Ketua Pengurus Cabang Nahdatul Ulama (PCNU) Kota Surabaya Achmad Muhibbin Zuhri menilai konsep "Al-Imsaak" atau menahan diri perlu diaktualisasikan pada saat bulan Ramadhan, terutama di tengah potensi perpecahan akibat polarisasi pasca-Pemilu 2019.
"Ramadhan adalah salah satu instrumen religius untuk melatih kita menahan diri (konsepsi 'al-imsaak')," kata Achmad Muhibbin Zuhri kepada Antara di Surabaya, Kamis.
Dosen Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya ini mengatakan setiap orang harus memiliki "self control" atau kontrol diri untuk tidak mengekspresikan dorongan nafsunya di ruang publik.
Menurut dia, beberapa contoh penerapan konsep "Al-Imsaak" adalah menahan diri dari kesewenang-wenangan ketika berkuasa dan menahan diri dari kemarahan dalam posisi kalah.
"Demikian halnya, kita mesti belajar bersyukur dan menahan diri untuk tidak melakukan selebrasi dan berlebihan ketika mendapatkan anugerah atau diuntungkan oleh keadaan," kata dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel ini.
Sebaliknya, kata dia, apabila di pihak yang tidak diuntungkan oleh keadaan, maka bersabar dan menahan diri untuk tidak terus meratapi diri dan menyalahkan pihak lain.
"Sesunggunghnya semua yang terjadi adalah qadla Tuhan dan kita seharusnya berkhusnudhon kepada Allah, bahwa semua yang ditetapkan Tuhan untuk kita pastilah hal terbaik. Hanya keterbatasan kita dan nafsu kitalah yang menyebabkan kita menilai lain," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Ramadhan adalah salah satu instrumen religius untuk melatih kita menahan diri (konsepsi 'al-imsaak')," kata Achmad Muhibbin Zuhri kepada Antara di Surabaya, Kamis.
Dosen Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya ini mengatakan setiap orang harus memiliki "self control" atau kontrol diri untuk tidak mengekspresikan dorongan nafsunya di ruang publik.
Menurut dia, beberapa contoh penerapan konsep "Al-Imsaak" adalah menahan diri dari kesewenang-wenangan ketika berkuasa dan menahan diri dari kemarahan dalam posisi kalah.
"Demikian halnya, kita mesti belajar bersyukur dan menahan diri untuk tidak melakukan selebrasi dan berlebihan ketika mendapatkan anugerah atau diuntungkan oleh keadaan," kata dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel ini.
Sebaliknya, kata dia, apabila di pihak yang tidak diuntungkan oleh keadaan, maka bersabar dan menahan diri untuk tidak terus meratapi diri dan menyalahkan pihak lain.
"Sesunggunghnya semua yang terjadi adalah qadla Tuhan dan kita seharusnya berkhusnudhon kepada Allah, bahwa semua yang ditetapkan Tuhan untuk kita pastilah hal terbaik. Hanya keterbatasan kita dan nafsu kitalah yang menyebabkan kita menilai lain," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019