Direktur Informasi dan Komunikasi Politik Hukum dan Keamanan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Bambang Gunawan mengajak mahasiswa Universitas Jember (Unej) bijak dalam menggunakan media sosial di tahun politik karena semakin banyak informasi di media sosial yang bermuatan negatif dan ujaran kebencian.
"Jangan sampai jemari kalian lebih cepat dari pada isi kepala kalian, sehingga harus melakukan cek dan ricek terhadap informasi itu," kata Bambang Gunawan dalam kegiatan "Talkshow Gerakan Cerdas Memilih dan Sosialisasi Pemuda Sadar Pemilu" di Hotel Meotel Kabupaten Jember, Jawa Timur, Selasa.
Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerjasama dengan Universitas Jember (Unej), Bawaslu, KPU Jember dan RRI menggelar talkshow tentang bijak dalam menyebarkan informasi di media sosial terutama informasi yang tidak benar terkait dengan Pemilu Presiden dan Pemilu Legislatif 2019.
"Manakala ada berita ataupun informasi khususnya terkait dengan salah satu pasangan calon presiden ataupun calon legislatif biasakan untuk melakukan cek dan ricek terhadap kebenaran berita tersebut. Lakukan tabayyun dahulu sebelum menyebar luaskan," ucap alumni Hubungan Internasional FISIP Universitas Jember itu.
Bambang mengatakan sejak Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) diberlakukan, maka banyak orang kena sanksi hukum bukan karena dia membuat konten negatif, namun karena mereka juga terlibat dalam menyebarkan sebuah konten yang ternyata mengandung nilai fitnah atau ujaran kebencian pada kelompok lain.
"Oleh karena itu jangan sampai mahasiswa Unej berurusan dengan hukum karena menyebarkan informasi yang melanggar undang-undang ITE. Saat ini pemerintah memiliki mesin yang bisa dengan cepat sekali mendeteksi adanya konten-konten negatif di media sosial, sehingga bisa kami deteksi," katanya.
Ia berharap mahasiswa harus sadar dan mengambil peran penting dalam Pemilu 2019 karena mahasiswa juga harus turut serta dalam menyukseskan tingkat partisipasi masyarakat dalam Pemilu 2019 yang ditargetkan sebesar 77,5 persen.
"Gunakan media sosial untuk mengajak masyarakat turut serta dalam Pemilu 2019 karena sekarang tidak zamannya lagi golput (tidak memilih), sehingga jadikan ponsel yang dimiliki memberikan kontribusi positif terhadap terselenggaranya Pemilu 2019 yang damai dan aman," ujarnya.
Sementara itu Kepala Humas dan Protokol Unej Agung Purwanto yang juga hadir sebagai pemateri mengajak mahasiswa menjadi pemilih cerdas dengan mengetahui tahapan pemilu serta ikut mengawasi proses Pemilu 2019 baik pemilu presiden maupun pemilu legislatif.
"Pemilih cerdas itu mereka sudah tahu siapa yang akan mereka pilih. Tahu itu bukan sekadar karena melihat foto melalui alat peraga kampanye tetapi juga mengerti visi dan misi dari calon yang akan mereka pilih," tuturnya.
Ia berharap mahasiswa tidak mudah menyebarkan isu-isu yang tidak benar dan pemilih cerdas harus pandai dalam menyaring informasi dari whatsapp dan media sosial, sebelum menyebarluaskan kepada orang lain.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Jangan sampai jemari kalian lebih cepat dari pada isi kepala kalian, sehingga harus melakukan cek dan ricek terhadap informasi itu," kata Bambang Gunawan dalam kegiatan "Talkshow Gerakan Cerdas Memilih dan Sosialisasi Pemuda Sadar Pemilu" di Hotel Meotel Kabupaten Jember, Jawa Timur, Selasa.
Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerjasama dengan Universitas Jember (Unej), Bawaslu, KPU Jember dan RRI menggelar talkshow tentang bijak dalam menyebarkan informasi di media sosial terutama informasi yang tidak benar terkait dengan Pemilu Presiden dan Pemilu Legislatif 2019.
"Manakala ada berita ataupun informasi khususnya terkait dengan salah satu pasangan calon presiden ataupun calon legislatif biasakan untuk melakukan cek dan ricek terhadap kebenaran berita tersebut. Lakukan tabayyun dahulu sebelum menyebar luaskan," ucap alumni Hubungan Internasional FISIP Universitas Jember itu.
Bambang mengatakan sejak Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) diberlakukan, maka banyak orang kena sanksi hukum bukan karena dia membuat konten negatif, namun karena mereka juga terlibat dalam menyebarkan sebuah konten yang ternyata mengandung nilai fitnah atau ujaran kebencian pada kelompok lain.
"Oleh karena itu jangan sampai mahasiswa Unej berurusan dengan hukum karena menyebarkan informasi yang melanggar undang-undang ITE. Saat ini pemerintah memiliki mesin yang bisa dengan cepat sekali mendeteksi adanya konten-konten negatif di media sosial, sehingga bisa kami deteksi," katanya.
Ia berharap mahasiswa harus sadar dan mengambil peran penting dalam Pemilu 2019 karena mahasiswa juga harus turut serta dalam menyukseskan tingkat partisipasi masyarakat dalam Pemilu 2019 yang ditargetkan sebesar 77,5 persen.
"Gunakan media sosial untuk mengajak masyarakat turut serta dalam Pemilu 2019 karena sekarang tidak zamannya lagi golput (tidak memilih), sehingga jadikan ponsel yang dimiliki memberikan kontribusi positif terhadap terselenggaranya Pemilu 2019 yang damai dan aman," ujarnya.
Sementara itu Kepala Humas dan Protokol Unej Agung Purwanto yang juga hadir sebagai pemateri mengajak mahasiswa menjadi pemilih cerdas dengan mengetahui tahapan pemilu serta ikut mengawasi proses Pemilu 2019 baik pemilu presiden maupun pemilu legislatif.
"Pemilih cerdas itu mereka sudah tahu siapa yang akan mereka pilih. Tahu itu bukan sekadar karena melihat foto melalui alat peraga kampanye tetapi juga mengerti visi dan misi dari calon yang akan mereka pilih," tuturnya.
Ia berharap mahasiswa tidak mudah menyebarkan isu-isu yang tidak benar dan pemilih cerdas harus pandai dalam menyaring informasi dari whatsapp dan media sosial, sebelum menyebarluaskan kepada orang lain.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019