Pemerintah Kabupaten Kediri yang hadir dengan tim dari Dinas Sosial Provinsi Jatim serta intansi terkait akhirnya merujuk seorang pasien dengan gangguan kejiwaan (ODGJ) bernama Wiji Fitria (21), warga Desa Ngadi, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, ke RSJ Menur Surabaya untuk mendapatkan perawatan intensif.
"Terkait dengan Wiji Fitria, Tim JSC (Jatim Social Care) telah hadir terlebih dahulu melakukan assesment terhadap yang bersangkutan dan keluarganya, untuk menentukan tindakan cepat yang harus dilakukan dalam penanganan yang bersangkutan," kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Kediri Krisna Setiawan di Kediri, Sabtu.
Hadir dalam kegiatan kunjungan ke rumah Wiji Fitria di Desa Ngadi, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, yakni dari Dinas Sosial Provinsi Jatim, Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, relawan TKSK yang merupakan pendamping pasung, serta sejumlah pejabat lainnya.
Setelah melalui evaluasi, akhirnya diputuskan bahwa Wiji Fitria dirujuk ke RSJ Menur Surabaya untuk mendapatkan perawatan intensif terhadap kesehatan jiwanya.
"Sedangkan untuk luka pada tangan dan beberapa bagian tubuh akan dikoordinasikan dengan RS dr. Sutomo Surabaya yang kemungkinan akan dilakukan tindakan operasi," kata Krisna.
Ia menambahkan keberangkatan ke RSJ Menur Surabaya tersebut juga didampingi petugas dari Puskesmas Ngadi dan kerabat dari Wiji Fitriani. Hal itu dilakukan sebab untuk tindakan operasi harus ada persetujuan keluarga.
"Untuk Dinsos Kabupaten Kediri juga sudah diminta melakukan pemantauan dengan kunjungan secara berkala ke RSJ Menur Surabaya sampai yang bersangkutan dinyatakan bisa dipulangkan," ujar Krisna.
Ia menambahkan bahwa selama ini Wiji memang diketahui mengalami gangguan kejiwaan dan tinggal dengan neneknya. Dari komunikasi yang telah dilakukan, sebenarnya yang bersangkutan mendapatkan kunjungan rutin dari perawat jiwa puskemsas di desanya dengan fasilitasi BPJS Kesehatan.
"Yang bersangkutan ini apabila dalam kondisi kambuh, cenderung menyakiti diri sendiri, salah satunya dengan menggigit jari-jari tangannya sampai berdarah," kata dia.
Sementara itu, Jirah, nenek dari Wiji, mengatakan bahwa cucunya itu mengalami perubahan kejiwaan sejak orangtuanya pergi. Ibunya tidak tahu kini di mana, sedangkan ayahnya juga demikian.
"Saya hanya tinggal dengan Wiji. Ibunya kata orang di Kalimantan, bapaknya saya sudah tidak tahu kemana," kata Jirah.
Jirah juga mengatakan perbuatan cucunya itu dilakukan selama setahun terakhir. Ia pernah bertanya mengapa melakukan hal itu dan dijawab oleh cucunya bahwa mendatkan bisikan halus.
Menurut dia, cucunya itu sering mengamuk, bahkan para tetangga juga sering takut jika ia sudah mengamuk. Bahkan kini, ia juga nekat melukai anggota badannya sendiri.
"Katanya ada yang membisiki. Kadang setelah menggigit ia teriak-teriak," katanya dengan sedih.
Ia juga mengaku sudah berusaha untuk memberi pengobatan pada cucunya itu. Bahkan pemerintah desa dengan pihak puskesmas juga turut membantu mengobatkan cucunya tersebut. Wiji juga pernah dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Lawang, Kabupaten Malang, hingga tiga kali, namun dirinya lebih ingin merawat cucunya di rumah.
