutup biaya produksi yang juga meningkat, karena bahan baku dan tenaga kerja yang terpaksa harus ditambah untuk memenuhi permintaan pasar.
Jika hari biasa harga cincau hitamnya dijual Rp15.000 per ember kecil, kini saat puasa naik menjadi Rp17.000 per ember. Sedangkan untuk ukuran ember besar, harganya naik dari Rp35.000 menjadi Rp37.000 per ember.
Untuk karyawan, jika hari biasa ia hanya menggunakan lima orang pekerja saja. Namun saat puasa seperti ini, ia menambah hingga totalnya mencapai 12 pekerja yang memproduksi cincau secara bergantian saat pagi dan malam hari.
Untuk bahan baku daun janggelan, ia harus mendatangkan dari wilayah Ponorogo dan Pacitan. Hal itu karena sudah tidak cukup jika hanya mengandalkan daun janggelan dari wilayah lokal atau Magetan saja.
"Usaha pembuatan cincau ini sudah kami jalani selama bertahun-tahun secara turun-temurun. Ini sudah menjadi pekerjaan kami," kata dia.
Ia menambahkan kondisi yang menguntungkan tersebut selalu terjadi setiap tahun saat memasuki bulan puasa. Pihaknya sangat bersyukur karena omzet yang diperolehnya juga meningkat drastis.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019