Surabaya (Antaranews Jatim) - Ketua DPC Partai Persatuan Pembangunan Kota Surabaya Buchori Imron menyatakan konflik berupa penganiayaan dan persekusi yang dilakukan salah satu tim suksesnya terhadap petugas Satpol PP saat penertiban alat peraga kampanye yang videonya sempat viral di media sosial, saat ini sudah dilakukan perdamaian.
"Kemarin (15/2) malam tim sudah menghadap saya. Katanya sudah damai. Sudah rangkul-rangkulan, saling meminta maaf," kata Buchori kepada wartawan di Surabaya, Sabtu.
Diketahui sebelumnya beredar video di media sosial berupa aksi seorang warga mengenakan baju hijau menganiaya dan mempersekusi petugas Satpol PP yang juga Staf Kelurahan Krembangan Utara di Surabaya.
Berdasarkan informasi yang didapat, warga tersebut protes karena keberatan alat peraga kampanye (APK) calon legislatif (Caleg) petahana dari Ketua Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Surabaya Buchori Imron yang didukungnya dicopot petugas Satpol PP.
Hal itu bermula saat petugas Satpol PP, Rianda Harendino melakukan pengawasan di wilayah Jl Kebalen Wetan pada Jumat (15/2), melihat APK salah satu Caleg DPRD Surabaya petahana dalam Pemilu 2019 yang terlepas pengaitnya sehingga mengganggu pengguna jalan.
Bersama Satpol PP Kelurahan Krembangan Utara, Rianda lalu melepas spanduk tersebut agar tidak mengganggu pengguna jalan dan menyebabkan korban. Namun sesampainya di Kelurahan, ternyata sudah ada Ahmad Damuji, warga Jl. Kebalen Wetan VI/6, sekaligus Ketua RT 006/RW 007 Kelurahan Krembangan Utara.
Datang dengan hanya mengenakan kaos hijau dan sarung, tanpa alas kaki, Ahmad Damuji memarahai Riandra. Tak hanya itu, ia juga beberapa kali menampar staf kelurahan tersebut tanpa mau mendengar alasan maupun penjelasan dari korban. Mendapati hal itu, Rianda melaporkan kejadian itu ke Polres Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Mendapati hal itu, Buchori tidak mempermasalahkan jika persoalan itu sudah dilaporkan ke pihak kepolisian. Tentunya, ia akan menghormati proses hukum yang sudah berjalan itu.
"Saya akan terus mengikuti perkembangan itu. Soal itu, sudah ada yang mengurus," ujarnya.
Buchori pun meminta agar semua pihak tidak lagi menyebarluaskan video dugaan tindak kekerasan itu. "Mari lah kita jaga kondusivitas jelang Pemilu 2019 ini," ujarnya.
"Kalau video itu terus viral dan menimbulkan gejolak, ini berarti kan kita tidak menciptakan semangat Pemilu yang damai. Saya pun menyayangkan pihak-pihak yang menjadikan video itu viral," kata Buchori.
Di sisi lain, Buchori pun meminta jajaran pemerintah dan penyelenggara serta pengawas Pemilu untuk bersikap bijak dan adil. "Kejadian ini kan dipicu adanya dugaan ketidakadilan dalam penertiban APK," katanya.
Ia menilai posisi APK miliknya semula menjorok ke dalam dan tidak di pinggir jalan. Selain itu, lanjut dia, ada beberapa APK milik caleg lain, tapi hanya APK miliknya yang dicopot.
"Tidak hanya dicopot, bahkan dirobek juga. Jadi saya harap kedepannya semua pihak lebih bijak lagi agar konflik tidak perlu seperti ini tak perlu muncul," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019
"Kemarin (15/2) malam tim sudah menghadap saya. Katanya sudah damai. Sudah rangkul-rangkulan, saling meminta maaf," kata Buchori kepada wartawan di Surabaya, Sabtu.
Diketahui sebelumnya beredar video di media sosial berupa aksi seorang warga mengenakan baju hijau menganiaya dan mempersekusi petugas Satpol PP yang juga Staf Kelurahan Krembangan Utara di Surabaya.
Berdasarkan informasi yang didapat, warga tersebut protes karena keberatan alat peraga kampanye (APK) calon legislatif (Caleg) petahana dari Ketua Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Surabaya Buchori Imron yang didukungnya dicopot petugas Satpol PP.
Hal itu bermula saat petugas Satpol PP, Rianda Harendino melakukan pengawasan di wilayah Jl Kebalen Wetan pada Jumat (15/2), melihat APK salah satu Caleg DPRD Surabaya petahana dalam Pemilu 2019 yang terlepas pengaitnya sehingga mengganggu pengguna jalan.
Bersama Satpol PP Kelurahan Krembangan Utara, Rianda lalu melepas spanduk tersebut agar tidak mengganggu pengguna jalan dan menyebabkan korban. Namun sesampainya di Kelurahan, ternyata sudah ada Ahmad Damuji, warga Jl. Kebalen Wetan VI/6, sekaligus Ketua RT 006/RW 007 Kelurahan Krembangan Utara.
Datang dengan hanya mengenakan kaos hijau dan sarung, tanpa alas kaki, Ahmad Damuji memarahai Riandra. Tak hanya itu, ia juga beberapa kali menampar staf kelurahan tersebut tanpa mau mendengar alasan maupun penjelasan dari korban. Mendapati hal itu, Rianda melaporkan kejadian itu ke Polres Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Mendapati hal itu, Buchori tidak mempermasalahkan jika persoalan itu sudah dilaporkan ke pihak kepolisian. Tentunya, ia akan menghormati proses hukum yang sudah berjalan itu.
"Saya akan terus mengikuti perkembangan itu. Soal itu, sudah ada yang mengurus," ujarnya.
Buchori pun meminta agar semua pihak tidak lagi menyebarluaskan video dugaan tindak kekerasan itu. "Mari lah kita jaga kondusivitas jelang Pemilu 2019 ini," ujarnya.
"Kalau video itu terus viral dan menimbulkan gejolak, ini berarti kan kita tidak menciptakan semangat Pemilu yang damai. Saya pun menyayangkan pihak-pihak yang menjadikan video itu viral," kata Buchori.
Di sisi lain, Buchori pun meminta jajaran pemerintah dan penyelenggara serta pengawas Pemilu untuk bersikap bijak dan adil. "Kejadian ini kan dipicu adanya dugaan ketidakadilan dalam penertiban APK," katanya.
Ia menilai posisi APK miliknya semula menjorok ke dalam dan tidak di pinggir jalan. Selain itu, lanjut dia, ada beberapa APK milik caleg lain, tapi hanya APK miliknya yang dicopot.
"Tidak hanya dicopot, bahkan dirobek juga. Jadi saya harap kedepannya semua pihak lebih bijak lagi agar konflik tidak perlu seperti ini tak perlu muncul," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2019