Dirinya tidak punya pilihan lain, dimana ketika cucunya sedang mengamuk terpaksa dikurung di sebuah kamar dengan pintu besi. Ia dibantu dengan kerabat dan tetangga, dengan harapan cucunya tidak lagi mengamuk.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Terkait dengan Wiji Fitria, Tim JSC (Jatim Social Care) telah hadir terlebih dahulu melakukan assesment terhadap yang bersangkutan dan keluarganya, untuk menentukan tindakan cepat yang harus dilakukan dalam penanganan yang bersangkutan," kata Pelaksana Tugas Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Kediri Krisna Setiawan di Kediri, Sabtu.
Hadir dalam kegiatan kunjungan ke rumah Wiji Fitria di Desa Ngadi, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, yakni dari Dinas Sosial Provinsi Jatim, Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, relawan TKSK yang merupakan pendamping pasung, serta sejumlah pejabat lainnya.
Setelah melalui evaluasi, akhirnya diputuskan bahwa Wiji Fitria dirujuk ke RSJ Menur Surabaya untuk mendapatkan perawatan intensif terhadap kesehatan jiwanya.
"Sedangkan untuk luka pada tangan dan beberapa bagian tubuh akan dikoordinasikan dengan RS dr. Sutomo Surabaya yang kemungkinan akan dilakukan tindakan operasi," kata Krisna.
Ia menambahkan keberangkatan ke RSJ Menur Surabaya tersebut juga didampingi petugas dari Puskesmas Ngadi dan kerabat dari Wiji Fitriani. Hal itu dilakukan sebab untuk tindakan operasi harus ada persetujuan keluarga.
"Untuk Dinsos Kabupaten Kediri juga sudah diminta melakukan pemantauan dengan kunjungan secara berkala ke RSJ Menur Surabaya sampai yang bersangkutan dinyatakan bisa dipulangkan," ujar Krisna.
Ia menambahkan bahwa selama ini Wiji memang diketahui mengalami gangguan kejiwaan dan tinggal dengan neneknya. Dari komunikasi yang telah dilakukan, sebenarnya yang bersangkutan mendapatkan kunjungan rutin dari perawat jiwa puskemsas di desanya dengan fasilitasi BPJS Kesehatan.
"Yang bersangkutan ini apabila dalam kondisi kambuh, cenderung menyakiti diri sendiri, salah satunya dengan menggigit jari-jari tangannya sampai berdarah," kata dia.
Sementara itu, Jirah, nenek dari Wiji, mengatakan bahwa cucunya itu mengalami perubahan kejiwaan sejak orangtuanya pergi. Ibunya tidak tahu kini di mana, sedangkan ayahnya juga demikian.
"Saya hanya tinggal dengan Wiji. Ibunya kata orang di Kalimantan, bapaknya saya sudah tidak tahu kemana," kata Jirah.
Jirah juga mengatakan perbuatan cucunya itu dilakukan selama setahun terakhir. Ia pernah bertanya mengapa melakukan hal itu dan dijawab oleh cucunya bahwa mendatkan bisikan halus.
Menurut dia, cucunya itu sering mengamuk, bahkan para tetangga juga sering takut jika ia sudah mengamuk. Bahkan kini, ia juga nekat melukai anggota badannya sendiri.
"Katanya ada yang membisiki. Kadang setelah menggigit ia teriak-teriak," katanya dengan sedih.
Ia juga mengaku sudah berusaha untuk memberi pengobatan pada cucunya itu. Bahkan pemerintah desa dengan pihak puskesmas juga turut membantu mengobatkan cucunya tersebut. Wiji juga pernah dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Lawang, Kabupaten Malang, hingga tiga kali, namun dirinya lebih ingin merawat cucunya di rumah.
Dirinya tidak punya pilihan lain, dimana ketika cucunya sedang mengamuk terpaksa dikurung di sebuah kamar dengan pintu besi. Ia dibantu dengan kerabat dan tetangga, dengan harapan cucunya tidak lagi mengamuk.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019