Para petani di Kabupaten Jember, Jawa Timur, mengeluhkan anjloknya harga gabah kering panen (GKP) menjelang masa panen di sejumlah desa di kabupaten setempat, sehingga perwakilan petani yang tergabung dalam Forum Komunikasi Petani Jember mendatangi DPRD Jember, Jawa Timur, Kamis.

"Gabah jenis Legowo dihargai Rp2.500 per kilogram dan harga tersebut merupakan harga terendah sepanjang sejarah selama saya menanam padi," kata salah seorang petani padi asal Kecamatan Ambulu Eka Purwati di Kabupaten Jember.

Ia mengatakan biasanya harga gabah kering panen di Kabupaten Jember berkisar Rp3.700 hingga Rp4.000 per kilogram, namun harga gabah pada awal musim panen tahun 2019 sangat merugikan petani dan dibawah harga pembelian pemerintah (HPP) yang ditetapkan oleh pemerintah sebesar Rp3.700 per kilogram.

"Kami berharap pemerintah melalui Bulog hadir untuk menyerap gabah petani sesuai dengan HPP, sehingga petani tidak semakin terpuruk menjelang masa panen di Kabupaten Jember," katanya.

Sementara Ketua Forum Komunikasi Petani Jember Jumantoro mengatakan harga gabah di Jember lebih rendah dari harga bekatul yang menjadi pakan ternak, sehingga hal tersebut sangat memprihatinkan nasib para petani menjelang masa panen raya di sejumlah wilayah di Kabupaten Jember.

"Baru kali ini harga gabah lebih rendah daripada harga bekatul yang sekarang Rp 3.400 per kilogram, sedangkan harga gabah kering panen di tingkat petani hanya Rp2.500 hingga Rp3.000 per kilogram," katanya.

Menurutnya HPP yang dibuat pemerintah berdasarkan Instruksi Presiden no 5 tahun 2015 tentang kebijakan pengadaan gabah atau beras dan penyaluran beras oleh pemerintah sudah tidak relevan karena biaya produksi untuk mengolah lahan dan ongkos buruh tani setiap tahun selalu meningkat.

Dalam aturan tersebut diterapkan HPP untuk gabah kering panen (GKP) di tingkat petani sebesar Rp3.700 per kg, harga GKP di penggilingan Rp3.750 per kg dan harga gabah kering giling (GKG) di tingkat penggilingan di Rp4.600 per kg.

"Petani minta pemerintah untuk mengevaluasi HPP yang sudah tidak relevan itu dan Bulog harus menjalankan tugasnya untuk menyerap gabah petani yang harganya 'terjun bebas', agar para petani bisa membantu mewujudkan swasembada pangan di Indonesia," ucap Ketua HKTI Jember itu.

Para perwakilan petani tersebut batal menyampaikan aspirasinya kepada anggota dewan karena tidak satupun anggota Komisi B DPRD Jember yang berada di ruangannya hingga pukul 10.30 WIB, bahkan petani sempat "menduduki" kursi wakil rakyat selama satu jam untuk menunggu kedatangan anggota dewan.

Sejumlah petani akhirnya membakar padi yang dibawa nya ke gedung DPRD Jember sebagai simbol matinya kepedulian pemerintah dan wakil rakyat terhadap nasib petani karena tidak ada kebijakan yang berpihak kepada petani.

Pewarta: Zumrotun Solichah

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019