Impor besi dan baja secara nasional mencatatkan kenaikan tertinggi pada 2018 dengan kisaran 30 persen dibanding 2016 dan 2017, karena gencarnya pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah di berbagai daerah. 

"Paling tinggi kenaikan impor besi dan baja terjadi pada tahun 2018, dibanding tahun-tahun sebelumnya, hal ini karena gencarnya pembangunan di berbagai daerah," kata Ketua Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Jatim, Romzy Abdullah di Surabaya, Selasa.

Romzy yang ditemui usai acara GINSI Award 2019 mengatakan, komponen besi dan baja dalam pembangunan infrastruktur nasional tidak semua bisa dipenuhi dalam negeri, sehingga beberapa komponen harus diimpor dari negara lain, hal ini membuat permintaan beberapa komponen dari luar negeri naik.

"Adanya pembangunan di berbagai daerah ini membuat beberapa bahan yang belum bisa dipenuhi pasar nasional naik setiap tahun. Dan setiap bulan tambah terus permintaannya," kata Romzy.

Romzy yang tercatat sebagai salah satu importir besi dan baja Tanah Air ini mengaku, selama ini tidak ada kendala berarti dalam impor beberapa bahan, dan pemerintah selaku pemegang kebijakan juga masih bisa diajak koordinasi.

"Kendalanya hanya beberapa bahan tidak bisa didapat di dalam negeri, khususnya terkait ukuran yang sesuai dengan spesifikasi pembangunan yang ada," katanya.

Untuk proyeksi impor besi dan baja 2019, Romzy mengaku belum bisa melihat secara detail, namun diharapkan tetap naik dengan minimal 30 persen seperti tahun sebelumnya, karena hal itu menunjukkan pembangunan masih ada di berbagai daerah.

"Saat ini beberapa importir juga belum bisa melihat proyeksi di tahun 2019, karena pascapemilu ini beberapa pengusaha Indonesia masih melihat dan menunggu kebijakan berikutnya," katanya.

Sementara itu, importir yang telah tergabung dalam GINSI mencapai sekitar 600 anggota dari total sekitar 3. 200 importir yang ada di Provinsi Jawa Timur. (*)

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019